Kebangkitan Chakra dualitas

Menurut Osho, perempuan tidak bisa membangunkan Kundalini karena memiliki kutub energi yang berbeda.

Dalam kata-kata Rajneesh sendiri: “ Yoga Kundalini… bukan untuk wanita .”

Kundalini Ascension memiliki dua topologi: 

Pertama adalah maskulin dimana chakra akar (laki-laki) mengalami orgasme dengan chakra sakral, kemudian solar plexus mengalami orgasme dengan chakra jantung dan chakra tenggorokan mengalami orgasme dengan mata ketiga dan hasil akhirnya adalah kebangkitan chakra dualitas di luar Sahasrara. Disinilah chakra akar adalah laki-laki, chakra sakral perempuan, solar plexus laki-laki dan chakra jantung perempuan, chakra tenggorokan laki-laki dan mata ketiga perempuan. Sahasrara berada di luar dualitas. Ketiga chakra orgasme ini juga disebut Granthis bernama Brahma, Wisnu dan Rudra. Ini adalah simpul psikis di otak.

Kenaikan kedua adalah feminin di mana chakra akar adalah perempuan dan chakra jantung adalah laki-laki. Wanita berorientasi pada hati. Chakra akar mengalami orgasme dengan chakra jantung, chakra sakral mengalami orgasme dengan chakra tenggorokan dan solar plexus mengalami orgasme dengan mata ketiga. Chakra Sahasrara sama di kedua kenaikan.Ini tidak wajib yang kenaikan akan bekerja untuk pria atau wanita.

Ada laki-laki yang menjalani hidup dengan hati maka kenaikan kedua akan bekerja untuknya.Beberapa wanita menjalani kehidupan materialistis sepenuhnya maka kenaikan pertama akan berhasil untuk mereka.Kenaikan kedua disebut bulan dan kenaikan pertama disebut matahari. Kenaikan bulan mulus dan cepat. Sun Ascension sangat rumit dan naik seperti api. 

Kenaikan matahari menyebabkan banyak malam gelap jiwa sedangkan kenaikan bulan adalah feminin dan itu terjadi pada orang yang selalu berbicara hati.Tapi tantra menggunakan energi laki-laki dan perempuan untuk kebangkitan kundalini. Yang bekerja luar biasa untuk wanita. Betina akan membutuhkan jantan untuk membangkitkan kundalini sedangkan jantan dapat membangkitkan kundalini tanpa betina.Wanita memiliki proses yang berbeda. 

Ini adalah fakta rahasia.

Jika seseorang laki-laki, Kundalini berada dalam keadaan tidak sadar di chakra akar atau chakra Mooladhara.

Dalam kasus wanita, kundalini tidak berada di chakra akar atau mooladhara. 

Pada wanita, dibutuhkan bentuk rahim, telur dan chakra shakti (Juga dikenal sebagai chakra ke-10 tubuh manusia).

Tantra Kundalini


Rakyat Nuswantara, Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku, sejak dahulu memeluk agama yang berbeda-beda. Tantrayana adalah suatu aliran atau sekte yang pada masa lampau pernah cukup banyak pemeluknya dan berkembang luas di Indonesia. Beberapa situs purbakala yang ditemukan bahkan raja Kertanegara dari kerajaan Singasari adalah seorang penganut yang taat dari agama Budha Tantra.

Tantra Kundalini 

Dalam filosofi Tantra, seluruh alam semesta adalah manifestasi dari kesadaran murni. Dalam memanifestasikan alam semesta, kesadaran murni ini tampaknya terbagi menjadi dua kutub atau aspek, yang keduanya tidak dapat eksis tanpa yang lain. Masing-masing membutuhkan yang lain untuk mewujudkan sifat totalnya. 

Satu aspek, Shiva, adalah maskulin, mempertahankan kualitas statis atau tetap, diidentifikasi dengan kesadaran yang tidak terwujud atau transenden. Shiva memiliki kekuatan tetapi tidak memiliki kekuatan untuk menjadi atau berubah. 

Aspek lainnya, Shakti, adalah feminin, dinamis, energik dan kreatif atau Imanen. Shakti adalah Bunda Agung alam semesta, karena darinyalah segala bentuk lahir.

Menurut Tantra, manusia adalah miniatur alam semesta. Semua yang ditemukan di alam semesta dapat ditemukan di dalam setiap individu, dan prinsip-prinsip yang sama yang berlaku untuk alam semesta berlaku dalam kasus makhluk individu. 

Dalam diri manusia, Shakti atau aspek feminin disebut Kundalini. Energi potensial ini dikatakan beristirahat di dasar sumsum tulang belakang. Tujuan dari latihan Tantra Kundalini-yoga adalah untuk membangkitkan energi kosmik ini dan membuatnya naik melalui pusat psikis, chakra, yang terletak di sepanjang sumbu tulang belakang sebagai potensi kesadaran.

Dia kemudian akan bersatu di atas mahkota kepala dengan Shiva kesadaran murni. Penyatuan ini adalah tujuan Kundalini-yoga. Resolusi dualitas menjadi kesatuan lagi, sebuah fusi dengan Yang Mutlak. 

Dengan penyatuan ini, sang ahli mencapai pembebasan saat hidup yang dianggap dalam kehidupan India sebagai pengalaman tertinggi: penyatuan individu dengan alam semesta. 

Begitu Kundalini Shakti telah naik ke atas ubun-ubun kepala dan menyatu dengan Shiva, ia dibuat untuk membalikkan arahnya dan kembali beristirahat di dasar tulang belakang. Dalam Tantrisme, keadaan kebahagiaan tertinggi adalah transendensi dualitas pria-wanita, kesadaran energi, Shiva-Shakti.

-----------------------

Shiva-Sakti dalam Tradisi Islam dikenal dengan Jamaliyah-Jalaliyah

dalam Tao dikenal dengan Yin-Yang, dalam gagasan wahdahtul Wujud Ibn Arabi disebut Aspek Tasybih dan Tanzih.


Maskulin Feminim Dalam Sifat Tuhan

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah (Q.S.Al-Zariyat/51:49)

Ayat ini mengisyaratkan  segala sesuatu selain Tuhan diciptakan berpasang-pasangan. Bukan hanya manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan mempunyai pasangan, laki-laki dan perempuan atau jantan dan betina, tetapi juga makhluk-makhluk lain seperti makhluk kosmologis. Di balik konsep berpasang-pasangan (azwaj) ini ada dua kualitas yang bekerja secara aktif dan mekanik, yaitu kualitas  kejantanan dan ketegaran (masculinnity/struggeling) dan kualitas kelembutan dan kepengasihan (femininity/nurturing).

Al-Qur'an sering kali menyebutkan fenomena kosmologi yang berpasang-pasangan, seperti langit dan bumi. Menurut Jalaluddin Rumi, langit adalah laki-laki dan bumi adalah perempuan. Hubungan antara keduanya sebagaimana layaknya  hubungan antara laki-laki dan perempuan, atau menurut Murata hubungan antara keduanya dapat diterangkan melalui hubungan Yin dan Yang dalam Taoisme.

Ibnu 'Arabi juga memberikan pernyataan yang hampir sama. Langit diumpamakan dengan suami dan bumi diumpamakan dengan isteri dalam kehidupan rumah tangga. Jika langit menurunkan airnya kepada bumi maka akan lahirlah berbagai makhluk biologis seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang. Demikian pula halnya manusia, penurunan air (sperma) kepada perempuan menyebabkan tumbuhnya janin dalam rahim  dan selanjutnya lahir sebagai manusia.

Dan Allah menjadikan bumi bagaikan isteri dan langit bagaikan suami.Langit membeikan kepada bumi sebagian dari perintah yang diwahyukan Tuhan, sebagaimana laki-laki memberikan air ke dalam diri perempuan melalui "hubungan suami-isteri". Ketika pemberian itu berlangsung, bumi mengeluarkan seluruh tingkatan benda-benda yang dilahirkan yang disembunyikan Tuhan di dalamnya.

Konsep perkawinan  dalam pandangan sufi lebih luas dari pada sekedar apa yang dirumuskan dalam Fikih Perkawinan , yaitu peraturan perkawinan dan akibat-akibat hukum sebuah perkawinan.  Kalangan sufi mengenal Perkawinan Makrokosmos (Macrocosmic Marriage), meliputi perkawinan hubungan-hubungan tertentu antara benda atau sifat yang berpasangan, seperti hujan mengawini tanah.

Komposisi ideal kualitas maskulin-feminin tergambar di balik 99 nama-Nya dalam Al-Asma` al-Husna, sebagaimana dapat di lihat sebagai berikut:

Kualitas Maskulin

1. Al-Jabbar (Yang Maha Pemaksa)   

2. Al-Qawiy (Yang Maha Kuat)       

3. Al-Muntaqim (Y.M. Penyiksa)

4. Al-Qahhar (Y.M.Menguasai)

Kualitas Feminin

1. Al-Rahim (Yang Maha Penyayang)

2. Al-Lathif (Y.M.Lembut)

3. Al-Gaf­r (Y.M.Pengampun)

4. Al-Hakim (Y.M.Bijaksana)

Orang-orang yang mengidentifikasi diri dengan sifat-sifat maskulin Tuhan, akan didominasi rasa: aktif, progresif, kuasa, independen, jauh, dan dominan (struggeling). Sedangkan orang yang mengidentifikasi diri dengan sifat-sifat feminin Tuhan akan didominasi rasa: pasrah, berserah diri, dekat, kasih dan pemelihara.

Orang yang lebih menekankan aspek maskulinitas Tuhan, ia seringkali membayangkan Tuhan transenden, jauh, dan lebih memilih untuk menakuti-Nya. Sedangkan orang yang lebih menekankan aspek feminin Tuhan, ia membayangkan Tuhan immanen, dekat, dan lebih memilih untuk mencintai-Nya.

Sikap yang pertama akan memberikan efek seseorang harus hati-hati dalam berbuat, karena Tuhan itu Maha Adil (al-'Adl). Sedangkan yang kedua akan memberikan efek optimisme dalam menjalani kehidupan, karena Tuhan itu Maha Pemaaf (al-'Afuw).

Pendekatan pertama bisa melahirkan sikap formalisme beragama, karena membayangkan Tuhan itu Maha Penuh Perhitungan (al-Hasib). Sedangkan yang kedua bisa melahirkan sikap permissif dan seberono, karena membayangkan Tuhan Maha Penyayang (al-Rahman) dan Maha Pengampun (al-Gafur).

Yang ideal ialah seperti sabda Rasulullah: berakhlaklah sebagaimana akhlak Tuhan, yaitu kombinasi ideal antara kualitas maskulin dan kualitas feminin, seperti yang dicontohkan Rasulullah sebagai uswah al-Hasanah, yang "akhlaknya adalah Al-Qur'an".

Allah bukan hanya memiliki sifat-sifat maskulin ("The Father God"), tetapi juga memiliki, bahkan lebih dominan dengan sifat-sifat feminin ("The Mother God"). Ada kecenderungan di dalam masyarakat sifat-sifat maskulinitas Tuhan lebih ditonjolkan, seperti Tuhan Maha Besar (al-Kabir), Maha Perkasa (al-'Aziz), dan Maha Pembalas/Pendendam (al-Muntaqim), bukannya menonjolkan sifat-sifat femininitas-Nya, seperti Tuhan Maha Penyayang (al-Rahim), Maha Lembut (al-Lathif), dan Maha Pema'af (al-'Afuw), sehingga Tuhan lebih menonjol untuk ditakuti dari pada dicintai. Efek psikologis yang muncul karenanya, manusia menyembah dan sekaligus mengidealkan identifikasi diri dengan "The Father God", yang mengambil ciri dominan, kuasa, jauh, dan struggeling, bukannya dengan "The Mother God",  yang mengabil ciri berserahdiri, kasih, dekat, dan nurturing. 

Idealnya, komposisi kualitas maskulin dan feminin menyatu di dalam diri manusia, sebagaimana halnya keutuhan kedua kualitas itu menyatu di dalam Diri Tuhan, seperti tercermin di dalam al-asma` al-Husna, dan sebagaimana juga dipraktekkan Rasulullah saw.

Allah swt, adalah Tuhan segala sesuatu, Tuhan makrokosmos dan mikrokosmos. Manusia sebagai makhluk mikrokosmos merupakan bagian yang teramat kecil di antara seluruh makhluk ciptaan Tuhan. Ia bagaikan setitik air di tengah samudra. Bumi tempat ia hidup bagaikan sebuah titik di antara jutaan planet dalam galaksi bimasakti. Meskipun dipercaya oleh Tuhan sebagai khalifah di bumi (khala`if al-ardl), manusia tidak sepantasnya mengklaim Allah swt, lebih menonjol sebagai Tuhan manusia dari pada Tuhan makrokosmos, karena pemahaman yang demikian dapat memicu egosentrisme manusia untuk menaklukkan, menguasai, dan mengekploitasi alam raya sampai di luar amban daya dukungnya; bukannya bersahabat dan berdamai sebagai sesama makhluk dan hamba Tuhan.

Sepantasnya kita menyadari bahwa konsep Asmaul-Husna adalah konsep alam semesta. Tuhan tidak hanya memperhatikan kepentingan manusia, atau Tuhan tidak hanya kepada manusia, sebagaimana kesan dan pemahaman sebagian orang terhadap konsep penundukan alam raya (taskhir) kepada manusia. Seolah-olah konsep taskhir adalah "SIM" untuk menaklukkan alam semesta. Padahal, konsep taskhir sebenarnya bertujuan untuk merealisasikan eksistensi asal segala sesuatu itu bersumber dari Tuhan Yang Maha Bijaksana (al-Hakim), yang mengacu kepada keseimbangan kosmis dan ekosistem.

Jika komposisi kedua kualitas ini menyatu dalam diri setiap orang, maka yang akan terjadi adalah kedamaian kosmopolit (rahmatan li al-'alamin) di tingkat makrokosmos dan negeri tenteram di bawah lindungan Tuhan (baldah Thayyibah wa Rab al-Gafur) di tingkat mikrokosmos.






Twin Flame Dan Soulmate

Pengetahuan tentang Soulmate/Pasangan Jiwa dan Twin Flame/Kembaran Jiwa ini penting, agar kita mengatahui bahwa kita adalah Jiwa bukan hanya tubuh. Jiwa yang meskipun bermanifestasi di alam 3 dimensi pada tubuh fisik, namun tetap selalu berada dalam Keabadiannya pada alam Jiwa. Ini adalah tentang Kesadaran Jiwa.

Soulmate/Pasangan Jiwa berasal dari group Jiwa yang sama, memiliki kesepakatan pada tataran alam Jiwa untuk bermanifestasi dengan peran-peran yang berbeda-beda, dengan tujuan Penyempurnaan. Peran pada Soulmate/Pasangan Jiwa ini beraneka ragam, bisa menjadi kekasih, orang tua, keluarga, sahabat, bahkan musuh. Semua dengan tujuan Penyempurnaan Jiwa. Walaupun berasal dari kelompok jiwa yang sama, Soulmate/Pasangan Jiwa masih memiliki Indiviudualitas, berasal dari Jiwa yang berbeda.

Twin Flame/Kembaran Jiwa berasal dari Jiwa yang sama, Jiwa yang satu, Sumber yang satu, yang memiliki kesepakatan pada tataran Jiwa untuk bermanifestasi menjadi dua polaritas dari aspek yang berbeda; Feminin dan Maskulin. Penyatuan kedua polaritas Feminin dan Maskulin ini akan menghasilkan kekuatan yang sangat dahsyat, dan sangat bermanfaat bagi sesama manusia dan planet Bumi. Karena itu penyatuan Twin Flame bukan hanya tentang dongeng kisah percintaan, tetapi selalu ada misi khusus yang bermanfaat bagi yang lain dalam Reuni/Penyatuan kembali mereka pada kehidupan di Bumi. 

Manusia adalah makhluk Multi Dimensi, pada saat kita bermanifestasi di alam 3 dimensi ini, Diri kita yang Sejati, Sang Jiwa, masih tetap berada di alam luhur, dimensi ke 5. Karena inilah dikatakan Soulmate/Pasangan Jiwa selalu bersama, atau Twin Flame/Kembaran Jiwa yang sejatinya tidak pernah berpisah, merujuk pada keadaan Kesejatian Keabadian di alam yang lebih luhur ini.

Setiap dari kita memiliki Twin Flame/Kembaran Jiwa, aspek Feminin dan Maskulin, namun memang tidak semuanya ber-inkarnasi bersama di kehidupan kali ini, dikatakan yang ber-inkarnasi bersama adalah mereka yang berada pada evolusi terakhir sebagai manusia dan juga memang telah memilih peranan itu. Setiap Jiwa adalah unik. Jika Twin Flame kita tidak ber-inkarnasi bersama, mereka tetap akan selalu bersama kita pada tataran alam luhur, berperan sebagai Spirit Guide, dsb.

Setelah kebangkitan Kundalini, dan terbukanya Chakra Anahata dan Mahkota pada pasangan Twin Flame/Kembaran Jiwa, mereka akan memiliki akses kepada Sumber Informasi Semesta yang Tak Terbatas. Penyatuan mereka sendiri membuka Portal menuju dimensi yang lebih tinggi dan akses bagi makhluk-makhluk Cahaya yang akan bekerja sama dengan Twin Flame/Kembaran Jiwa dalam rangka membantu Percepatan Evolusi Bumi…