Alas Krendhawahana

 

Banyak yang percaya, bahwa Kasunanan Surakarta Hadiningrat masih dilindungi kekuatan gaib. Kekuatan itu ada di empat arah mata angin.

Untuk wilayah Selatan dilindungi Kanjeng Ratu Kencanasari (Ratu Kidul) yang beristanakan di Salokadomas (Pantai Selatan). Sebelah Barat dilindungi Kanjeng Ratu Mas yang bersemayam di Gunung Merapi. Wilayah Timur dijaga Kanjeng Sunan Lawu dengan Keraton di Gunung Lawu.  Dan Utara dijaga Kanjeng Ratu Bathari Durga (Bathari Kalayuwati) dengan istana di Alas Krendhawahana.

Meyakini dijaga dan dilindungi oleh leluhur-leluhur gaib, maka setiap tahun Keraton Kasunanan Surakarta mengadakan ritus. Memberi persembahan di empat tempat itu. Upacara sesaji Mahesa Lawung yang diadakan setiap tahun itu sebagai bentuk persembahan kepada Kanjeng Bathari Durga. 

Dalam buku Durga Umayi yang disusun Y.B. Mangunwijaya 1991, agama Hindu mempercayai Bathara Durga adalah ibu dari Dewa Ghanesa dan Dewa Kumara (Kartikeya). Bathara Durga kadangkala disebut Uma atau Parwati. Bathara Durga biasanya digambarkan sebagai seorang wanita cantik memiliki banyak tangan berkulit kuning yang mengendarai seekor harimau. "Itu karena Alas Krendhawahana sebagai tempat bersemayamnya Kanjeng Bathari Kalayuwati. Tempat itu tetap disakralkan pihak keraton. Jadi, jika Alas Krendhawahana sampai sekarang ini masih terasa angker dan keramat itu logis". "Karenanya, tempat itu juga diberi nama Setra Ganda Mayit (tanah yang berbau mayat). Kusumo Tanoyo menuturkan, dari masalah rupa Kanjeng Bathari Durga (Bathari Kalayuwati) yang semula amat jelita. Karena melakukan perselingkuhan, dia menjelma menjadi Raseksi (raksasa perempuan) yang wajahnya amat menyeramkan. Dia memutuskan untuk tinggal di Setra Ganda Mayit membawahi para lelembut dan siluman.

Situs Mistis. Di kisahkan bahwa di Alas Krendhowahono inilah tempat yang biasa digunakan raja-raja Mataram zaman dahulu untuk menyepi dan bersemadi guna mendapatkan wangsit atau petunjuk. Tempat ini dulunya merupakan hutan yang angker, pepatah mengatakan jalmo moro jalmo mati.

Presiden pertama dan kedua kita yakni Soekarno dan Soeharto kabarnya juga pernah menyepi ditempat ini untuk urusan besar mengenai negara. Keberadan tempat ini sangat lama bahkan sudah diketahui sejak jaman Kediri, terbukti dari ramalan Jayabaya yang juga menyinggung mengenai keberadaan tempat ini. Pada zaman Pakubuwono XII  bertakhta (1945-2004), Setiap Grebeg Maulud tahun Dal (grebeg kelima dalam siklus sewindu), Sunan dan Garwa Ampeyan (selir) mengadakan upacara khusus dengan mengukus dandang beras bersama. Inilah yang menggarisbawahi makna Sekaten sebagai ritual panen tingkat kerajaan. Dua utusan kerajaan mengunjungi tempat sakral paling penting bagi Keraton Surakarta yakni Alas Krendowahono (di utara Surakarta) dimana menjadi tempat bagi Batari Durga bersemayam, dan Parangtritis (di pantai selatan) yang dipercaya sebagai kerajaan Ratu Kidul. Melalui Sang Ratu Kidul, Raja-Raja di Jawa  mempunyai pertalian kekerabatan dengan penguasa baru VOC Belanda di tanah sabrang di Batavia.

Ratu Kidul merupakan seorang Dewi yang kecantikan dan kemudaannya bergantung pada tua-mudanya peredaran bulan, juga merupakan penjelmaan Batari Durga atau Dewi Uma. Sebagai Dewi Uma ia bisa membawa perlindungan dan kemakmuran dan sebagai Dewi Durga  ia bisa menimbulkan bencana dan penghancuran besar-besaran. Tidak jauh dari Punden Bathari Durga di bawah pohon beringin besar yang biasa digunakan sebagai tempat pelaksanaan sesaji Mahesa Lawung, terdapat sendang (sumur) Sihna dan Batu Gilang Selakandha Waru Binangun. Kedua-keduanya diyakini sebagai sebuah tempat keramat dan angker. Sendang Sihna ini dulu merupakan tempat pesiraman (mandi) dari Sri Susuhunan Pakoe Boewana VI sampai Pakoe Boewana X, ketika sedang berada di Alas Krendhawahana. "Dan di tempat inilah Pangeran Bangun Tapa (Pakoe Boewana VI) pernah mendapatkan Wahyu".  Karena kekeramatan sendang Sihna ini sampai sekarang banyak didatangi orang dari berbagai pelosok daerah untuk mengambil airnya. Ada kepercayaan yang berkembang, air sendang Sihna itu bisa digunakan penawar berbagai jenis penyakit. Selain dipercaya bisa membuat awet muda. Tentang sendang (sumur) Sihna yang sampai sekarang masih dikeramatkan itu, Kusumo Tanoyo menjelaskan, bahwa tempat itu sudah tersirat dalam Serat Sudamala. "Afdolnya, air sendang Sihna itu digunakan untuk kaum wanita. Lebih-lebih bagi mereka yang sedang mempunyai masalah," ujarnya.