Diri Sejati Melampaui Semua

Bagaimanapun, secerdas apapun, seindah apapun, kata-kata berada di dalam ruang dan waktu. Dan kita ingin dapat melampaui nya. karena Diri Sejati lebih daripada itu. Jadi dapatkah kita kini hidup tanpa harus memberi label kata pada segalanya, ini Islam, itu Kristen, itu Hindu, ini Buddha.. Dapatkah kita melihat segala sesuatu tanpa adanya keharusan memberikan nama, label, kategori..

Seperti kepedihan, jika itu hadir dapatkah kita hanya merasakan dan mengamatinya tanda harus memberikan judul 'ini kepedihan' baginya? Dan kita memberikan nama 'ini kepedihan' hanya karena itu adalah sesuatu yang asing dan berbeda, karena kita tidak mengenalnya sebelumnya maka kita memberikan nama itu. 

Atau seperti kerinduan, dapatkah kita hanya menikmatinya saja selagi rasa itu masih ada? Karena cinta, kepedihan dan juga kerinduan, mereka datang dari alam yang berbeda, yang tidak kita kenal selama ini, dan jika kita dapat hanya merasakannya serta membiarkan mereka hadir, maka kita akan mengetahui bahwa mereka sesungguhnya adalah para pembawa pesan untuk membuat kita dapat menjadi Terjaga. Guru Zen yang sudah tercerahkan terkenal sangat nyentrik dan bersikap ikonoklas yaitu menolak norma-norma umum dan larangan dalam tradisi Buddhis. 

Kisah-kisah Zen menceritakan master Zen yang membakar patung Buddha untuk kayu bakar dan mencemooh kitab-suci. Saat master Zen Cina (Chan) Yunmen Wenyan ditanya, "Apakah Buddha itu?" jawabnya, "Tahi yang sudah kering."