Evolusi Jiwa
Apakah Jiwa Sama dengan Sukma?
Pertanyaan ini sering muncul karena banyak istilah dalam dunia spiritual dan budaya Nusantara yang kadang digunakan secara bergantian. Namun secara hakikat, "jiwa" dan "sukma" memiliki makna yang berbeda tergantung konteks penggunaannya.
JIWA (An-Nafs dalam Islam)
Dalam perspektif Islam dan tasawuf, jiwa adalah bagian dari diri manusia yang menjadi tempat dorongan keinginan, emosi, dan kehendak. Ia berada di antara jasad dan ruh. Jiwa ini bisa berkembang atau menurun kualitasnya, tergantung latihan dan kedekatannya dengan Allah.
Jiwa dalam Al-Qur'an disebut An-Nafs, yang bisa menjadi :
Nafs Ammarah (jiwa yang cenderung pada kejahatan)
Nafs Lawwamah (jiwa yang mencela diri dan sadar dosa)
Nafs Muthmainnah (jiwa yang tenang, yang kembali kepada Tuhan)
SUKMA
Sementara istilah sukma lebih banyak digunakan dalam tradisi spiritual Jawa dan kebudayaan Nusantara. Secara umum, sukma dipahami sebagai roh halus atau bagian dari ruh yang memiliki kesadaran tinggi, yang bisa "keluar masuk" tubuh, seperti dalam mimpi, atau saat seseorang mengalami keluar roh (meraga Sukma, atau pengalaman metafisik).
Jadi secara ringkas :
Jiwa (nafs) adalah pusat kepribadian, kehendak, dan nafsu manusia. Ia bisa dididik dan ditata melalui dzikir dan kesadaran.
Sukma lebih merujuk pada unsur halus dalam diri manusia yang dekat dengan ruh atau kesadaran ruhani, namun sering digunakan dalam konteks lokal dan spiritualitas tradisional.
Dalam Dzikir Nafas, kita menyaksikan bahwa nafas bukan hanya gerak jasmani, tapi jembatan antara jiwa dan ruh. Maka jiwa perlu ditundukkan, sukma perlu diterangi, dan jiwa perlu disadarkan untuk kembali kepada Cahaya - Ruh Nya.