Moksa

Moksa Bab V membuka ruang pemahaman baru yang selama ini dikaburkan oleh ketakutan kolektif. Siap menyulut kesadaran dan membongkar dogma.

___________________________________________

MOKSA BAB V

Narasi Gagal Moksa — Pengaburan & Teror Dogma

"Moksa bukan mitos. Tapi jalan pulang yang disabotase oleh ketakutan." Dalam banyak ruang obrolan rakyat, kita sering dengar : “Kalau gagal moksa, jadi jenglot.” “Moksa itu berarti masuk ke alam jin.”

Narasi-narasi ini menyebar luas. Dipercaya sebagai peringatan mistis, padahal sejatinya bukan ajaran asli para leluhur. Ia hasil tafsir ngawur, bahkan bisa dibilang produk dari infiltrasi dogma luar yang ingin memutus warisan Budhi Nusantara.

"Jenglot" bukanlah istilah dalam teks-teks Wedha Sasangka, Kakawin, atau Serat-Serat Tua. Ia muncul belakangan, dalam budaya pop mistik. Lebih mirip boneka spiritual yg sengaja "diisi" untuk tujuan tertentu. Bahkan banyak ahli budaya menyebutnya sebagai fiksi yang dibumbui aura horor.

Lalu muncul narasi, moksa = gagal → tubuh menyusut → jadi jenglot. Padahal tidak ada satupun teks leluhur yg mengatakan itu. Ini hanya ilusi kolektif yang terus diulang-ulang hingga dianggap kebenaran.

Begitu pula klaim "moksa berarti masuk ke dunia jin" — ini tafsir dari kelompok yang menolak keberadaan alam transenden di luar versi mereka. Karena tidak bisa memahami, lalu dicap sesat. Lalu, Apa yg Terjadi Saat Tidak Moksa?

Ini penting. Justru kalau seseorang tidak moksa — dalam ajaran leluhur — maka jiwanya : 

Akan terjebak dalam lingkaran kelahiran dan kematian (samsara), Bisa mengendap di alam gentayangan (astral bawah), Atau menunggu kelahiran ulang dengan kondisi spiritual lebih berat. Jadi, yang benar adalah  Moksa = selesainya siklus penderitaan. Gagal moksa = terikat lagi ke dunia, bukan berubah jadi makhluk horor.

Mengapa Narasi Horor Ini Muncul?

Karena ada yang merasa terancam oleh ajaran moksa. Ajaran ini tidak bergantung pada ritual formal, tidak tunduk pada kitab tertentu, dan tidak bisa dimonopoli oleh institusi keagamaan.

Moksa adalah ajaran yg lahir dari olah batin. Ia tak bisa dibeli, diklaim, apalagi dijual. Maka, cara paling mudah untuk mematikan ajarannya adalah Buat ia terlihat menyeramkan. Kaitkan dengan kegagalan mistik. Stigmatisasi sebagai sesat dan menyesatkan.

Lalu, Apa Itu Moksa yang Benar? Moksa bukan kematian. Moksa bukan surga. Moksa bukan lenyap secara fisik semata. Moksa adalah Pelepasan identitas palsu, Kembali ke asal kesadaran murni, Menyatu dgn Sang Sumber tanpa dualitas, Lenyap dari keterikatan dunia, bukan dari keberadaan sejati. Seperti garam larut di lautan — dia tidak terlihat, tapi tetap ada. 

Jika kita jujur menelaah naskah-naskah kuno — dari Wedha Sasangka, Serat Centhini, hingga Kakawin Arjuna Wiwaha — semuanya bicara tentang moksa sebagai tujuan luhur. Tak satu pun menyebut jenglot. Tak satu pun bicara tentang alam jin. Ini membuktikan bahwa narasi horor bukan berasal dari sumber asli. Tapi rekayasa ketakutan yg disuntikkan di era belakangan.

na māyā mṛtyu kim. muktiḥ rauddhir, na tarkaḥ.  "Bukan kematian, moksa adalah terang jiwa — bukan debat pikiran." 

Kita hidup di masa di mana pengetahuan lokal dikaburkan, lalu disusupi ketakutan. Jangan biarkan nilai paling tinggi dari peradaban Nusantara dikubur oleh ketidaktahuan.

Jika kita bisa membedah dogma, menelaah ulang naskah-naskah tua, dan mengalami batin kita sendiri — maka moksa bukan hal yang jauh. Ia ada dalam hening. Dalam niat pulang. Jangan takut pada moksa. 

Takutlah pada hidup yang tak pernah mengenal jalan pulang.