Punya banyak gelar tidak membuat seseorang berwawasan luas. Bahkan orang bodoh bisa terlihat pintar jika tahu cara berkomunikasi.
Penelitian Harvard Business Review menunjukkan bahwa wawasan luas tidak berkorelasi langsung dengan IQ tinggi. Justru lebih dipengaruhi oleh pola hidup : bagaimana seseorang membaca, mengamati, mendengar, mencerna, dan menyikapi dunia.
Orang yang berwawasan tinggi bukan yang tahu segalanya, tapi yang tahu apa yang penting untuk dipahami dan bagaimana memposisikan dirinya dalam arus pengetahuan yang terus bergerak.
Seseorang duduk di meja makan, keluarganya membicarakan isu sosial, berita politik, hingga trend budaya. Ia hanya tersenyum, tidak tahu harus berkata apa. Ia merasa pintar saat sendirian, tapi jadi sunyi di tengah diskusi. Yang kurang bukan kepintaran, melainkan wawasan.
Wawasan bukan sekadar banyaknya informasi yang disimpan, tapi kemampuan memahami dunia secara mendalam, reflektif, dan kontekstual. Orang yang berwawasan tinggi terlihat dari cara mereka berpikir, bertindak, hingga merespons ketidakpastian. Mereka tidak selalu yang paling keras suaranya, tapi ucapannya selalu paling membekas.
Berikut tujuh prinsip hidup yang selalu dipegang oleh mereka yang berwawasan luas.
1. Hiduplah untuk Belajar, Belajarlah untuk Hidup
Dalam The Intellectual Life, A.G. Sertillanges menyebut bahwa kehidupan intelektual bukanlah soal belajar demi nilai atau status, tetapi belajar demi memperdalam hidup itu sendiri. Orang yang berwawasan tinggi tidak belajar supaya terlihat cerdas, tapi karena haus akan makna.
2. Ubah Pikiranmu, atau Diam Selamanya
Adam Grant dalam Think Again menekankan bahwa kemampuan untuk mempertanyakan keyakinan sendiri adalah ciri intelektual sejati. Orang yang berpikiran sempit adalah yang merasa selalu benar. Sementara yang berwawasan tinggi justru senang saat keyakinannya dipatahkan oleh argumen yang lebih baik.
3. Dengarkan Mereka yang Tak Pernah Didengar
Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed mengajarkan bahwa mendengarkan suara dari bawah bukan bentuk kelembutan, tapi bentuk kecerdasan sosial. Wawasan tinggi muncul saat seseorang memahami perspektif yang jauh dari dirinya, bukan hanya yang dekat dan nyaman.
4. Bangun Karakter Sebelum Kehebatan
David Brooks dalam The Road to Character membedakan antara “resume virtues” (kemampuan teknis) dan “eulogy virtues” (sifat yang dikenang orang). Orang yang berwawasan tinggi menanamkan karakter sebelum mengejar pengakuan. Integritas lebih penting daripada popularitas.
5. Baca untuk Merenung, Bukan Pamer Bacaan
Sertillanges menjelaskan bahwa membaca tanpa perenungan seperti makan tanpa mencerna. Mereka yang berwawasan tinggi tidak membaca demi banyaknya buku yang diselesaikan, tapi karena mereka tahu satu buku bisa mengubah cara pandang, jika dibaca dengan keheningan dan perenungan.
6. Lawan Egosentrisme dengan Ketidaktahuan
Adam Grant mengingatkan bahwa semakin kita merasa tahu, semakin besar potensi kita untuk keliru. Orang yang cerdas tahu bahwa ia bisa salah kapan saja. Ia tidak memaksakan argumen, tapi membuka ruang dialog. Ia rendah hati secara intelektual, bukan rendah diri.
7. Jangan Hidup di Gelembung
Freire menulis bahwa pengetahuan yang tidak berakar pada realitas sosial hanyalah ilusi akademis. Orang yang berwawasan tinggi tidak hanya berbicara tentang dunia dari dalam kamar studi, tapi terlibat langsung. Ia membaca buku dan membaca kenyataan, lalu menjembatani keduanya.
Menjadi manusia berwawasan tinggi bukan tujuan akhir, melainkan jalan hidup yang terus ditempa. Ia dilatih melalui kesediaan untuk mendengar, mengamati, berpikir ulang, membaca dalam, dan hidup dengan penuh dalam Kesadaran.