Meditasi Jantung Sufi

 

Tasawuf adalah jalan esoteris dalam Islam, yang tujuannya adalah untuk menyucikan diri dan mencapai kesatuan mistik dengan Yang Maha Kuasa (dalam tradisi ini disebut Allah). Para praktisi tasawuf disebut Sufi.

Tidak seperti banyak teknik meditasi lainnya, meditasi sufi pada dasarnya bersifat spiritual. Tidak ada 'versi sekuler' dari teknik-teknik ini, karena gagasan tentang Tuhan adalah bagian dari DNA mereka. Inti dari segala amalan mereka adalah mengingat Tuhan, mengisi hati dengan Tuhan, dan mempersatukan diri dengan-Nya.

Perjalanan sang sufi adalah perjalanan sang kekasih kembali ke pelukan Sang Kekasih, sebuah perjalanan cinta yang di dalamnya kita 'mati' sebagai ego agar bisa menyatu dengan-Nya. Itu adalah jalan Hati. 

Semua praktik tersebut ditujukan untuk melepaskan ego seseorang, yang dianggap sebagai hambatan terbesar dalam mewujudkannya. Sufisme bukanlah jalan monastik. Para musafir sufi hidup dalam dunia batin, serta berfungsi secara bertanggung jawab dalam masyarakat.

Meditasi Inti Sufi: Kontemplasi Terhadap Tuhan. Cinta tumbuh subur di hati yang di dalamnya terpancar Nama Tuhan. Kasih Allah adalah keharuman yang bahkan seribu bungkus pun tidak mampu menampungnya. Atau seperti sungai yang alirannya tidak dapat dihentikan. 

Temanku ada di dalam diriku, di dalam Temanku ada aku – tidak ada pemisahan di antara kita. (Sultan Bahu)

Inti dari meditasi sufi adalah sadar akan Ketuhanan setiap saat, hingga tidak ada lagi rasa keterpisahan antara meditasi, Tuhan, dan kehidupan sehari-hari. Hal ini disebut kesatuan ( ekatmata )—yaitu, menyatu sepenuhnya dengan Sang Kekasih dan lenyapnya dualitas. 

Dalam bahasa Arab, kata meditasi adalah muraqabah (juga murakebe ), dan arti harafiahnya adalah mengawasi, menunggu, atau melindungi. Tetap fokuskan perhatianmu pada Tuhan, dan bangkitkan cinta dalam hatimu agar bisa menyatu dengan Sang Kekasih, Selalu awasi pikiran Anda agar tidak ada pikiran lain selain pikiran tentang Tuhan yang masuk ke dalam pikiran Anda. 

Jadikan segala sesuatu yang ada dalam dirimu sebagai telinga, setiap atom dalam keberadaanmu, dan kamu akan mendengar setiap saat apa yang Sang Sumber bisikkan kepadamu, hanya untukmu dan untukmu, tanpa membutuhkan kata-kataku atau kata-kata orang lain. (Rumi)

Meditasi Jantung

Amalan yang disebut Jikr-e-Sirr atau Wakoof Kulbi (kesadaran hati) ini merupakan salah satu jenis jikr (mengingat Tuhan). Ini adalah salah satu dari dua praktik utama Sufi Naqsybandi.

Bagi para Yogi, jantung spiritual ( cakra anahata ) berada di tengah dada, di bawah tulang dada. 

Beberapa—seperti Ramana Maharshi dan beberapa teks Tantra—mengatakan bahwa hati rohani berbeda dari cakra jantung , dan menyebutnya hridaya , yang mengatakan bahwa ia berada di sisi kanan dada. Namun menurut para sufi, hati spiritual berada pada tempat yang sama dengan hati fisik (di sebelah kiri).

Berikut langkah-langkah untuk teknik ini :

Mulailah dengan mengumpulkan energi Anda yang tersebar, membawanya kembali dari dunia luar ke dalam diri Anda. Tenangkan pikiran dan indra agar bisa langsung merasakan realitas batin hati.

Pusatkan perhatianmu secara intens pada tempat di mana hati jasmani berada, hingga engkau melupakan segala sesuatu tentang dirimu sendiri. Keadaan melupakan diri sendiri ini dianggap sebagai jalan lurus menuju Yang Tak Terbatas. Coba dengarkan detak jantung yang berupa nama Yang Maha Kuasa. Seiring berjalannya waktu, seseorang mulai mendengarkan suara detak jantung bahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lakukan zikir (pengulangan zikir Allah). Teruslah berpikir tentang Tuhan atau guru spiritual seseorang. 

Pada ketiga variasi di atas, tetap fokuskan perhatian pada pusat hati dan sekaligus tumbuhkan perasaan cinta pada Sang Kekasih.

Dalam beberapa tradisi yang lebih esoteris, dikatakan bahwa sang guru mentransmisikan kekuatannya kepada muridnya ( tawajjuh atau tawajjaha ) dan itu membangkitkan hati spiritualnya, yang kemudian dipenuhi dengan cinta. Hanya setelah hal ini terjadi barulah latihan ini benar-benar efektif. Tatanan ini dibangun berdasarkan nafas. Oleh karena itu, seseorang harus menjaga nafasnya pada saat menghirup dan menghembuskan napas dan di antara keduanya. (Syaikh Naqsybandy)

Tutup matamu. Bernapaslah dengan normal beberapa kali. Berkonsentrasilah pada hati rohani, sambil berpikir tentang Tuhan. Rasakan cahayanya di hatimu. Saat Anda menarik napas, dalam hati ulangi Allah , dan rasakan cahaya Tuhan tersedot ke dalam hati Anda. Saat Anda mengeluarkan napas, ulangi Hu dalam hati dan rasakan bahwa cahaya Hu menyinari hati Anda dengan kuat. 

Tingkatkan laju pernapasan secara bertahap hingga tiga hingga empat kali kecepatan normal Anda, dengan tetap menjaga visualisasi dan mantra yang sama. Ambil napas pendek namun cepat. Penghirupan harus lebih lama dari pada pernafasan. Pernafasan agak pendek dan kuat.

Mevlâna Jalâluddîn Rumi berkata, “Semua cinta adalah jembatan menuju cinta Ilahi. Namun, mereka yang belum mencicipinya tidak akan mengetahuinya!”