Doa Dengan Rasa Syukur

 

Seseorang dapat berkata : Doa adalah keheningan – dia benar, dan sepenuhnya benar. Pendapat yang lain berkata, Doa adalah dialog – dan dia juga benar, karena doa adalah dialog dalam keheningan. 

Sekarang, dialog dan keheningan tampaknya bertentangan. Dalam dialog Anda berbicara, dalam keheningan Anda mendengar. Dalam dialog Anda berkomunikasi, dalam keheningan Anda hanya ada di sana – tidak ada yang perlu dikatakan.

Apa yang mesti dikatakan kepada Tuhan? 

Tuhan MahaTahu semua yang Anda katakan sejak awal. Anda bisa bersujud dengan rasa syukur Anda, itu masih cara berbicara. Cobalah mengatakan sesuatu tanpa kata, karena kata-kata sangat kecil dan hati sangat ingin mengatakan sesuatu. Jadi ini adalah DIALOG, meski diam. Ini adalah komunikasi dalam arti, karena ada Anda di sana dan seluruh keberadaan menjadi kekasih Anda, seluruh keberadaan menjadi 'engkau'. Namun tidak ada 'aku' dan tidak ada 'engkau' - keduanya menghilang. Keduanya bertemu dan melebur menjadi satu kesatuan, satu kesatuan organik. Sama seperti titik embun menghilang di lautan, Anda menghilang. Tidak ada pemisahan antara Anda dan keberadaan, Jadi bagaimana - bisa ada dialog?

Biasanya kita berpikir doa adalah meminta sesuatu, menuntut, mengeluh. Anda memiliki keinginan dan Tuhan dapat membantu Anda untuk memenuhinya. Anda pergi ke pintu Tuhan untuk meminta sesuatu, Anda pergi sebagai pengemis. 

Bagi Anda doa adalah memohon, tetapi doa tidak pernah bisa memohon, doa hanya bisa dengan rasa syukur, dan menjadi sebuah rasa syukur.