Manunggaling Kawulo Gusti

 

Jangan percaya bahwa pembebasan dan samsara ada di suatu tempat di luar sana, ia ada di sini, dalam diri kita. 

Intinya adalah ini: kita perlu tahu bagaimana untuk melarutkan pikiran. Tanpa mengetahui ini, kita tidak dapat menghapus karma dan emosi mengganggu. Dan dengan demikian fenomena karma tidak lenyap; pengalaman terdelusi tidak berakhir. Kita memahami juga bahwa satu pikiran tidak dapat membatalkan pikiran lain. Satu-satunya yang dapat melakukan ini adalah 'keterjagaan bebas-pikiran' (thought-free wakefulness). Ini bukan suatu keadaan yang jauh dari kita: 'keterjagaan bebas-pikiran' benar-benar ada bersama dengan setiap pikiran, tidak terpisahkan darinya -- tapi pemikiran mengaburkan atau menyembunyikan kenyataan mendasar ini. 'Keterjagaan bebas-pikiran' langsung muncul pada saat pikiran larut, pada saat pikiran lenyap, menghilang, runtuh.

Cukup tangguhkan pemikiran Anda dalam keadaan jaga tanpa-melekat: itulah pandangan yang benar. Satu hal penting dalam ajaran tentang intisari pikiran adalah bahwa ajaran itu harus sederhana dan mudah untuk dilatih. Semakin sedikit Anda melekat dan memegang, semakin terbuka dan bebas ia.

Batin adalah kosong, sadar, menyatu, tak terbentuk. Harap jadikan arti dari kata-kata ini sesuatu yang menunjuk pada pengalaman Anda sendiri. Anda juga dapat mengatakan, batin adalah "kesatuan tak-terbentuk dari pengenalan-kosong." Ini adalah kata-kata yang sangat berharga dan mendalam. "Kosong" berarti bahwa pada dasarnya batin ini adalah sesuatu yang kosong. Hal ini mudah untuk disepakati : kita tidak bisa menemukannya sebagai benda. Ia tidak dibuat kosong oleh siapa pun, termasuk oleh kita -- sekadar kosong secara alami, sejak awal begitu.

Pada saat yang sama, kita juga memiliki kemampuan untuk tahu, untuk mengenal, yang juga sesuatu yang alami dan tidak dibuat. Kedua kualitas ini -- kosong dan tahu -- bukan dua entitas yang terpisah. 

Keduanya adalah kesatuan tak terpisahkan. 

Setiap kali ada pikiran dualistik, ada pengalaman terdelusi. Pengalaman terdelusi dari makhluk hidup disebut tidak murni karena terlibat dengan karma dan emosi-mengganggu. Dalam pengalaman terdelusi, ada upaya untuk menerima dan menolak, ada harapan dan ketakutan. Harapan dan ketakutan adalah menyakitkan : itulah penderitaan. Setiap kali ada pemikiran, terdapat harapan dan ketakutan. Setiap kali ada harapan dan ketakutan, di situ ada penderitaan.

Pengalaman meditasi seorang yogi bebas dari membiarkan pikiran normal. Ini adalah sesuatu yang lain daripada terlibat dalam pemikiran normal. Kita bisa menamakannya keadaan shamatha atau vipassana atau nama lain, tetapi pada dasarnya tidak sama dengan berpikir biasa. Pengalaman-pengalaman meditasi seorang yogi adalah baik dan mereka menjadi nyata karena membiarkan batin menetap dalam keseimbangan. Yang paling terkenal dari suasana batin meditatif disebut kebahagiaan, kejernihan dan tanpa-pikiran. Suasana batin itu terjadi selama meditasi vipassana, tetapi dapat juga muncul selama praktik shamatha. Melalui pelatihan meditasi, pikiran menjadi lebih jelas, lebih jernih. 

Tetapi jika kita tidak terhubung dengan seorang guru yang kompeten dan jika kita tidak tahu cara-cara yang tepat dalam menangani keadaan-keadaan meditatif ini, kita mungkin menganggap bahwa kita adalah makhluk tercerahkan yang luar biasa. Itu menjadi hambatan; bahkan dapat menjadi rintangan yang berat.