Pencarian Guru Sejati


Suluk Dewa Ruci

Khazanah kepustakaan Jawa kaya dengan karangan-karangan tentang filsafat mistik yang lazim disebut suluk. Pada umumnya suluk disampaikan melalui kisah perumpamaan atau alegori, dan ditulis dalam bentuk puisi atau tembang macapat gaya Mataram, tetapi tidak jarang ditulis dalam bentuk gancaran atau prosa. Sebagai alegori, suluk-suluk itu kaya dengan ungkapan-ungkapan simbolik dan simbol atau image-image simbolik. Karena itu untuk memahaminya diperlukan metode penafsiran atau pemahaman yang sesuai.

Kisah Dewa Ruci adalah salah satu suluk yang populer di Jawa dan sering dipergelarkan sebagai lakon wayang kulit. Keragaman versinya menunjukkan luasnya penyebaran kisah ini, begitu pula dengan banyaknya naskah yang memuat teks kisah ini di berbagai museum dalam dan luar negeri. Sejak lama cukup banyak sarjana sastra Jawa telah menelitinya, berdasar pertimbangan bahwa suluk ini merupakan representasi terbaik dari wacana mistisisme Jawa. Di dalamnya filsafat hidup Jawa yang didasarkan pada bentuk-bentuk spiritualitas atau mistisisme yang sinkretik tergambar dengan jelasnya.

Kisah Dewa Ruci sarat dengan ajaran kebatinan masyarakat Jawa, yakni berisi pencarian jati diri seorang manusia. Resi Drona memerintahkan Bima untuk mencari air kehidupan (tirta pawitra) yang akan membuat Bima mencapai kesempurnaan hidup.

Perjalanan Bima mengalahkan para Raksasa untuk menemukan air pawitra, mengalahkan Naga, dan bertemu dengan Dewa Ruci sesungguhnya sarat dengan simbol-simbol tentang perjuangan manusia mengalahkan nafsu-nafsu yang dapat menghalanginya menuju kesempurnaan.

Kisah Bima mencari tirta pawitra (air kehidupan) dalam lakon wayang cerita Dewaruci secara filosofis melambangkan bagaimana manusia harus menjalani perjalanan batinnya sendiri guna menemukan identitas diri sejatinya. Pencarian sangkan paraning dumadi : asal dan tujuan hidup manusia Darimana asalku ? Untuk apa di dunia ini ? Kemana tujuanku ini ? Pertanyaan itu harus dijawab sendiri oleh manusia, oleh karenanya Bima melakukan perjalanan guna mendapatkan jawabannya. 

Jalan menuju Tuhan yang ditempuh oleh Bima disebutkan melalui empat tahap, yaitu: sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah rasa, dalam bahasa keislaman di kenal dengan syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. Beberapa guru spiritual di Jawa menambahkan dengan mahabbah atau cinta kasih pada hasil akhir dari 4 tahap proses pencarian tersebut. 

Kemudian diriwayatkan Bima bertemu dengan Dewa Ruci, sosok Dewa yang mirip dengan dirinya namun hanya sebesar Ibu Jari. Sang Dewaruci (ruh suci) memerintahkan Bima agar masuk kedalam diri-Nya melalui lubang telinganNya sebelah Kanan.

Tanpa banyak tanya, Bima pun langsung mematuhi perintah sang guru tersebut ia memasuki tubuh sang dewa melalui telinga KananNya. Dewa Ruci mengatakan bahwa air kehidupan tidak ada di mana-mana, percuma mencari air kehidupan di segala tempat di dunia, sebab air kehidupan berada di dalam diri manusia itu sendiri.

Ada empat macam benda yang tampak oleh Bima, yaitu: Hitam, Merah, Kuning dan Putih. Lalu berkatalah Dewa Ruci, "Yang pertama kau lihat cahaya, menyala tidak tahu namanya, Pancamaya itu, sesungguhnya ada di dalam Hatimu, yang memimpin dirimu".

Lebih lanjut ajaran ini menyebutkan bahwa pada diri manusia pun terdapat 4 (empat) kekuatan yang selalu menjadi kawan dalam perjalanan hidup, di saat suka maupun duka, hingga layak disebut “Saudara”. Masing-masing ditandai dengan simbol warna putih, merah, kuning dan hitam (Sedulur Papat). Posisi mereka di dalam jiwa manusia adalah lekat dengan Atman(Pancer), membuat cahayanya membentuk warna “Pelangi”. 

Lekas pulang jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu, untuk tinggal di hati , Di pusat hati itulah, menandai pada hakikatmu, sedangkan yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih, itu adalah penghalang hati.

Setelah warna yang empat lenyap, lantas muncul: Cahaya Tunggal 8 (Delapan) warna. Bima bertanya: “Apakah cahaya delapan warna ini merupakan hakekat sejati? 

Tampak seolah permata gemerlapan kadang seperti bayangan, mempesona kadang pancaran sinarnya bagaikan zamrud”. 

Dewa Ruci menjawab: “Inilah intipati kesatuan/Artinya segala hal yang ada di alam dunia ada pula dalam dirimu. Pun semua yang ada di alam dunia/Memiliki padanan dalam dirimu/Antara jagad besar/Dan jagad kecil tidak berbeda.

Seperti warna yang empat/Kepada dunia memberi hayat/ Jagad besar dan jagad kecil/ Setiap yang ada sama dalam keduanya/Jika rupa di alam dunia/Ini lenyap seisinya/Maka semua wujud akan tiada/Dan menyatu dalam wujud tunggal/Tiada lelaki atau wanita".

Bima bertanya kepada Dewa Ruci, apakah yang tampak itu merupakan dhat hakiki yang dicarinya selama ini? Dewa Ruci menjawab, bukan itu yang harus dicari. “Sesuatu” yang dicari itu adalah susuh angin (sarang angin), ati banyu (hati air), galih kangkung (galih kangkung), tampak kuntul nglayang (bekas burung terbang), gigi panglu (pinggir dari globe), wates langit (batas cakrawala), yang merupakan sesuatu yang “tidak tergambarkan” atau “tidak dapat di sepertikan” yang dalam bahasa Jawa “Tan kena kinaya ngapa”. Ketika tiba diambang batas kesadaran, hanya seperti kilasan mimpi, kita seolah menyelinap ke dalam Rasa Sejati.

Seni Kuno Lima Elemen

Sedulur Papat Lima Pancer

Hidup itu penuh tantangan. Beberapa muncul tiba-tiba, seperti krisis kesehatan; yang lainnya, seperti masalah hubungan, berkembang seiring waktu. 

Beberapa lebih jelas (kesulitan keuangan dan sejenisnya); yang lain lebih sulit untuk dijelaskan — perasaan tidak puas yang samar-samar. Mungkin sudah jelas apa yang perlu Anda lakukan untuk menavigasi jalan bergelombang di depan. Di sisi lain, Anda akan merasa seperti berada dalam pola menahan, terjebak tanpa ide yang jelas tentang bagaimana Anda dapat bergerak maju. Melampaui rintangan Anda dapat membutuhkan bantuan dari seorang profesional, beberapa upaya pribadi atau keduanya. 

Praktik kuno feng shui dapat menawarkan manfaat dari penyesuaian yang bijaksana dan disengaja terhadap lingkungan Anda dan energi di sekitar Anda.

Seni dan sains Tiongkok berusia lebih dari 5.000 tahun ini didasarkan pada gagasan bahwa energi alam semesta, yang dikenal sebagai qi, terkait erat dengan harmoni dalam hidup Anda. 

Dengan kata lain, karakteristik tempat Anda tinggal, bekerja, dan bermain dapat mendorong atau menghalangi keseimbangan positif qi pribadi, dan karenanya meningkatkan atau menghalangi kesehatan yang baik, hubungan yang positif, kepuasan, dan kesuksesan.

Jika ahli akupunktur menempelkan jarum ke area tubuh untuk mendorong aliran energi dan meningkatkan keselarasan dan penyembuhan, ahli feng shui menyarankan penambahan, pemindahan, atau penataan ulang benda-benda di ruang untuk melakukan hal yang sama. 

Itu bisa mencakup penempatan furnitur, tanaman, hiasan dinding, dan benda umum lainnya. 

Rekomendasi didasarkan pada bagua, atau peta energi, yang mengungkapkan bidang-bidang ruang Anda yang terkait dengan bagian-bagian kehidupan Anda seperti spiritualitas, kreativitas, kekayaan, atau karier. Banyak orang mempelajari prinsip feng shui untuk digunakan sendiri juga.

Feng shui didasarkan pada Teori Lima Elemen. Masing-masing dari hal berikut harus diwakili dan diseimbangkan dengan cermat di ruang mana pun Anda berada untuk menjaga keseimbangan energi yang optimal :

Api - gairah: Ini dapat diekspresikan melalui bentuk sudut (meja kopi persegi, mungkin), kulit, lilin dan warna dalam keluarga merah.

Kayu - motivasi, inspirasi, kreativitas: Banyak yang menggunakan furnitur kayu, tanaman dan warna hijau dan ungu untuk memenuhi kebutuhan ini.

Air - kekayaan, kesuksesan profesional: Ini sering dimasukkan ke dalam ruangan melalui penggunaan kaca, cermin, air yang bergerak (seperti air mancur meja) atau warna hitam dan biru.

Bumi - stabilitas: Benda dari batu atau tanah liat, bentuk persegi dan warna kuning, coklat, dan oranye biasanya digunakan untuk menandakan planet kita.

Daya tarik logam -energi: Ini mudah untuk digabungkan, karena kebanyakan dari kita memiliki sejumlah benda logam (lampu, bingkai foto), dan dapat dikerjakan dengan bentuk bulat, krom, kuningan, besi tempa, baja tahan karat dan warna putih dan abu-abu.

Anda mungkin beralih ke feng shui karena Anda ingin fokus untuk mendorong satu hasil tertentu, seperti mendapatkan pekerjaan baru atau membina pernikahan yang kuat, atau Anda mungkin meminta ahli feng shui untuk mengoptimalkan rumah Anda secara lebih umum setelah mereka menganalisis energinya. Di atas segalanya, feng shui dapat menghasilkan rasa damai yang sulit dijelaskan — yang muncul saat segala sesuatunya terasa seimbang dan indah. 

Apa pun maksud Anda, semua aspek ruang Anda — termasuk orientasinya pada bidang tanah, desain, warna, dekorasi, dan penataan furnitur — dipertimbangkan saat menentukan perubahan apa yang perlu dilakukan. Meskipun beberapa fitur ini bersifat permanen, penyesuaian dapat dilakukan pada fitur yang tidak mengundang qi positif.

Misalnya, memposisikan kepala tempat tidur Anda ke dinding akan mendorong keamanan. Menambahkan benda bundar, seperti meja bundar, akan meningkatkan rasa keutuhan, sementara cat merah akan memberi perasaan romantis.

Anda mungkin berpikir tidak ada yang lebih dari Pakis di dapur Anda selain keindahan yang ditambahkannya, atau bahwa menggantung Cermin di pintu masuk Anda hanyalah alat bantu yang berguna untuk pandangan di menit-menit terakhir sebelum Anda keluar dari pintu. 

Hal-hal itu tentu saja benar, tetapi Anda mungkin menemukan bahwa mengubah ruang Anda memengaruhi Anda dengan cara lain yang lebih bermakna juga — cara yang dapat membantu mendukung perubahan yang sehat dalam hidup Anda.

Studi Pemahaman Energi Bumi

 

"Tempat paling suci di dunia adalah tempat kebencian kuno telah menjadi cinta saat ini." 

GEOMANCY adalah studi atau pemahaman tentang energi Bumi. Kata ini berasal dari bahasa Yunani Gaia, yang berarti Dewi Bumi, dan Manteia, yang berarti studi atau ramalan. Secara tradisional dikaitkan dengan kerajinan suci, geomansi saat ini mengambil banyak bentuk, dari dowsing sederhana yang profan untuk air bawah tanah, hingga teknik ritual sakral yang sangat kompleks yang digunakan dalam peningkatan dan penanaman medan kekuatan halus namun vital Bumi. Dari semua tradisi geomansi di seluruh dunia, mungkin yang paling terkenal adalah feng shui, meskipun geomansi menonjol dalam arsitektur Inggris kuno, Yunani, dan Kekaisaran Romawi. 

Studi tentang geomansi telah dirangkul dalam feng shui, (atau seperti yang disebut di masa lalu kan yu, yang berarti pemahaman tentang langit dan bumi).

Dalam bentuk eksternalnya, visi kosmik geomancer terdiri dari pemahaman tentang kekuatan alam dalam hubungannya dengan divisi empat kali lipat dari cakrawala. 

Gaya geomagnetik bola dunia diambil sebagai titik berangkat untuk menciptakan kerangka hubungan yang memungkinkan praktisi memanipulasi gaya pada desainnya. 

Dalam tradisi Jawa kuno di kenal sebagai Sedulur Papat atau Kanda Pat dalam versi Bali. 

Oleh karena itu, dunia dipahami sebagai terdiri dari hubungan berikut : 

UTARA dipahami sebagai wilayah Kegelapan, dan karena itu dikaitkan dengan kekuatan tektonik, Ibu Pertiwi, Tubuh, dan dengan realitas sebagai manifestasi dalam Ruang dan Waktu.

SELATAN dipahami sebagai area Cahaya, dan dengan demikian merupakan kendaraan untuk penerangan ilahi, Roh, Angin, dan Yang Abadi.

TIMUR adalah titik terbitnya Matahari dan karena itu sesuai dengan Pikiran yang telah terbangun, dan dengan Kekuatan Api.

BARAT adalah terbenamnya Matahari, dan karena itu merupakan pertanda Bulan, serta aspek Kesadaran Bawah Sadar dan Emosional. Kekuatannya adalah Air.

Di Tengahnya adalah Pohon Dunia, Tiang Pusat yang menopang Surga (arti asli dari kata tai chi mengacu pada ini, karena melambangkan tiang punggungan atau balok utama di atap rumah). Pusatnya adalah Void, di mana perlawanan fisik bisa diminimalisir, dan pencapaian dibuat serasi dan seimbang. 

Itu sering disebut sebagai Pusar Dunia, karena hubungannya dengan kehamilan dan kelahiran kembali. 

Pusatnya juga merupakan kendaraan untuk Petir Suci Penerangan, yang dibawa atau dikirimkan oleh sekutu burung, sering kali elang atau burung kolibri. 

Pusat sering dikaitkan dengan pelangi, dan dapat diwujudkan dalam Drum. 

Rekannya adalah Forge, di mana sambaran petir dari palu membentuk inisiat ke dalam bentuk dan potensi baru. 

Dalam banyak budaya, dukun pertama adalah pandai besi, pemberi takaran dan api,dan karena itu dikaitkan dengan Saturnus, Tuhan yang mengukur kedalaman Alam Semesta.

Seringkali divisi empat kali lipat dari Kosmos (lima kali lipat, jika Anda memasukkan Pusat, dan tujuh kali lipat, jika Anda memasukkan Langit dan Bumi) disebut dalam istilah metaforis melalui kiasan hewan. 

Dalam feng shui, misalnya, Utara adalah tempat tinggal Penyu Hitam, Timur adalah tempat tinggal Naga Biru, Selatan Burung Merah, dan Barat adalah rumah dari Macan Putih. 

Dalam budaya lain, Utara dapat dianggap sesuai dengan energi Ular atau makhluk lain yang memeluk bumi, Selatan dengan Elang atau Rajawali, dan seterusnya.

Selain empat sudut geomagnetik, pengetahuan kuno mengenali sumbu transversal titik balik matahari dan ekuinoks (Timur Laut / Barat Daya dan Barat Laut / Tenggara) dan menggunakan penanda tersebut untuk mendeskripsikan waktu sebagai kembalinya yang kekal. Dalam tradisi Jawa kuno di kenal sebagai Rajah Kalacakra.

LEY LINES DAN DRAGON VEINS

Stres Geopatik adalah hasil dari energi yang terganggu di dalam mantel bumi. 

Ini telah terlibat dalam sejumlah efek yang tidak diinginkan yang dapat merusak kesehatan manusia, dari efek sederhana seperti sulit tidur atau kebingungan hingga yang sangat berbahaya seperti kanker, penurunan kesuburan pada manusia dan hewan, kecelakaan, dan kegagalan materi.

Bumi dikelilingi oleh jaringan energi yang berisi dan mengirimkan kekuatan vital. 

Namun, jaringan energi ini bisa menjadi sakit dan energi yang dikandung dan dipancarkannya bisa menjadi berbahaya bagi kehidupan. 

Bentuk paling berbahaya dari stres geopatik adalah adanya pembuluh air bawah tanah yang berbahaya yang dikenal sebagai "aliran hitam".

Kekuatan Bumi sering digambarkan dalam istilah saluran atau meridian yang digunakan untuk melakukan perjalanan kekuatannya. Dikenal sebagai Urat Naga bagi orang Cina, seques ke Inca, dan meletakkan garis ke Celtic, di antara banyak lainnya, ini adalah jalur rahasia di mana energi dikatakan bergerak. Seringkali, upaya rumit dilakukan untuk menangkap dan meningkatkan kekuatan garis-garis ini untuk keuntungan manusia.

Utara dapat dianggap sesuai dengan energi Ular Naga atau makhluk lain yang memeluk Bumi.

Pakem Arah Mata Angin Jawa Kuno

 

Sebuah pintu yang menghadap ke arah barat lalu diatasnya ada hiasan berwujud kala. Sebelah utara, timur serta sebelah selatan candi ada relung yang dihiasi Kala berada di atasnya. Bilik candi ini kosong serta dindingnya ada semacam Relief Dewa Surya yang di kelilingi oleh Sinar Matahari Relief ini adalah Relief Surya Majapahit yang berarti simbol masa kerajaan Majapahit.

Dalam mistisisme jawa, manusia tidak dengan sendirinya hadir dalam muka bumi, namun ada teman yang berjumlah empat. Kiblat Papat dibagi dalam empat bagian yaitu Kakang Kawah, Adi Ari Ari, Getih (darah) serta Puser (Pusar). Sedulur Papat ini memiliki arti sebagai empat makhluk ghaib.

Peran Sedulur Papat juga sebagai energi aktif sedangkan pancer untuk pengendalian kesadaran. Semuanya itu merupakan saudara penolong untuk mengarungi hidup.

Masyarakat Jawa bahkan penganut Kiblat Papat menganggap Sedulur Papat ini sebagai pakem, aturan atau pedoman dalam kehidupan. Kiblat Papat ini juga dimaknai dengan empat mata angin meliputi selatan, timur, barat serta utara. Lalu pancernya itu tengah. 

Hal ini digambarkan ketika prosesi ritual macapatnya. Mereka membentuk lingkaran dan ditengahnya diisi sesaji. Konsepnya pun dihitung berdasarkan harian jawa yang digunakan sebagai arah penentu. seperti timur (legi), selatan (pahing), barat (wage) dan tengah/pusat (kliwon).

Hitungannya dengan pasaran yang jumlahnya lima berdasar kepercayaan Jawa didasarkan dengan Filosofi Sedulur Papat limo pancer. Filosofi Sedulur Papat limo pancer mempunyai arti jika fisik manusia berbentuk raga, wadag serta jazad lahir bersamaan dengan empat bagian roh yang asalnya dari tanah, air, api serta udara. 

Tiap-tiap tersebut memiliki kiblat diempat arah mata angin serta yang kelima pusatnya ditengah sebagai kompasnya. 

Persamaan empat Kiblat Papat Limo Pancer dalam filosofi harian jawa sebagai berikut :

1. Pasaran Legi tempatnya di Timur. Satu tempat bersama unsur udara dan memancarkan aura putih.

2. Pasaran Pahing bertempat di selatan. Salah satunya dengan unsur api, selalu memancarkan aura sinar merah.

3. Pasaran Pon bertempat di barat. Satu tempat dengan unsur air, memancar kan sinar kuning.

4. Pasaran Wage bertempat di utara. Satu tempat dengan unsur tanah, selalu memancarkan warna hitam.

5. Pasaran Kliwon bertempat di tengah.  Hal ini merupakan tempat sukma atau jiwa berada. Memancarkan sinar berwarna warni.

Roh manusia terbagi menjadi 2, yaitu Roh Pancer dan Roh Sedulur Papat. Sedangkan Pancer adalah Diri sendiri atau Hati nurani.

Islam dan Mistik Jawa

Suluk Seloka Jiwa Ranggawarsita

Islam Dan Mistik Jawa 

Alkisah, seorang dewa Hindu, Wisnu didorong oleh keinginannya yang besar untuk mencari titik temu antara ajaran Hindu dan Islam, rela menempuh perjalanan jauh, dengan mengarungi lautan dan daratan, untuk datang ke negeri Rum (Turki), salah satu pusat negeri Islam, yang kala itu dalam penguasaan Daulah Usmaniyah. Untuk mencapai maksud itu, Wisnu mengubah namanya menjadi Seh Suman. Dia pun menganut dua agama sekaligus, lahir tetap dewa Hindu namun batinnya telah menganut Islam.

Dan demikianlah, setelah menempuh perjalanan yang demikian jauh dan melelahkan, sampailah Seh Suman di Negeri Rum. Kebetulan pada masa itu Seh Suman bisa menghadiri musyawarah para wali itu bertujuan untuk mencocokkan wejangan enam mursyid (guru sufi):

1) Seh Sumah,

2) She Ngusman Najid,

3) Seh Suman sendiri,

4) Seh Bukti Jalal,

5) Seh Brahmana dan

6) Seh Takru Alam.

Demikianlah ikhtisar Suluk Saloka Jiwa karya pujangga Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Raden Ngabehi Ranggawarsita, sebagaimana dirangkumkan oleh pakar masalah kejawen dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Simuh (1991:76). Menurut Simuh, kitab ini nampaknya diilhami oleh tradisi permusyawaratan para wali atau ahli sufi untuk membahas ilmu kasampuranan atau makrifat yang banyak berkembang di dunia tarekat.

Dunia Penciptaan.

Sumber lain menyebut kitab ini sebagai Suluk Jiwa begitu saja. Misalnya, dalam disertasi Dr. Alwi Shihab di Universitas ‘Ain Syams, Mesir, Al Tashawwuf Al-Indunisi Al-Ma’asir yang kemudian diindonesiakan oleh Dr. Muhammad Nursamad menjadi Islam Sufistik : “Islam Pertama” dan pengaruhnya hingga kini di Indonesia.

Bahkan bukan saja penyebutan judulnya yang berbeda, namun nama tokoh-tokohnya ditulis menurut ejaan Arab. Sehingga, Seh Suman oleh Alwi Shihab ditulisnya sebagai Sulaiman. Seh Ngusman Najib ditulis Syaikh Ustman Al-Naji. Meskipun begitu alur cerita yang digambarkan oleh Alwi Shihab tidak berbeda dengan yang dipaparkan oleh Dr. Simuh.

Dari perbedaan penyebutan itu timbul beberapa spekulasi. Spekulasi pertama barangkali memang penyebutan Alwi Shihab kurang lengkap mengingat Alwi tampaknya tidak mengambil dari sumber langsung atau mungkin kekeliruan dalam penerjemahan. Namun, spekulasi yang lain bisa saja antara Suluk Saloka Jiwa dan Suluk Jiwa memang kitab yang berbeda atau turunan yang lain. Hal ini bisa saja terjadi karena kitab Jawa, yang penurunannya belum memakai metode cetak tapi tulisan tangan, suatu kitab sejenis antara turunan yang satu dengan turunan yang lainnya bisa mengalami perubahan karena ditulis dalam waktu dan kesempatan yang berbeda, bahkan bisa oleh penulis yang berbeda pula.

Namun antara apa yang diungkapan oleh Dr. Simuh dengan Dr. Alwi Shihab tidak ada perbedaan yang berarti. Keduanya menyebut bahwa karya Ranggawarsita yang satu ini memiliki pertalian yang erat dengan upaya mensinkronkan ajaran Islam dan Jawa (Hinduisme). Bahkan, Dr. Alwi Shihab menyebut sosok Ranggawarsita sebagai Bapak Kebatinan Jawa atau Kejawen. Menurut Menteri Luar Negeri RI pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, penjulukannya ini didasarkan pada kenyataan bahwa karya-karya Ranggawarsita menjadi rujukan utama untuk kebatinan Jawa.

Serat Suluk Saloka Jiwa ini berbicara soal dunia penciptaan, yaitu dari masa manusia berasal dan ke mana bakal kembali (sangkan paraning dumadi). Ini terlihat dari hasil perbincangan enam sufi di Negeri Rum yang juga dihadiri oleh Seh Suman alias Dewa Wisnu tersebut. Dari sinilah, Seh Suman berkesimpulan bahwa sesungguhnya antara ajaran Islam dan Jawa memiliki paralelisme.

Menurut Ranggawarsita, sebagaimana digambarkan dari hasil percakapan enam sufi, Allah SWT itu ada sebelum segala sesuatu ada. Yang mula-mula diciptakan oleh Allah adalah :

* al-nur yang kemudian terpancar darinya 4 unsur : tanah, api, udara, dan air.

* Kemudian diciptakanlah jasad yang terdiri dari 4 unsur: darah, daging, tulang dan tulang rusuk.

Api melahirkan 4 jenis jiwa/nafsu : aluamah (dlm ejaan Arab lawamah) yang memancarkan :

1) warna hitam;

2) amarah (ammarah) memancarkan warna merah;

3) supiah (shufiyyah) berwarna kuning dan

4) mutmainah (muthma’inah) berwarna putih.

Yang di kalangan Kebatinan Jawa di kenal sebagai: Sedulur Papat Lima Pancer