Menjelang penobatannya sebagai Raja Mataram Islam, Danang Sutowijoyo melakukan tapa dan munajat di Hutan Wonolipuro. Di tengah hutan tersebut terdapat sebuah danau sunyi, dengan sebuah batu hitam yang menonjol di bagian tengah Danau, dikenal sebagai Batu Gilang.
Di atas Batu Gilang inilah Danang Sutowijoyo bermunajat kepada Tuhan, memohon kekuatan batin, legitimasi spiritual, dan petunjuk ilahi sebelum memikul amanah besar sebagai penguasa. Peristiwa spiritual ini dipercaya menjadi salah satu tonggak lahirnya kepemimpinan Mataram Islam yang berlandaskan kekuatan lahir dan batin.
Kelak, tempat ini dikenal sebagai Petilasan Gilanglipuro, sebuah situs sakral yang hingga kini dipandang sebagai simbol awal berdirinya kekuasaan Mataram Islam serta laku spiritual Panembahan Senopati sebagai Raja Jawa.
PETILASAN WATU GILANG LIPURA
Terletak di desa Gilanghardjo Bantul Yogyakarta. Watu Gilang Lipura adalah Watu Gilang tempat pelipur lara Danang Sutawijaya , ketika ditinggal ayahandanya yaitu Ki Ageng Pemanahan yang wafat beberapa waktu silam.
Adalah tempat turunnya Ilham Lintang Johar yaitu Ilham untuk mendirikan Kraton Mataram Islam. Pada awalnya Kraton atau pusat kerajaan akan didirikan disana tetapi atas saran Ki Juru Martani mengingat tempat itu berbatasan dengan daerah kekuasaan Ki Ageng Mangir kemudian Kraton Mataram didirikan di Kotagedhe tempat tinggal Ayahandanya dahulu.
Awalnya batu gilang tempat Panembahan Senopati bershalat dan berdzikir tersebut terletak di tengah telaga ditengah hutan tanpa atap. Kemudian atas perintah Sunan Paku Buwana II, tempat turunnya Ilham & cikal bakal kerajaan Mataram Islam tsb dimuliakan / dipugar. Telaga tersebut ditutup dan batu gilang tersebut dibuatkan dudukan serta Cungkup.
