Nama - Nama Benua Ras

Para Kabbalah mengatakan bahwa nama asli Setan ( Naga berapi merah ) adalah nama Yehuwa yang diletakkan terbalik, karena "Setan bukanlah dewa hitam, tetapi negasi dari dewa putih," atau cahaya Kebenaran . 

Tuhan itu terang dan Setan adalah kegelapan atau Bayangan yang diperlukan untuk mematikannya, yang tanpanya cahaya murni tidak akan terlihat dan tidak bisa dipahami.

Pada gilirannya, para Rosicrucian, yang sangat mengenal makna rahasia tradisi, menyimpannya untuk diri mereka sendiri, hanya mengajarkan bahwa seluruh ciptaan adalah karena, dan hasil dari, "Perang di Surga" yang legendaris yang dibawa oleh pemberontakan para malaikat.

Sekarang MSS Vatikan. tentang Kabala - salinan tunggal yang (di Eropa) dikatakan telah dimiliki oleh Count St. Germain - berisi penjelasan doktrin yang paling lengkap, termasuk versi aneh yang diterima oleh Luciferians † dan Gnostik lainnya; dan dalam perkamen itu Tujuh Matahari Kehidupan diberikan sesuai dengan urutannya ditemukan dalam Saptasurya. 

Pengajaran ketujuh Matahari dengan tujuh sistem keberadaan , di mana “Matahari” adalah pusatnya, dan Anda memiliki tujuh bidang malaikat.

Namun, hanya empat di antaranya yang disebutkan dalam edisi-edisi Kabala yang dapat diperoleh di perpustakaan umum, dan bahkan dalam ungkapan yang kurang lebih terselubung. 

Helena Petrovna Blavatsky , "ibu" dari gerakan Zaman Baru dan okultisme modern, mengajarkan dalam Doktrin Rahasianya bahwa Lucifer "lebih tinggi dan lebih tua dari Yehuwa".

Dia lebih jauh menyatakan dalam "pekerjaan besarnya" bahwa Setan, di bawah nama dewa yang berbeda, benar-benar sebuah alegori "Baik, dan Pengorbanan, Dewa Kebijaksanaan." Blavatsky percaya Setan yang adalah dewa planet kita dan satu-satunya Dewa," 

Karena ia menyatu dengan Logos, "Putra pertama, yang tertua dari para Dewa, " dalam urutan evolusi mikrokosmik (ilahi); Saturnus (Setan), secara astronomis, "adalah yang ketujuh dan terakhir dalam urutan emanasi makrokosmik.

Benua ras pertama, "Tanah Suci Abadi", konon berlokasi di Kutub Utara. 

Ras kedua atau Hyperborean menduduki benua berbentuk tapal kuda di ujung utara. 

Ras ketiga (Lemurian) dan keempat (Atlantis) mendiami benua, sebagian besar di antaranya sekarang mungkin berada di bawah lautan, terkubur di bawah gurun, atau mungkin masih digunakan sebagai bagian dari benua yang ada. Karena ras akar bertahan selama jutaan tahun, benua tempat mereka hidup sangat bervariasi selama masa hidup mereka. Setiap ras lahir dari titik tengah ras induknya, dari siklus material atau waktu yuga. Ketika suatu ras telah memasuki kali yuga, benih-benih ras berikutnya mulai semakin muncul. Akhirnya, ketika benih-benih ini menjadi banyak, mereka dipisahkan secara geografis, dan bagian-bagian dari benua lama menjadi tidak dapat dihuni dan mulai pecah atau tenggelam. Dalam kasus ras kelima, Asia adalah tanah kelahiran bagi mereka yang melarikan diri dari Atlantis. 

Dalam Serat Mahaparwa, karangan Empu Satya di Mamenang (Kediri), tahun 851 S atau 879 C, penghuni tanah jawa pertama kali adalah para Dewa.      Dewa ini datang dari Gunung Himalaya.

Mereka datang dipimpin langsung oleh Sanghyang Guru. Berastana di gunung Lawu. Menjadi Pemomong Para Kesatria dan Raja-raja Jawa. Suatu waktu mereka kalah berperang Dan sekarang mereka kembali

Bloodline Lemuria Atlantis

Di daerah Cirebon — yang tarekat-tarekatnya dari dulu sangat giat — pada  kira-kira tahun 1920 lahirlah Ngilmu Sejati (atau Ngelmu Hakikat), yang dipimpin oleh Haji Burhan, seorang santri asal Banten, dan disebarluaskan sampai Indramayu. Tidak lama kemudian, giliran seorang bernama Madrais, anak pangeran Cirebon dengan seorang selir, untuk menyebarkan apa yang dinamakannya Ngelmu Cirebon ("Pengetahuan Cirebon"), dan ditariknya sejumlah pengikut lama Burhan ke pihaknya. Madrais menetap di desa kecil Cigugur (dekat Kuningan, di sebelah timur Cirebon) dan menerima penghormatan — dan pemberian-pemberian — dari penganut yang datang dari seluruh Tanah Pasundan. Waktu ia meninggal menjelang Perang Pasifik, salah seorang anaknya, Tejabuwana ("Cahaya Dunia"), mencoba menggantikan nya, akan tetapi ia kemudian memperisteri wanita Katolik dan memeluk agama Katolik sampai akhirnya menjadikan Cigugur sebagai tempat misi Katolik... Kira-kira pada waktu yang sama di Cirebon, Batavia dan Semarang berkembang Perkumpulan Kemanusiaan yang didirikan pada tahun 1934 oleh pegawai rendahan yang bernama Yudhoprayitno, yang juga dinamakan Ki Yudho, atau Ki Dalang, ataupun Ki Guru. Berlainan dari Ngelmu Cirebon yang  terutama mencari penganut di antara rakyat kecil di kampung, pergerakan yang dipimpin Ki Yudho, yang konon selalu berdasi itu, lebih suka mengajak  "kaum intelektual", para pegawai, bahkan orang Cina. Di Jawa Tengah, tepatnya di Yogyakarta, muncul juga dua perkumpulan kebatinan: Paguyuban Sumarah atau "Perkumpulan Pasrah (kepada Allah)" yang dilancarkan kira-kira tahun 1935 oleh seorang dokter muslim, Dr. Surono Projohusodo, dan terutama pergerakan Ngelmu Begja atau "Pengetahuan Kebahagiaan" yang muncul kira-kira pada waktu bersamaan dari seorang keturunan keluarga raja, Pangeran Suryomentaram (1892 - 1962) yang sampai sekarang masih memiliki banyak penganut di seluruh Jawa. 

Di Jawa Timur terdapat tiga perkumpulan: Buda Wisnu, yang didirikan tahun 1925 di Malang oleh seorang Resi Kusumadewa yg pandai mendalang dan  menganjurkan supaya orang kembali ke agama pra-Islam. Ilmu Sejati didirikan pada tahun 1926 di Madiun oleh seorang pegawai dinas candu, Raden Sujono; dan akhirnya Agama Suci atau Agama Akhir Zaman didirikan tahun 1935 di Jember oleh seorang pemilik toko kecil, Mohammad Sakri, yang kemudian dipanggil Ki Amat. 

Dalam kaitannya dengan perkumpulan itu perlu diingat perhatian yang diberikan di kalangan Jawa oleh teosofi yang dimasukkan oleh Ny Blavatsky. Tiga kali ia datang ke Jawa (tahun 1853, tahun 1858, tahun 1883) dan pada persinggahan pertamanya ia mendirikan sebuah loji di Pekalongan. Kira-kira tahun 1930, Theosofische Vereeniging bentukannya beranggotakan tidak kurang 

dari 2.100 orang, 40 persen orang "pribumi" dan 10 persen orang Cina. Lima majalah diterbitkannya: tiga dalam bahasa Melayu atau Jawa. 333 Menjamurnya gerakan kebatinan berlanjut setelah Kemerdekaan, dan masih banyak yang bermunculan sesudah itu. Beberapa di antaranya agaknya di- warnai politik seperti Agama Djazoa Asli Republik Indonesia (ADARI), yang di- dirikan di Yogya pada tahun 1946, dan menganggap Soekarno sebagai nabi baru. Agama Yakin Pancasila didirikan di Bandung tahun 1948 dan menjadikan "Pancasila" kredo baru. Di samping itu ada perkumpulan yang memajukan cara pengobatan dengan magnetisme gerak tangan atau dengan latihan ter- tentu yang mirip yoga, misalnya "Perkumpulan untuk membuka sembilan lubang (tubuh)" yang didirikan di Ponorogo tahun 1952 oleh Ny. Harjosentono. 

Selebihnya masih ada pergerakan Sapta Dharma ("Tujuh Kewajiban") yang di- dirikan di Yogya pada tahun 1956. Beberapa anggotanya mengaku tabib dan diadili ketika salah seorang dari mereka dituduh membuka perut saudara pe- rempuannya yang sakit untuk membersihkan isi perutnya...Akhirnya harus diberikan tempat khusus kepada dua perkumpulan yang paling terkenal, kalau bukan yang paling penting: pertama Pangestu ( Paguyuban Ngesti Hinggai) atau "Kelompok Pemikiran Tunggal", yang didirikan di Surakarta pada tahun 1949 oleh seorang kapten intendan pensiunan, R. Sunarto (lahir tahun 1899 di Boyolali); kedua, Subud (Susila Budhi Dharma) atau "Ke- wajiban Keakhlakan dan Kebijaksanaan" yang didirikan di Yogya pada tahun 1947 oleh seorang akuntan, Muhammad Subuh (lahir di dekat Semarang tahun 1901 dari keluarga petani kecil). Ajaran sinkretis Pangestu sungguh- sungguh tergarap, dan aliran itu menyebar ke seluruh Jawa bahkan ke seluruh Indonesia dan dewasa ini mempunyai puluhan ribu anggota. Adapun Subud, sekalipun kurang berkembang di Pulau Jawa sendiri, berhasil menarik perhatian dunia "internasional" dan dikenal sampai ke Eropa dan Amerika Serikat. Muhammad Subuh ternyata mendapat gagasan untuk pergi ke Inggris pada tahun 1957. Di sana dia memperoleh sukses besar di kalangan pengikut Gurdjieff, bahkan berkat "latihan-latihan"-nya ia mampu menyembuhkan Eva Bartok. Berita itu segera disebarluaskan oleh pers dunia dan dengan demikian  sukses Subud terkukuhkan.

Bapak Subuh sendiri mengajarkan "Latihan" kepada Osho dan terkait dengan pergerakan Soeharto dan Internasional. Sedangkan Ki Yudhoprayitno mempersiapkan Soekarno dan sekaligus terkait dengan Soeharto.

Lemurian di Tanah Jawa


LEMURIA Bloodline Tanah Jawa

Kota Solo salah satu jantung pusat budaya jawa yang dikelilingi oleh daerah – daerah situs sakral peninggalan kerajaan – kerajaan besar. Sekitar 20 km dari kota solo ada makam Prabu Sri Makurung Handayaningrat di Boyolali yang menikahi Ratu Pembayun Putri Prabu Brawijaya V yang melahirkan 2 putra dan 1 putri dan memiliki cucu Mas Karebet ( Jaka Tingkir ) kelak sebagai Raja Pajang, 130 km dari kota solo menuju timur merupakan kabupaten Demak dahulu berdiri kerajaan Demak Bintoro merupakan kerajaan yang menggantikan Imperium Majapahit dimana Raja pertama merupakan anak Brawijaya V yang diasuh oleh pihak ibu dari Palembang bersaudara tiri dengan Ratu Pembayun ( satu bapak ). Jauh ke 6 abad sebelum Majapahit berdiri di Boyolali berdiri Kerajaan Kalingga di kota Sima ( Simo ) Boyolali. Solo merupakan kota pewaris budaya jawa terkuat selain Yogyakarta ( satu kerabat keturunan Mataram Islam yang didirikan Panembahan Senopati ), Kraton surakarta adalah kraton perpindahan dari Mataram Yogyakarta  Kota Gede, sebelum ke Surakarta Mataram berada di Plered ( Amangkurat I ) yang akhirnya masa Amangkurat II pindah ke Kartasura, hingga akhirnya ke Surakarta saat PB II dan terpecah lagi menjadi Ngayogyakarta dan Mangkunegaran, semua terjadi karena adanya perebutan tahta. Namun sesuai prophecy Sunan Kalijaga kepada Sultan Hadiwijaya ( Joko Tingkir ) bahwa kelak keturunan mu lah yang akan langgeng sebagai penguasa Tanah Jawa ( Sultan Agung merupakan cucu Panembahan Senopati merupakan keturunan Pajang dari Ibu ) , penguasaan atas tanah jawa akan langgeng bila ada keturunan Bukit Tugel / Wates ( Boyolali ) yang kamu lindungi dan tidak kamu tindas karena secara garis darah “Bloodline” seluruh penguasa tanah jawa sebelum Mataram merupakan abdi setia keturunan Bukit tersebut. Sunan Kalijaga hanya mengatakan keturunan tersebut adalah Raja Tanpa Mahkota dan bersimbol khusus dengan tulisan di puncak bukit “ Sembahlah Aku Yang Tunggal “.  Keturunan ini pernah disebut dalam kronikel Belanda sebagai De Orde Van Java Leeuw  yang memliki simbol sangat ditakuti oleh kerajaan – kerajaan eropa , konon Napoleon Bonaparte sempat ingin berziarah mendengar adanya makam tersebut. Salah satu Bloodline dari Bukit tersebut adalah Ki Yudho Prayitno Guru maupun senior politik Soekarno selain HOS. Cokroaminoto , dan Ki Yudho Prayitno lah yang mengajari Soekarno tentang politik internasional dan Ki Yudho lah sebelum rombongan Mohammad Hatta tiba di Belanda sudah mengatur nya dengan Ratu Belanda. 

Ki Yudho Prayitno juga adalah penasihat spiritual Hamengku Buwono (HB) VII sampai dengan HB IX. Sesungguhnya Ki Yudho Prayitno lah yang merancang negeri ini merdeka sampai dirinya wafat tahun 1978.  Ki Yudho Prayitno juga yang mengatur kepergian Bung Karno ke Eropa dan keliling dunia tahun 1929 sampai 1934. Semua arsip dokumen surat menyurat rahasia pemimpin dunia dengan Ki Yudho Prayitno sampai tahun 1978 masih lengkap tersimpan dan bisa dilihat di rumahnya di desa Klirong, Kecamatan Klirong. Lewat dokumen-dokumen itu kita akan tahu bahwa dirinya berhubungan dan mengendalikan secret society dunia kelompok-kelompok rahasia.yang mengatur keseimbangan dunia internasional sampai saat ini.

Dari arsip-arsip dokumen sejarah di desa Klirong, juga akan diketahui Ki Yudho Prayitno adalah generasi terakhir orang Lemurian. 

Di kisahkan Ki Yudho menunjukan gambar Simbol yang berada di makam tersebut dihadapan Ratu Elizabeth dan Raja Spanyol bersama seorang wanita keturunan bangsawan Jerman dan Rusia bahwa ia merupakan salah satu keturunannya,  bahkan keluarga besar Rothschild sangat menghormati Ki Yudho termasuk Madame Helena Blavatsky dan Pangeran Valesich Dolgorukov cucu Kaisar Rusia ke 4 Tsar ,memliki suami wakil Gubernur Provinsi Erifian wilayah Rusia bernama blavatsky diambil dari nama suaminya yang merupakan keturunan Israel Samaria ,perwakilan Penjaga Darah Murni di wilayah Asia Pasifik, juga Tutor soekarno saat perundingan Linggar Jati.  Madame Blavatsky lah yang memperkenalkan Ki Yudho Prayitno kepada para bangsawan elit eropa bahwa yang dia bawa merupakan Bloodline yang tidak ingin tampil dalam politik indonesia namun setidaknya keturunan ini benar – benar ada serta dapat mengikat wangsa – wangsa eropa dan israel serta penanda dari Jerusalem dan Arab keturunan Ibrahim  yang sah suatu saat kelak.

Ada wilayah di tanah jawa yang sangat dijaga oleh setiap dinasti penguasa tanah Jawa dari sejak zaman Mataram Kuno, Dinasti Sanjaya dan Syailendra, Singasari dan berlanjut ke Majapahit, Demak, Pajang dan terakhir Mataram islam. 

Kesemuanya ada semacam perjanjian tidak tertulis namun suatu kewajiban untuk menjaga wilayah bukit tersebut yang sampai saat ini terjaga keasrian dan tidak sebagai ziarah umum. 

Dalam kronikel belanda dikatakan ada suatu wilayah di Pengging ( Boyolali ) yang sangat di segani oleh seluruh keturunan Mataram bahkan hingga jauh ke belakang dinasti sebelumnya, dimana tempat tersebut pernah berdiri kerajaan yang bersimbolkan Macan ( Harimau ) Kerajaan Kalingga (Sima ) dan kerajaan tersebut selalu menjaga bukit tersebut seperti pendahulunya dan dilanjutkan ke Dinasti – dinasti penguasa tanah jawa. Kronikel belanda menceritakan saat terjadi perebutan tahta antara Pangeran Samber Nyawa bersama Pangeran Mangkubumi keduanya merupakan cucu Amangkurat III bergabung melawan PB II yang diangkat oleh belanda, ada perkataan yang dicatat oleh pembesar belanda saat Pangeran Mangkubumi di tolak naik tahta.. “ Bila saya bersama Raden Said ( Pangeran Samber Nyawa ) meminta restu kepada penguasa sah tanah jawa dimana semua kerajaan- kerajaan sebelumnya bisa dikatakan hanya sebagai penjaga keturunan pemilik sah tanah jawa apakah pemerintah belanda berani membangkang “  Belanda mengetahui bahwa ternyata mataram bukanlah penguasa tunggal atas kerajaan – kerajaan di jawa kaget dan heran, atas bantuan PB II diberitahukan bahwa ada salah satu desa bernama Eretz yang sangat dihormati leluhur mataram dan Pajang bahkan Demak dan Majapahit yang dia sendiripun belum tau pasti letaknya hanya diketahui di wilayah pengging ( Boyolali ). Saat belanda mengetahui dan melihat simbol di Batu dekat makam diatas maka, belanda kaget dan segera mencari cara agar Pangeran Samber Nyawa dan Pangeran Mangkubumi tidak mengadukan hal ini kepada keturunan pemilik/penguasa sah tanah jawa.

Simbol tersebut masih ada dan sempat di foto oleh seorang wartawan yang masih keturunan bukit tersebut orang tersebut dikenal dengan nama Ki Yudho Prayitno . 

Simbol tersebut bila ditunjukan ke seluruh Raja – raja eropa akan membuat ciut.  

“ Sembahlah Aku Yang Tunggal “.Petunjuk : Semar ( ia ). Gunung Mu( o ) ria. LEMURIA.

Atlantis Nusantara

 

Romo Marto Pangarso dikenal sebagai guru Soeharto dalam arti sesungguhnya.

Ia berhubungan dengan Romo Marto saat memimpin BKR di Yogyakarta. Konon, Marto yang kerap melakukan ritual di Candi Prambanan ini bisa membaca tanda-tanda. Sejumlah syarat lelaku dari Marto yang terbilang berat pernah dilakukan Soeharto demi memenuhi ramalannya, seperti bersemedi di Gua Srandil (di Cilacap).

Romo Marto meninggal tahun 1980, sebelum meninggalnya Soeharto sempat membangun Padepokan Sendang Semanggi - Kasihan - Bantul (tempat Romo Marto mengumpulkan muridnya dari pelosok Jawa setiap 35 hari). 

Tempat ini dinamai Sendang Semanggi atau Sendang Titis yang terletak di Pedukuhan Sembungan, Dusun Semanggi, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.

Pertama kali ditemukan oleh Alm. Romo Marto Pangarso seorang spiritualis yang mendapatkan wangsit sekitar tahun 1940 kemudian menelusuri gunung Sempu lalu mendapatkan sebuah Sendang. Sendang ini kemudian digunakan untuk tempat tirakat dengan cara kungkum. Semula Sendang Semanggi diberi nama Sendang Titis yang berarti jitu atau tepat sasaran karena dianggap menjadi tempat yang memberikan atau tempat untuk mendapatkan wangsit yang jitu. Dinamakan Sendang Semanggi karena disekeliling tempat tersebut banyak ditumbuhi tanaman semanggi. 

Sendang Titis memiliki luas 2 x 2 m dengan kedalaman 1.5 m yang dinaungi oleh tiga pohon yakni Pohon Beringin, Pohon Pamrih dan Pohon Sambi.

Tempat ini pernah digunakan mendiang Soeharto untuk menggelar ritual. Soeharto bisa sampai ke tempat ini bukan tanpa alasan, hal tersebut terkait dengan adanya sosok Spritual bernama Romo Marto.

Romo Marto adalah seorang penganut kebatinan Jawa yang juga menjadi guru sebuah padepokan yang terletak di kaki Bukit Sempu tak jauh dari Sendang Titis berada. 

Sekitar tahun 1957 Soeharto resmi diangkat menjadi murid oleh Romo Marto.

Setelah lama diselimuti misteri, dan meninggalkan Prabu Brawijaya V, ternyata Sabdopalon bersemayam disebuah pohon Preh tua di Sendang Semanggi.

Awal perkenalan Soeharto dengan Sabdopalon ini, melalui seorang Pertapa Sakti yang dikenal pula sebagai medium Sabdopalon, yaitu Romo Marto Pangarso.

Suatu hari Romo Marto mendapat perlambang / isyarat dalam bentuk tejo sumunar (benda bercahaya) dilangit lepas. Tejo itu beringsut perlahan-lahan, Romo Marto pun juga beranjak pelan-pelan mengikuti cahaya itu. Akhirnya cahaya itu berhenti, diatas patung Dewa Wisnu di Candi Prambanan Yogyakarta. Kala itu kompleks Candi Prambanan belum semegah sekarang, masih bebatuan berserakan, dan mudah dimasuki orang.

Karena rasa ingin tahunya yang besar, Romo Marto bermeditasi di kaki patung Dewa Wisnu tersebut. Dalam meditasinya, ia melihat seekor burung Jalak Putih. Singkat cerita ia mengikuti burung tersebut. Setelah sekian puluh kilometer, akhirnya burung Jalak itu berhenti pada sebuah bukit yang dikelilingi rindang pohon Jati. Lalu Romo Marto menelusuri perbukitan gunung Sempu, dan menemukan tempat yang dimaksud. Sejak saat itu Romo Marto mulai membuat Sanggar tepat dibawah lokasi mata air ini.

Makam Romo Marto Pangarso beserta istri terletak disebelah pojok timur Sendang Titis atau sendang Semanggi tersebut. Di tempat itu ada sosok manusia bersayap.

Sabdo Palon Noyo Genggong sebagai penasehat spiritual Prabu Brawijaya V    (memerintah tahun 1453 – 1478) tidak hanya dapat ditemui di dalam Serat Darmagandhul saja, namun di dalam bait-bait terakhir ramalan Joyoboyo (1135 – 1157) juga telah disebut-sebut, yaitu bait 164 dan 173 yang menggambarkan tentang sosok Putra Betara Indra. Dalam ucapan ini pula Sabdo Palon menegaskan bahwa dirinyalah sebenarnya yang dikatakan dalam kawruh Jawa dengan apa yang dikenal sebagai “Manik Maya” atau “Semar”.

Sabdo Palon berkata sedih: “Hamba ini Ratu Dhang Hyang yang menjaga tanah Jawa. Siapa yang bertahta, menjadi asuhan hamba. Mulai dari leluhur paduka dahulu, Sang Wiku Manumanasa, Sakutrem dan Bambang Sakri, turun temurun sampai sekarang, hamba mengasuh keturunan raja-raja Jawa, …..….., sampai sekarang ini usia hamba sudah 2.000 lebih 3 tahun dalam mengasuh raja-raja Jawa, tidak ada yang berubah agamanya, …..” Jambul Romo Marto jika diperhatikan memang mirip dengan Semar. Tapi bukan karena itu Romo Marto sakti mandraguna, namun karena lelaku batinnya sebagai seorang Pertapa itulah yang membuatnya jadi tokoh kasepuhan, spiritualis paling disegani di seantero Jawa.

Di Sanggar Romo Marto inilah, Sabdopalon memberikan nasehat-nasehat dan ajaran tentang menjadi seorang pemimpin kepada presiden Soeharto, melalui medium R.Marto.

Batara Guru

Bagi penganut agama Hindu Batara Guru adalah sebutan lain dari Batara Siwa. Karena agama Hindu yang pertama-tama menyebar ke Indonesia adalah ajaran Resi Agastya dari Sekte Saiwa (Syaiwa, Syiwa, atau Shiva), untuk menghormati dan mengagungkannya, Resi Agastya disebut pula Batara Guru. 

Tetapi dalam pewayangan, khususnya jenis-jenis Wayang Purwa yang tersebar di Pulau Jawa, Batara Guru sering diberi kesan berbeda dengan Batara Siwa atau Siwa.

Batara Guru dan Nusantara

Berdasarkan keterangan dalam Kitab Tantu Pagelaran, Agastya mendapatkan pertapaan di Gunung Kawi. Semenjak itu Gunung Kawi menjadi miliknya, yakni sebagai tanda penugasan bagi Batara Guru (Ciwa). Bersama Lopamudra, Agastya menyebarkan pesan kasih dari padepokannya. Kadang pesan itu disampaikannya lewat kata-kata. Lewat ucapan. Lebih sering lewat getaran-getaran pikiran. Agastya masih hidup. Berbadan dan berdarah daging, dia masih hidup. Lima ribu tahun yang lalu, setelah kematian Lopamudra, dia pindah ke Yava-Dvipa. Ke Jawa – sekarang disebut Indonesia. Di sana dia dikenal dengan nama Semar. Semar, Agastya adalah roh Indonesia. Jiwa Indonesia.

Sabdo Palon menegaskan bahwa dirinyalah sebenarnya yang dikatakan dalam kawruh Jawa dengan apa yang dikenal sebagai “Semar”.

Tokoh dewa-dewa yang ada di mitologi sumeria tidak jauh berbeda dengan yang ada di wayang. Misalnya, Batara Guru bisa disamakan dengan Enlil, sementara Batara Ismaya (Semar) dengan Enki.

Kedua bersaudara itu, Enki dan Enlil adalah anak dari An, yang kalau dibandingkan dengan pewayangan adalah Hyang Tunggal. Hanya saja, Hyang Tunggal masih punya tingkatan yang lebih tinggi lagi, yaitu Hyang Wenang.

Selalu ada dua kelompok yang berbeda.. Tuhan dan Iblis.. Michael dan Lucifer.. Pandawa dan Kurawa.. Dewa dan Raksasa.. Venus dan Jupiter.. Enlil dan Enki.. Yahwe dan Ba’al.. Atlantis dan Lemuria.. Batara Guru dan Sabdo Palon.. Agastya dan Semar.. Hitam Putih… Baik Jahat… tergantung siapa versi pemenangnya…

Resi Agastya adalah seorang chiranjivin, seseorang yang dikaruniai usia sangat panjang, sehingga dia diyakini masih hidup bahkan sampai saaat ini. Chiram – lama, jivi – hidup, hidup lama. Seorang chiranjivin tidak imortal, tidak abadi, tetapi berusia sangat panjang.

Hikayat Semar yang menjadi Sabdopalon memang hanya diurai di Serat Darmogandul. Tokoh ini sempat berkelana, meninggalkan Majapahit, hingga sampai di Gunung Srandil, Cilacap, Jawa Tengah.

Dahulu, setiap malam satu Suro, yang datang ke situ akan ditemui oleh Ki Lengkung Kusumo yang saat trance dianggap dapat memberikan isyarat sesuatu yang bakal terjadi. Sayangnya, Ki Lengkung bukan Semar, melainkan hanya Petruk Kantong Bolong.

Sedang Semar di Srandil, yang oleh Soeharto pernah dihormatinya atas perintah guru spiritualnya Romo Diyat dari Semarang, masih misterius. Apakah Semar ini yang mampu memberikan Kembang Wijayakusuma, sehingga kekuasaan Pak Harto sulit dipatahkan?

Gunung Srandil diyakini sebagai lokasi atau pijakan menuju kayangan yang terkait dengan sosok Sabdo Palon atau Ki Semar.

Menurut keyakinan penganut kejawen, Gunung Srandil merupakan titik utama Eyang Semar atau Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Among Rogo.

Gunung Selok, Tempat Spiritual Pemimpin Nusantara

Siapa yang tidak tahu Gunung Selok pada era 80-an? Hampir semua masyarakat Indonesia mengetahuinya walau hanya sebatas nama. Ya, karena pada saat itu, di situlah pemimpin negara kita melakukan kegiatan spiritual. Bahkan sebenarnya, Bung Karno pun dulu menerima ilham/ wahyu untuk Pancasila juga di Gunung Selok. Terletak di tepi Pantai Selatan Kabupaten Cilacap, sepintas Gunung ini seperti bukit biasa. Namun, ternyata di dalamnya dan di sekitarnya terdapat banyak panepen dan petilasan yang sering digunakan untuk Semedi/ritual.

Padepokan atau Petilasan Jambe Pitu, atau juga dikenal dengan nama Pertapaan Ampel Gading merupakan salah satu situs ziarah spiritual yang terdapat di Gunung Selok, yaitu sebuah bukit yang terdapat di wilayah Desa Karangbenda, Adipala, Cilacap. Keberadaan padepokan ini erat kaitannya dengan Padepokan Jambe Lima dan situs ini dianggap sangat keramat karena terdapat tiga petilasan, yaitu petilasan Sang Hyang Wisnu Murti dan dua pusakanya, kembang wijayakusuma yang disebut Eyang Lengkung Kusuma dan cakra baskara yang disebut Eyang Lengkung Cuwiri. Tempat ini juga terkenal sebagai tempat berziarah presiden kedua Indonesia, yaitu Presiden Soeharto.

Lokasi Padepokan Jambe Pitu ditemukan oleh Romo Dijat sementara pembangunannya dilakukan oleh Soedjono Hoemardani.

Menurut Romo Diyat, letak geograļ¬s Jambe Pitu memiliki energi paling kuat dan sangat cocok sebagai tempat menerima dhawuh atau pesan dari leluhur.

Ziarah Presiden Soeharto

Sebelum menjabat sebagai presiden, Soeharto mendalami ilmu kebatinan Jawa bersama Soedjono Hoemardani dan bergabung dalam kelompok spiritual Sendang Titis, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Soeharto kerap berziarah ke Padepokan Jambe Pitu pada malam hari sekitar dua jam saja.

Oleh sebab itu, di dekat padepokan terdapat helipad yang kini sudah tidak terurus lagi semenjak ia wafat.

Melihat Pulau Majeti, Istana Nyi Roro Kidul Surganya Bunga Wijayakusuma.

Bunga wijayakusuma dikenal kembang sakti yang kerap diburu Raja Jawa.

Kesaktian bunga wijayakusuma sudah tercatat dalam Babad Tanah Jawa. Tidak hanya raja Mataram kuno yang wajib mendapat kembang pusaka itu agar singgasananya langgeng. Namun keturunan Majapahit ikut mencari bunga wijayakusuma.

Keberadaan bunga wijayakusuma semula berada di lokasi terpencil yang dijaga pasukan gaib yang bermarkas di Jambe Pitu dan Jambe Lima. Kedua lokasi yang berada di Gunung Selok ini sejak lama dikeramatkan.

Tak cuma itu saja. Tempat keramat yang dipercaya bisa mendatangkan aura magis yang besar juga ada di sebuah bukit Srandil, Kecamatan Adipala, Gua Masigit Selo dan Pulau Majeti.

Warga Cilacap percaya Pulau Majeti jadi istananya NYI Roro Kidul

Pulau Majeti dikenal wingit karena masyarakat lokal percaya disitulah tempatnya istana penguasa laut pantai selatan Kanjeng Ratu Laut Kidul alias Nyi Roro Kidul. "Nelayan-nelayan gak ada yang berani ke sana. Soalnya ombaknya besar. Dan memang sudah turun-temurun ada larangan pergi ke sana. Katanya itu tempatnya Nyi Roro Kidul."

Wilayah Cilacap termasyur dengan peta mistik tanah Jawa. Segitiga Cilacap, Nusakambangan dan Gunung Selok

Dalam cerita tutur pedalangan, Pulau Nusakambangan disebut Nusa Kambana. Selain itu juga Nusa Barambang, Watu Masigid, Sela Marsigid, atau Dhandang Mangore.

Sementara dalam cerita wayang purwa, kahyangan Nusa Kambana digambarkan begitu wingit nan seram. Penguasa Nusa Barambang adalah Bethari Durga yang bergelar Sang Hyang Pramoni, yang mendiami Istana Watu Masigid. Yaitu sebuah istana yang gemerlap, karena dibangun dengan bahan serba emas.

Dalam beberapa literatur kesusasteraan Bethari Durga menamakan dirinya Durga Umayi. Dan dalam versi lain Durga inilah yang menurunkan Bhatara Kala.

Keraton Surakarta Hadiningrat pun memberi sebutan Sang Hyang Bathari Kalayuwati. 

Selain itu, Nusa Barambang kala itu juga menjadi ibu kota makhluk halus yang tersebar di seluruh Pulau Jawa.

Penguasa alam lelembut di tiap-tiap kabupaten mesti tunduk pada perintah Sang Hyang Pramoni Durga yang berada di Pulau Nusakambangan. Mereka yang tunduk antara lain jin balabatu (Blambangan, Banyuwangi); buta locaya si penguasa Kediri; sidagori di Pacitan, dan klenthing mungil yang mendiami Magetan.

Ada juga jin abur-abur yang tinggal di Madiun, kala jangga di Malang, serta pilang putih di Cepu, Blora. Semua pemuka makhluk halus tiap tahun mendatangi ke Nusa Kambangan untuk caos glondhong pengareng-areng, peni peni raja peni, dan guru bakal guru dadi.

Tidak hanya para pemuka makhluk halus, Keraton Surakarta setiap tahun menyelenggarakan upacara wilujengan negera Maesa Lawung di Alas Krendha Wahana. Menurut Purwadi, upacara ini ditujukan untuk menghormati Bethari Durga.

Catatan: Bathari Kalayuwati penunggu alas krendowahono wajahnya seperti indo Tinggi besar lebih dari 2,5 meter.

Sebelum Wakanda populer, Atlantis lebih dulu dikenal sebagai utopia klasik umat manusia. Atlantis adalah lokasi peradaban maju dari masa ribuan tahun lalu yang memiliki teknologi canggih, kendaraan terbang, kekayaan alam, dihuni manusia ras unggul, dan berlokasi di Indonesia. Tunggu dulu, memangnya Atlantis bukan cuma mitos?

Peradaban kuno itu ada, jejaknya tertimbun di bawah Indonesia modern, serta jauh lebih keren daripada Wakanda. Sampai sekarang masih ada dan eksis. Lokasi persis Atlantis yang hilang: 200 mil dari pantai selatan Pulau Jawa. Jika anda di pantai Parang Kusumo lihatlah ke kiri di sana kalau anda beruntung akan melihat siluet istana itu yang bersinar emas.

Semar Dewa Jawa Kuno



Dalam autobiografinya, Soeharto membuat pembedaan antara penggunaan kekuatan gaib — ramalan, mengambang di udara, kekebalan terhadap senjata, serta yang semacamnya — dan kebenaran spiritual yang dipahami melalui meditasi. Dia meremehkan rumor bahwa dia bergantung pada dukun untuk membuat keputusan penting. "Jika kita berada di tengah sebuah peperangan lantas mencari dukun," tulisnya, "kita akan dibunuh terlebih dahulu oleh musuh." Tetapi, dia menegaskan bahwa kedua jenis kekuatan mistik — yang dangkal dan yang dahsyat — memang benar-benar ada. Yang ingin ditekankan adalah bahwa Soeharto tidak bergantung pada siapa pun. Bukan berarti dukun dan peramal itu tidak ada, tetapi bahwa sang presiden, dengan kekuatannya yang jauh lebih kuat dan luas, lebih unggul daripada mereka semua. 

Keyakinan Islamnya bukan seperti orang Arab, melainkan lebih mirip ajaran mistis kuno Jawa, agama meditasi dan legenda wayang. Soeharto konon sering diam- diam keluar dari Jakarta dengan helikopternya untuk bermeditasi di gua-gua batu Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah. 

Pada 1974 dia pergi ke sana bersama perdana menteri Australia, Gough Whitlam, yang memiliki hubungan paling dekat dengannya di antara semua pemimpin Barat. Selama kunjungan inilah Whitlam setuju untuk menutup mata terhadap invasi Indonesia yang semakin menjadi atas Timor Timur; sebagai tanda terima kasihnya, Soeharto membawanya ke Gua Semar yang keramat bagi dewa-dewi terpenting Jawa. 

Dalam pertunjukan wayang, Semar ditampilkan dengan cara yang tak berbeda dari badut dalam drama Shakespeare, seorang kerdil yang gendut, sering kentut, yang menjadi pelipur bagi para kesatria majikannya yang heroik. Semar sang punakawan mengolok-olok keseriusan tokoh-tokoh wayang, tapi sesungguhnya dia adalah yang paling perkasa dari seluruh dewa. Ambiguitas dewa-pelayan inilah yang menarik bagi Soeharto, presiden yang petani. Dokumen yang ditandatangani oleh Soekarno selaku presiden pada 1967, sertifikat kelahiran Orde Baru, disebut Surat Perintah Sebelas Maret. Super Semar. 

Ramalan-ramalan mistik adalah sebuah bisnis di Jawa, dan ada banyak dukun yang mengklaim hubungan dekat dengan presiden. Tetapi, ada dua nama yang paling menonjol. Yang pertama adalah istri Soeharto, keturunan Mangkunegaran Solo. Konon Ibu Tien telah mewarisi bakat dalam soal kebatinan; banyak yang percaya bahwa pudarnya kekuatan Soeharto berawal dengan kematian Ibu Tien yang mendadak pada 1996. Yang satunya adalah Sudjono Humardani, orang yang paling diakui sebagai dukun Soeharto. 

Sudjono adalah seorang jenderal yang menjadi manajer bisnis tak resmi Soeharto. Dia juga seorang ahli kebatinan Jawa yang piawai, dengan keyakinan yang teguh tentang nasib Soeharto sebagai "Ratu Adil" Jawa. Dia membuat catatan tentang pengamatan supranatural yang kemudian disampaikannya kepada Soeharto. Dia memiliki koleksi keris-keris sakti dan ahli meracik ramuan dan jamu. 

Pada awal Orde baru, Sudjono berangkat ke Amerika Serikat untuk misi diplomatik penting ditemani oleh Umar Kayam, sastrawan dan akademisi.Dalam penerbangan, Sudjono menunjukkan kepada Umar sebuah kotak tabung-tabung kecil berisi cairan dan serbuk. Sebagian untuk kesehatan dan pengobatan berbagai penyakit. Yang lain untuk pemikat, bagi lelaki dan perempuan. Sudjono memiliki selera humor yang jorok dan jelas-jelas bermaksud untuk sedikit bersenang-senang di Amerika. "Sudjono bilang, Yang ini sangat bagus. Bisa membuatperempuan mana pun mengera ng! "Kemudian saya bilang, 'Kalau yang itu? dan dia lalu menjadi sangat serius." Botol itu berisi pasir dari sebuah tempat keramat di Jawa. Sudjono bermaksud menaburkannya secara diam-diam di Gedung Putih. Dengan cara ini kekuatan magis Jawa akan menimbulkan pengaruh di benteng kekuatan Amerika itu dan misi diplomatik Orde Baru akan dijamin sukses. Orang-orang Jawa itu tiba di Washington, pergi ke Gedung Putih, dan menyelenggarakan pembicaraan formal mereka. Ketika mereka berada di luar lagi, Sudjono tersenyum kepada Umar dan menunjukkan botol yang sudah kosong. "Saya tidak tahu bagaimana dia  melakukannya dan saya tidak melihatnya sendiri," kata Umar. "Tetapi, dia menuangkan pasir itu ke bawah karpet Gedung Putih." Dan hingga masa terakhirnya, Orde Baru menikmati dukungan kuat Amerika Serikat.

Bloodline Holy Grail

Alkitab menjelaskan bahwa kisah Bloodline dimulai dengan Adam dan Hawa, dari putra keempatnya, Syst mengembangkan garis yang berkembang melalui Methuselah dan Nuh, dan akhirnya ke Abraham yang menjadi Patriark Agung bangsa Ibrani. Itu kemudian menceritakan bahwa Abraham membawa keluarganya ke arah barat dari Mesopotamia (sekarang Irak) ke tanah Kanaan (Palestina), dari mana beberapa keturunannya pindah ke Mesir. Setelah beberapa generasi, mereka pindah kembali ke Kanaan di mana, pada waktunya, akhirnya Daud dari Betlehem menjadi Raja Kerajaan Israel yang baru ditetapkan.

Jika dilihat sebagaimana disajikan dalam tulisan suci, ini adalah kisah yang menarik; tetapi tidak ada yang menunjukkan mengapa garis keturunan leluhur Daud dan ahli warisnya istimewa. Faktanya, yang terjadi adalah sebaliknya. Nenek moyangnya digambarkan sebagai suksesi dari para pencari wilayah yang berkeliaran yang dianggap tidak memiliki arti khusus sampai zaman Raja Daud. Sejarah Alkitab mereka tidak ada bandingannya dengan, katakanlah, Firaun kontemporer Mesir kuno. Kepentingan mereka, kita diberitahu, berasal dari fakta bahwa (sejak zaman Abraham) mereka ditetapkan sebagai ' umat pilihan Allah '. Tetapi bahkan hal ini membuat kita bertanya-tanya, karena, menurut tulisan suci, Tuhan mereka menuntun mereka melalui serangkaian kelaparan, perang, dan kesulitan umum - dan, di hadapannya, orang-orang Ibrani awal ini tampaknya tidak terlalu cerdas !

Karena itu, kita dihadapkan pada beberapa kemungkinan. Entah David sama sekali bukan dari suksesi Abraham ini, dan hanya dicangkokkan ke dalam daftar oleh penulis kemudian. Atau mungkin kita telah disajikan versi yang sangat rusak dari sejarah awal keluarga - versi yang secara khusus dirancang untuk menegakkan iman Yahudi yang muncul, daripada untuk mewakili fakta sejarah.

Teks-teks Injil yang telah berada di ranah publik selama berabad-abad tidak memiliki banyak hubungan dengan kisah langsung dari zaman itu. Perjanjian Baru , seperti yang kita tahu, disusun oleh para uskup abad ke-4 untuk mendukung kepercayaan Kristen yang baru dibuat. Tetapi, bagaimana jika para ahli Taurat Yahudi sebelumnya melakukan hal yang persis sama?

Jelas, saya harus kembali ke tulisan yang lebih kuno untuk menemukan keganjilan. Masalahnya adalah, bahkan jika ini mungkin, tulisan-tulisan Ibrani yang paling awal (yang diulangi beberapa abad kemudian) sendiri hanya ditulis antara abad ke 6 dan 1 SM, jadi mereka tidak akan seotentik itu dalam penceritaan sejarah mereka. dari ribuan tahun sebelumnya. Memang, jelas bahwa inilah yang akan terjadi, karena ketika buku-buku ini pertama kali ditulis tujuan mereka adalah untuk menyampaikan sejarah yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip kepercayaan Yahudi - iman yang tidak muncul sampai jauh ke dalam kisah leluhur.

Mengingat bahwa kelompok pertama dari buku-buku ini ditulis ketika orang-orang Yahudi ditawan di Babel Mesopotamia pada abad ke-6 SM, jelas bahwa Babel adalah tempat di mana catatan asli kemudian disimpan. Bahkan, sejak zaman Adam, sampai sekitar 19 generasi hingga Abraham, seluruh sejarah patriarkal Perjanjian Lama adalah Mesopotamia. Lebih khusus lagi, sejarah berasal dari Sumer di selatan Mesopotamia, di mana Sumeria kuno memang merujuk ke padang rumput delta Eufrat sebagai Eden.

Ketika meneliti untuk Bloodline of the Holy Grail , saya menemukan bahwa sumber yang baik untuk beberapa informasi latar belakang adalah berbagai Injil dan teks yang tidak dipilih untuk dimasukkan dalam Perjanjian Baru kanonik. Mungkin, saya pikir, hal yang sama berlaku untuk Perjanjian Lama. Buku - buku Henokh dan Yobel , misalnya, ada di antara yang tidak termasuk. Buku selanjutnya, yang perhatiannya secara khusus ditarik dalam buku-buku Perjanjian Lama Yosua dan Samuel, adalah Kitab Jasher . Tetapi meskipun penting bagi penulis Ibrani, itu tidak termasuk dalam seleksi akhir. Dua karya lain juga dikutip dalam Alkitab . Kitab Bilangan menarik perhatian kita pada Kitab Perang Yehuwa . Dan di dalam Kitab Yesaya kita diarahkan menuju Kitab Tuhan. Apa buku-buku ini? Di mana buku-buku ini? Mereka semua disebutkan dalam Alkitab (yang berarti mereka semua sebelum Perjanjian Lama), dan mereka semua dikutip sebagai yang penting. Jadi, mengapa editor merasa cocok untuk mengecualikan mereka ketika pemilihan dilakukan? 

Dalam mengejar jawaban atas pertanyaan ini dan dalam mempelajari substansi Perjanjian Lama sebelum terseleksi, satu fakta yang menjadi semakin jelas adalah bahwa dalam Alkitab berbahasa Inggris definisi ' Tuhan ' digunakan dalam konteks umum, tetapi dalam teks-teks sebelumnya perbedaan positif ditarik antara ' Yehuwa ' dan ' Tuhan '. Seringkali heran mengapa Allah Alkitabiah orang- orang Ibrani memimpin mereka melalui pencobaan dan kesengsaraan, banjir dan bencana, ketika (dari waktu ke waktu) ia tampil dengan kepribadian yang sangat bertolak belakang dan penuh belas kasihan. Jawabannya adalah, meskipun sekarang tampaknya dianut sebagai ' Satu Tuhan ' oleh gereja-gereja Yahudi dan Kristen, pada awalnya ada perbedaan yang jelas antara figur-figur Yehuwa dan Tuhan . Faktanya, mereka adalah dewa yang cukup terpisah. Dewa yang disebut sebagai ' Yehuwa ' secara tradisional adalah dewa badai, dewa murka dan pembalasan, sedangkan dewa yang disebut sebagai ' Tuhan ' adalah dewa kesuburan dan kebijaksanaan.

Jadi, apa nama yang diberikan kepada Tuhan dalam tulisan-tulisan awal? Sederhananya, itu adalah kata Ibrani yang berlaku untuk ' Tuhan ', dan kata itu adalah ' Adon '. Mengenai nama pribadi Yehuwa yang jelas , ini tidak digunakan pada masa-masa awal, dan bahkan Alkitab memberi tahu bahwa Allah Abraham disebut ' El Shaddai ', yang berarti ' Gunung Tinggi '.

Nama nyata ' Yehuwa ' berasal dari bahasa Ibrani asli YHWH , yang berarti ' Saya adalah saya ' - dikatakan sebagai pernyataan yang dibuat oleh Tuhan kepada Musa di Gunung Sinai, ratusan tahun setelah masa Abraham. Karena itu, ' Yehuwa ' sama sekali bukan nama, dan teks-teks awal merujuk hanya pada ' El Shaddai ' dan kepada lawannya, ' Adon '.

Bagi orang-orang Kanaan , dewa-dewa ini masing-masing disebut ' El Elyon ' dan ' Baal ' - yang berarti hal yang persis sama (' Lofty Mountain ' dan ' Lord ').

Dalam Alkitab modern kita, definisi ' Tuhan ' dan ' Tuhan ' digunakan dan dicampur-campur sepanjang, seolah-olah mereka adalah satu dan karakter yang sama, tetapi pada awalnya mereka tidak. Yang satu adalah dewa pendendam (pembenci rakyat), dan yang lainnya adalah dewa sosial (pendukung rakyat), dan mereka masing-masing memiliki istri, putra dan putri.

Tulisan-tulisan lama memberi tahu kita bahwa sepanjang era patriarki bangsa Israel berupaya mendukung Adon, Tuhan, tetapi pada setiap kesempatan El Shaddai (dewa badai, Yehuwa ) membalas dengan banjir, prahara, kelaparan, dan kehancuran. Bahkan pada yang paling akhir (sekitar 600 SM), Alkitab menjelaskan bahwa Yerusalem digulingkan atas permintaan Yehuwa dan puluhan ribu orang Yahudi dibawa ke pembuangan di Babel hanya karena Raja mereka (keturunan Raja David) telah mendirikan altar sebagai penghormatan. Baal, Adon. Selama penawanan inilah orang Israel melemah dan akhirnya menyerah. Mereka memutuskan untuk menyerah pada ' God of Wrath ', dan mengembangkan agama baru karena takut akan pembalasannya. Pada saat itulah nama Yehuwa pertama kali muncul - dan ini hanya 500 tahun sebelum zaman Yesus.

Suku Badui di Banten Selatan

 

Cerita tentang Orang- Orang yang Tak Terlihat (Manusia Dimensi Lain) Sumber spiritualitas negaranya (Indonesia) katanya, tidak akrab dengan ras lain. Itu unik karena berasal dari Orang-orang Yang Tak Terlihat, Badui, yang tumbuh tidak lebih besar dari anak berusia sepuluh tahun dan yang tinggal di bagian hutan pegunungan yang tidak dapat diakses di Banten Selatan, sekitar seratus mil barat Jakarta.

Badui "lebih dekat dengan jiwa" daripada orang lain, kata Pak Joyo, dan merupakan faktor X di latar belakang Ilmu Jawa. 

Tanpa terlihat mereka telah menginstruksikan orang-orang Jawa selama hampir tiga ribu tahun, membantu membimbing mereka dari negara primitif asli mereka ke peradaban mereka saat ini.

Badui bukan orang Indonesia dan tidak memiliki bagian dalam hukum atau ekonomi negara, tetapi hidup terpisah di wilayah hutan yang dilarang untuk orang luar dan memiliki pengetahuan spiritual yang hebat dan kekuatan magis yang aneh. Meskipun jarang terlihat oleh orang luar, mereka terpesona di pasar-pasar di seluruh Indonesia. Ketika para pemimpin spiritual dan politik Indonesia membutuhkan nasihat, kata Pak Joyo, bahkan yang paling terkenal dari mereka pergi ke hutan sendirian untuk berkonsultasi dengan para peramal Badui, karena pemahaman Orang-Orang Yang Tak Terlihat mengenai masalah spiritual adalah sesuatu yang universal yang mewujudkan tradisi purba di luar faksi atau institusi.

Presiden Soeharto tidak diragukan lagi akan menjadi salah satu dari para pemimpin puncak yang tidak terlalu bangga untuk mencari pencerahan, mungkin dari jenis politik maupun spiritual, dari orang-orang aneh di hutan. Meninggalkan para pembantunya, pengawal, dan sopirnya, dia harus naik sendirian di jalur hutan yang mengarah ke suku Badui, di sana untuk berkonsultasi dengan para "spiritual" terkemuka.

Entah kenapa, meski jauh dari peradaban penuh yang mengelilinginya, Badui tahu semua yang terjadi di dalamnya jauh sebelum berita itu terdengar di televisi. Mereka telah meramalkan Perang Dunia Kedua dan bahwa Belanda akan meninggalkan negara itu segera setelah perdamaian diumumkan. Mereka tahu nasib orang-orang di seluruh dunia. 

Orang Badui, konon, menanam pohon keramat - pohon hidup, sebagaimana mereka menyebutnya - mewakili para pemimpin suku mereka di hutan keramat yang disebut Artjas Domas, yang dikunjungi setahun sekali oleh para imam Badui berpangkat tinggi. Dengan mempelajari pertumbuhan di pohon-pohon secara terang-terangan, mereka dapat membaca nasib dan takdir tidak hanya orang, tetapi juga bangsa dan dunia. Dari pemeriksaan tahunan ini, segala sesuatu yang bernilai bagi keluarga-keluarga terkemuka mereka dicatat dalam naskah yang hanya diketahui oleh mereka. Badui dikatakan memiliki kekuatan telepati dan cara ajaib untuk menjauhkan orang lain dari permukiman mereka, terutama dari Artas Domas.

Mengapa para penghuni hutan yang aneh ini begitu berpengaruh? Apa kebijaksanaan khusus yang mereka miliki? Dari mana mereka datang? Dan mengapa mereka hidup terpisah, asing, ditakuti, tidak terlihat namun, menurut P. Joyo, semua melihat? 

Sir Stamford Raffles menyebut mereka dalam Sejarah Jawa abad kedelapan belas, namun sejak itu tidak ada pelancong dari Barat yang berhasil lebih baik daripada orang Indonesia sendiri yang menginjakkan kaki di wilayah dalam Badui atau menembus rahasia mereka.

Akhirnya saya belajar lebih banyak tentang orang-orang luar biasa ini dari Dr. Paul Stange, seorang dosen Amerika untuk Studi Asia yang tumbuh di Indonesia dan yang memperoleh gelar doktor dari Universitas Michigan di AS untuk studinya tentang Sumarah, sebuah sekte kebatinan yang telah menjadi berpengaruh di Indonesia sejak Revolusi. Dalam tesisnya, Dr. Stange mampu menghubungkan Badui secara tidak langsung dengan pertumbuhan sekte kebatinan seperti Subud dan Sumarah sebagai fenomena mutakhir dalam evolusi kesadaran mistik.

Penjaga Dunia Jiwa

Tampaknya Badui adalah ras Tamil berkulit gelap yang diyakini telah menyebar dari Afrika sejak lama ke India selatan, dan dari sana ke Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik, tempat mereka hidup tanpa gangguan selama ribuan tahun. Tetapi sekitar delapan ribu tahun yang lalu orang Melayu, pada saat itu ras Kaukasia dari utara, melintasi Selat Sunda dan menggusur budaya Badui di Kepulauan Sunda, dengan konsekuensi bahwa sebagian besar ras pribumi mengundurkan diri ke pedalaman pegunungan Jawa. , jauh dari penyebaran komunitas pendatang baru, sementara sisanya bermigrasi jauh ke timur.

Beberapa waktu dalam milenium pertama SM, sisa-sisa penduduk asli Tamil di Jawa bergabung dengan sekelompok besar inisiat India - mungkin, beberapa pihak berwenang berpikir, para pengungsi dari budaya lembah Indus yang sudah tidak ada lagi di mana pohon-pohon suci juga memainkan peranan penting - dan kedua kelompok, masing-masing dengan warisan kebijaksanaan rasial kuno, bersama-sama membentuk imamat Badui.

Empat puluh keluarga Hindu-Budha India, yang merupakan inti suci, mendiami sebuah kelompok pusat dari tiga desa yang dilayani oleh lingkaran luar komunitas Badui: bersama-sama kedua klan membangun pusat kekuatan spiritual di Jawa yang terisolasi meskipun hampir tiga ribuan tahun dan akhirnya sangat berkurang jumlahnya, mempertahankan struktur sakral dan identitasnya yang tidak berubah dan tempat terpentingnya dalam kehidupan keagamaan Jawa. Mereka yang berada di lingkaran esoterik bagian dalam mengenakan sarung putih dan turban, disebut Orang-Orang Putih, memiliki aturan perilaku yang ketat dan dilarang oleh hukum mereka untuk berkomunikasi apa pun dengan dunia luar, sementara mereka yang di desa-desa luar mengenakan sarung biru dan turban dan disebut Yang Biru. 

Nina Epton, seorang jurnalis Inggris yang merupakan satu-satunya orang Barat yang dikenal telah bertemu Orang-Orang Biru dan beberapa Orang Putih kudus mereka (walaupun banyak peneliti Belanda mencobanya sebelumnya), berbicara dalam bukunya The Palace and the Jungle tentang harga diri mereka yang menyendiri, udara mereka memiliki "takdir yang terpisah dari manusia lain," dan di atas semua itu, dari apa yang ia sebut "tampilan Tibet." Ini adalah pandangan mata terbuka lebar yang umum bagi banyak orang Badui, yang ia gambarkan sebagai menatap ke luar dunia ini masuk ke dunia spiritual. Itu adalah penampilan yang dia kaitkan terutama dengan foto-foto pelihat seperti Guru Padma Sambhava, inisiat besar India yang membawa agama Buddha ke Tibet. 

Epton menggambarkan fisiognomi Badui sebagai variasi dan jelas dari etnis yang lebih tua daripada orang Indonesia. Tetapi pemimpin tua dari Orang-Orang Putih, yang dianggap sebagai orang suci dan bijaksana dan jelas merupakan kasta superior bagi yang lain, jelas lebih maju secara etnis. Dia mencatat secara khusus bahwa dia memiliki wajah yang usang, sabar dan asketis yang mengingatkannya pada intelektual Eropa yang santun. Dengan pakaian lain, dia akan lewat tanpa disadari di tengah kerumunan orang Inggris, karena dia memiliki kulit yang sangat ringan, wajah yang sempit dan sikap lembut orang yang beradab. 

Penegasan ini didukung oleh sejarah pribadi seorang pelarian muda, putra seorang pu'un atau kepala Orang-Orang Putih, yang pada abad ketujuh belas lolos dari koloni untuk menjadi anak lelaki yang stabil di istana Sultan saat itu. Segera ia menjadi penasihat Sultan dan kemudian menantunya, dan hari ini keturunannya adalah keluarga Jajadiningrat, salah satu keluarga yang paling aristokrat dan berpengaruh secara politik di sekitar kepresidenan Indonesia. 

Selama tiga ratus tahun intervensi, Badui terus "membaca" pohon suci dari garis stabil anak laki-laki, untuk mengunjungi keturunan Jajadiningrat setahun sekali dengan prediksi dan saran untuk tahun yang akan datang, dan di mana perlu melindungi anggota keluarga dari bahaya.