Tehnik Sujud Sastrajendra

 

Sujud dalam teknik ini bila didalami serta diteliti sungguh-sungguh adalah membimbing/menuntun jalannya air sari. 

Air sari atau air putih/suci berasal dari sari-sari bumi yang akhirnya menjadi bahan makanan yang dimakan manusia. Sari-sari makanan tersebut mewujudkan air sari yang tempatnya di tulang ekor (Jawa = Cetik/silit kodok/brutu). 

Bila bersatu padunya getaran sinar cahaya dengan getaran air sari yang merambat berjalan halus sekali di seluruh tubuh, menimbulkan daya kekuatan yang besar sekali, kekuatan ini disebut Atom Berjiwa yang ada pada pribadi manusia.

Daya/kekuatan ini berguna untuk :

Dapat memberantas kuman-kuman penyakit dalam tubuh.

Dapat menentramkan/menindas nafsu angkara murka.

Dapat mencerdaskan pikiran.

Meningkatkan Rejeki.

Dapat memiliki kewaskitaan, seperti kewaskitaan akan penglihatan,

pendengaran,penciuman, tutur kata atau percakapan serta kewaskitaan rasa.

Bila telah memusat di ubun-ubun akan mewujudkan Nur Putih. 

Akhirnya naik menghadap Hyang Maha Kuasa untuk menerima perintah-perintah/petunjuk yang berupa isyarat/kias seperti berupa gambaran, tulisan-tulisan (tulisan tanpa papan = sastra jendra hayuningrat).

Cara Melatihnya :

Duduk tegak menghadap ke timur (timur/kawitan/asal), artinya diwaktu sujud manusia harus menyadari/mengetahui asalnya. 

Bagi pria duduk bersila kaki kanan didepan kaki kiri. 

Bagi wanita bersimpuh. Namun diperkenankan mengambil sikap duduk seenaknya asal tidak meninggalkan kesusilaan dan tidak mengganggu jalannya getaran rasa.

Tangan bersidakep, yang kanan diluar dan yang kiri didalam.

Selanjutnya menentramkan badan dan pikiran, mata melihat ke depan ke satu titik yang terletak + satu meter dari posisi duduk. Kepala dan punggung (tulang belakang) segaris lurus.

Setelah merasa tenang dan tentram, serta adanya getaran (hawa) dalam tubuh yang berjalan merambat dari bawah ke atas, selanjutnya getaran rasa tersebut merambat ke atas sampai di kepala, karenanya lalu mata terpejam dengan sendirinya. 

Kemudian setelah ada tanda pada ujung lidah terasa dingin seperti kena angin (jawa = pating trecep) dan keluar air liurnya terus ditelan, lalu mengucap dalam batin :

ALLAH HYANG MAHA AGUNG

Bila Kepala sudah terasa berat, tanda bahwa rasa telah terkumpul di kepala. Hal ini menjadikan badan tergoyang dengan sendirinya. 

Kemudian di mulai dengan merasakan jalannya air suci (sari) yang ada di tulang ekor (jawa = brutu atau silit kodok). 

Jalannya air sari merambat halus sekali, naik seolah-olah mendorong tubuh membungkuk ke muka. 

Membungkuknya badan diikuti terus (bukan karena kemauan tapi karena rasa), sampai dahi menyentuh/menempel Bumi. Bawa energi bumi masuk tulang ekor mengalir melalui tulang belakang ke dahi. Setelah dahi menyentuh lantai dalam batin mengucap :

HYANG MAHA SUCI SUJUD HYANG MAHA KUASA (3 kali)