Tuhan adalah Sangkan Paraning Dumadi”, asal usul dan tujuan akhir makhluk. Leluhur kita menyebutnya “tan kena kinaya ngapa”, tak dapat disepertikan, Acintya. Terhadap Tuhan, manusia hanya bisa memberikan sebutan sehubungan dengan peranan-Nya. Gusti Kang Murbeng Dumadi (Penentu nasib semua mahluk), Gusti Kang Murbeng Gesang (Penguasa kehidupan), Gusti Kang Maha Agung (Tuhan Yang Maha Besar) dll yang dikenal dengan “Ekam Sat Viprah Bahuda Vadanti” artinya “Tuhan itu satu tetapi para bijak menyebut-Nya dengan banyak nama”.
Perjalanan manusia menemukan Tuhannya digambarkan seperti perjalanan Bima, satria Pandawa mencari susuhing angin, sarangnya angin. Mencari TAPAKE KUNTUL NGLAYANG, jejaknya burung yang terbang, mencari galihing kangkung, intinya sayur kangkung yang kosong. Sebelum bertemu dengan Dewa Ruci, Bima dalam samudera kehidupan harus mengalahkan naga ganas keduniawian yang membelitnya dengan kuat dan erat. Kesungguhan hatinya, naga dapat dikalahkan dengan kuku pancanakha, dan Bima bertemu dengan Dewa Ruci, wujud kembarannya yang kecil. Dewa Ruci meminta Bima memasuki dirinya lewat telinganya. Pada awalnya Bima ragu-ragu, wujud dirinya besar sedang wujud Dewa Ruci kecil. Dewa Ruci mengatakan, besar mana antara diri Bima dengan samudera dan jagad raya, karena seluruh jagad raya ini bisa masuk ke dalam dirinya.
Leluhur kita menggambarkan wadag, raga ini sebagai warangka, sarung keris, sedang roh kita adalah curiga, kerisnya Manusia hidup di alam ini disebut curiga manjing warangka, keris di dalam sarungnya. Setelah manusia sadar atas ketidaksempurnaan duniawi ini dan dapat melepaskan dari belitan naga ganas duniawi dan yakin pada dirinya yang sejati, maka dia dapat memasuki dirinya yang sejati, seperti Bima yang memasuki Dewa Ruci. Di dalam diri Dewa Ruci ini ternyata sangat luas, alam pun berada pada dirinya. Leluhur kita menggambarkan peristiwa ini ibarat warangka manjing curiga, sarung keris masuk kedalam keris, kodok ngemuli lenge, katak menyelimuti liangnya, Manunggaling Kawula Gusti, bersatunya makhluk dengan Keberadaan. Selama ini manusia diibaratkan golek banyu apikulun warih (manusia mencari air sedang dirinya memikul air).
Rahayu🙏