Kegunaan Batu Permata

 

Jyotish adalah sistem astrologi Veda , di mana Ayurveda pernah menjadi bagiannya. Sistem astrologi ini mencatat bahwa permata berhubungan dengan berbagai planet dan menghasilkan efek penyeimbang untuk melawan penyakit tertentu. Ini adalah metode utama tindakan terapi seorang ahli astrologi Jyotish untuk menyembuhkan situasi fisik, mental, dan spiritual, berdasarkan pada indikator grafik astrologi seseorang. Diketahui bahwa planet menghasilkan efek pada manusia. Misalnya, bulan purnama tidak hanya menyebabkan air pasang tetapi juga mempengaruhi emosi beberapa orang.

Batu permata dipelajari dan digunakan untuk menetralisir efek ini.

Gelombang Energi

Para peneliti Ayurvedic kuno mempelajari sifat penyembuhan permata dan menemukan bahwa batu yang berbeda menciptakan efek yang berbeda dalam tubuh manusia. Planet - planet itu terlihat memiliki warna yang sesuai. Warna atau getaran permata mempengaruhi tubuh manusia. Mereka menyerap dan memantulkan (seperti filter) sinar atau getaran planet. Dengan demikian, permata berhubungan dengan gelombang energi spesifik. Ditemukan bahwa permata yang terkait dengan setiap planet memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda. 

Getaran planet negatif, sedangkan radiasi batu positif. Ketika getaran positif dan negatif digabungkan, mereka dinetralkan. Sama seperti payung atau tabir surya yang melindungi seseorang dari matahari, permata juga melindungi seseorang dari pengaruh planet.

Kekuatan Penyembuhan

Dalam teks Veda kuno, seperti Brihat Samhita , asal dan kekuatan penyembuhan dari berbagai permata dibahas. Orang dapat menggunakan batu pengganti, bukan permata yang lebih mahal. Garnet merah dapat menggantikan ruby; batu bulan dapat menggantikan mutiara; batu giok, peridot, atau turmalin hijau dapat menggantikan zamrud; dan topas kuning atau citrine dapat menggantikan safir kuning.

Astrologi Veda atau Jyotish menyarankan memakai permata dan menelannya secara internal (setelah proses pemanasan yang lama untuk membuatnya aman), atau sebagai tincture permata. Batu yang dipakai sebagai cincin dan liontin dipasang untuk menyentuh kulit. Liontin harus menyentuh chakra jantung atau tenggorokan, dan cincin dengan batu permata yang berbeda harus dikenakan pada berbagai jari, sesuai dengan elemen yang ditentukan.

Tincture permata

Tincture permata disiapkan seperti ramuan tincture. Permata direndam selama beberapa waktu dalam larutan alkohol 50% -100%. Berlian atau safir (permata keras) direndam dari satu bulan purnama ke bulan purnama berikutnya (satu bulan). Batu buram - mutiara, karang (batu lunak) - direndam untuk periode waktu yang lebih singkat atau dalam larutan yang lebih lemah.

Ada persiapan khusus Ayurvedic di mana permata dibakar menjadi abu. Ini menghilangkan efek berbahaya mereka, memungkinkan mereka untuk dicerna. Secara tradisional, permata dihancurkan dan / atau dibakar dalam proses panjang untuk membuat abu. Kadang-kadang diambil sendiri, kadang-kadang dicampur dengan herbal. Abu permata (bhasma) lebih mahal dari pada herbal, tetapi penyembuhannya lebih cepat.

5 Jari - 5 Elemen

Setiap jari terkait dengan salah satu dari lima elemen. Kelingking adalah tanah, jari manis adalah air, jari tengah adalah udara, jari telunjuk adalah eter, dan ibu jari adalah api. Planet-planet sesuai dengan sistem ini juga: Merkurius - bumi, matahari atau bulan - air, Saturnus - udara, Jupiter - eter. Tidak ada planet spesifik yang mengatur api. Permata berharga dikenakan sebagai cincin dalam liontin 2 karat (minimum) dan 5 karat. Batu pengganti dipakai sebagai cincin dengan liontin 4 karat (minimum) dan 7 karat. Penentuan terapi planet dibuat berbeda dari pada Astrologi Barat.

Asal Weda Permata

Garuda Purana, sebuah teks Veda kuno, termasuk diskusi tentang ilmu gemologi. Cerita berbasis mitologi ini mungkin memiliki paralel semantik dalam terminologi ilmiah modern, seperti halnya ketujuh dewa matahari dianalogikan dengan tujuh warna spektrum (merah, oranye, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu) dalam Vedic Astrology. Dengan demikian, diharapkan para pembaca yang tertarik akan mencari persamaan antara deskripsi Veda dan sains modern ini, daripada meragukan keasliannya hanya karena penggunaan kata-kata seperti "dewa" dan "setan".