Para pencari Tuhan

Pengetahuan tentang ketuhanan atau spiritualitas kini telah tersebar di mana-mana. la mudah diakses melalui kitab, ceramah, guru, dan tulisan-tulisan yang telah tersebar sedemikian rupa. Namun, pengetahuan yang demikian, meskipun tampak berlimpah, seringkali hanya berhenti di dalam tataran pikiran. la menjadi sekadar informasi, menjadi koleksi konsep dan teori yang ditampung oleh akal. Ia tidak lebih hanya menjadi aksesori atau penghias pikiran. Tapi toh, banyak orang merasa cukup dengan itu, padahal itu baru kulit luar dari spiritualitas atau ilmu ketuhanan.

Ketuhanan tidak bisa dikenali hanya dengan teori atau hafalan. Ketuhanan hanya bisa dikenali melalui ilmu-Nya sendiri, bukan dari ilmu yang disusun oleh konsepsi pikiran manusia. Ilmu ini bukan hasil belajar dari luar diri, tetapi adalah ilmu yang diberikan langsung oleh Tuhan kepada manusia yang sudah bisa bersetia hati (yang bersetia pada hati sanubarinya), manusia yang sudah bisa sumarah (benar-benar mengosongkan diri, tunduk, dan berserah). Ilmu ini tidak bisa dicari dengan ambisi akal dan kecongkakan intelektual, tapi ia turun sebagai anugerah kepada mereka yang dibersihkan dan dipersiapkan untuk menerima-Nya.

Setelah banyaknya pengetahuan yang dikumpulkan dari buku-buku spiritual tentang Tuhan, cobalah kini untuk menyingkirkan atau menggudangkan terlebih dahulu segala pengetahuan itu. Bukan untuk menolak atau menjadi anti intelektual, tetapi untuk tidak bergantung pada cerita atau pengalaman orang lain di dalam buku. Karena selama kita masih berpijak pada konsepsi pikiran dan pengalaman orang lain, kita mustahil bisa masuk ke dalam pengalaman langsung untuk mengenal-Nya. Pengetahuan hanya menjadi jembatan, bukan tujuan. Untuk itu, carilah guru yang telah dianugerahi dengan ilmu yang datang langsung dari sisi-Nya. Guru semacam ini tidak mencari kemuliaan dunia, tidak tampil mencolok di tengah masyarakat, bahkan cenderung memilih tak dikenali atau menjadi anonim. la kerap hadir di antara manusia seperti orang biasa. la tak memakai gelar-gelar kehormatan feodalistik, tidak duduk di mimbar-mimbar yang elitis, tetapi dalam dirinya terang benderang memancar cahaya ilmu ketuhanan. Hanya mereka yang benar-benar mencari, yang siap dan tulus untuk dibimbing, yang akan dipertemukan dengan guru sejati seperti itu.

Oleh karena itu, siapa yang mencari Tuhan dengan konsep, akan terjebak dalam konsep. Siapa yang mengejar Tuhan dengan kata-kata, akan terjerat dalam kata-kata. Tetapi siapa yang menanggalkan segala pengetahuan buatan, dan membiarkan dirinya dikosongkan, maka ilmu Tuhan akan masuk dan memenuhi dirinya dari dalam. Inilah ilmu yang hidup, ilmu yang membuat batin menjadi tajam dan hati menjadi lembut, ilmu yang bukan sekadar diketahui, tetapi dialami, dirasakan, dan dihidupi. Sampai hari ini, ilmu untuk mengenal Tuhan masih terus dicari oleh para pejalan spiritual. Mereka bukan hanya ingin tahu tentang Tuhan, tetapi ingin mengalami Tuhan dalam setiap detak kehidupan. Mereka tidak puas dengan ucapan dan cerita orang, tetapi ada kerinduan batin yang sedemikian kuat untuk bertemu dan mengenal-Nya secara langsung. Dan hanya dengan bimbingan dari guru yang tepat dan yang telah mengalami-Nya, serta kerendahan hati yang dalam dan tulus, seorang pejalan Spiritual bisa dibukakan jalan menuju pengenalan yang sejati menuju kehadiran-Nya yang tak terpisahkan.