Belajar Spiritual Untuk Apa


1. Niat belajar Spiritual untuk kepentingan egoistik : agar sakti, bisa bayar hutang, tambah kaya, dan hal lain semacam itu tanpa bekerja sungguh-sungguh memurnikan jiwa dan raga.

2. Tidak sungguh-sungguh mempraktekkan hening, hanya senang menganalisa teori spiritual tapi sering lupa menikmati nafas.

3. Merasa cukup dengan meditasi formal/duduk bersila mengisi zikir selama beberapa menit sehari, lalu sisa waktu malah banyak ngelamun atau berpikir analitik tanpa menyadari nafas.

4. Melekat pada konsep atau pengetahuan lama, apa yang diajarkan saat ini dicocok-cocokkan, karena dianggap mirip, tanpa mengerti perbedaan energi dan esensi.

5. Gampang terpukau dan heran oleh kata-kata indah tanpa mengerti bagaimana energinya; asal baca dan share tulisan bertema spiritual di medsos tanpa tahu energi di baliknya.

6. Tidak rendah hati dalam menerima umpan balik; ingin belajar spiritual tapi ego masih dipelihara, tidak mau menghadapi rasa sakit saat sisi gelap hendak diselesaikan lewat keheningan.

7. Belajar/berguru disana sini dengan anggapan semua akan mengajarkan kebaikan, tanpa mengerti corak energi dari pengajarnya, tidak waspada bahwa dalam tubuh pengajar ada dark forcenya.

Mempelajari ilmu spiritual bukan tentang seberapa hebat kuat dirimu tapi seberapa dekat dirimu dengan Tuhanmu, seberapa besar Syukurmu dan semakin lebih mengharga waktu dirimu sendiri juga orang lain

Konsep Persaudaraan

 

"Kibarkan panji cinta sejati dan persaudaraan abadi." Seorang ulama dari Jawa Timur yang juga mantan Rais Aam PB Nahdlatul Ulama, KH Ahmad Shiddiq. 

konsep ukhuwah (persaudaraan). Menurutnya, ada 3 macam ukhuwah, yaitu ukhuwah Islamiyah (persaudaraan umat Islam), ukhuwah  wathaniyah   (persaudaraan bangsa), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan umat manusia).

1. Pada konsep ukhuwah Islamiyah, seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain karena sama-sama memeluk agama Islam. Umat Islam yang dimaksudkan bisa berada di belahan dunia mana pun.
2. Dalam konsep ukhuwah wathaniyah, seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain karena merupakan bagian dari bangsa yang satu, misalnya bangsa Indonesia. Ukhuwah model ini tidak dibatasi oleh sekat-sekat primordial seperti agama, suku, jenis kelamin, dan sebagainya.
3. Adapun, dalam konsep ukhuwah basyariyah, seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain karena merupakan bagian dari umat manusia yang satu yang menyebar di berbagai penjuru dunia. Dalam konteks ini, semua umat manusia sama-sama merupakan makhluk ciptaan Tuhan.
Hampir sama dengan ukhuwah wathaniyah, ukhuwah basyariyah juga tidak dibatasi oleh baju luar dan sekat-sekat primordial seperti agama, suku, ras, bahasa, jenis kelamin, dan sebagainya. 

Ukhuwah basyariyah  merupakan level ukhuwah yang tertinggi dan mengatasi dua ukhuwah lainnya: Islamiyah dan wathaniyah. Artinya, setelah menapaki ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah, sudah sepatutnya seseorang menggapai ukhuwah yang lebih tinggi, lebih mendalam, dan lebih mendasar, yaitu ukhuwah basyariyah.

Dengan semangat ukhuwah basyariyah, seseorang melihat orang lain terutama sebagai sesama manusia, bukan apa agamanya, sukunya, bangsanya, golongannya, identitasnya, dan baju-baju luar lainnya. Kita mau menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan bukan karena dia seagama, sesuku, atau sebangsa dengan kita misalnya, melainkan karena memang dia seorang manusia yang berada dalam kesulitan dan sudah seharusnya kita tolong, apa pun agama dan sukunya.
Dalam ukhuwah basyariyah, seseorang merasa menjadi bagian dari umat manusia yang satu: jika seorang manusia "dilukai", maka lukalah seluruh umat manusia. 

Hal ini sesuai dengan pesan Alquran dalam surah Al-Mâ’idah [5] Ayat 32: barang siapa membunuh seorang manusia tanpa alasan yang kuat, maka dia bagaikan telah membunuh seluruh umat manusia. Sebaliknya, barang siapa menolong seseorang, maka ia telah menolong seluruh manusia.                    Betapa sangat indah, kuat, dan mendalamnya pesan yang disampaikan ayat Alquran di atas. 

Kemudian, apakah ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah--yang masih mempertimbangkan dan mementingkan identitas formal dan baju luar seseorang--lantas tidak diperlukan lagi? Tentu saja keduanya masih dibutuhkan. Tetapi, seseorang perlu berhati-hati, jangan sampai  ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah yang diekspresikannya terjatuh pada apa yang bisa diistilahkan sebagai fanatisme juga nasionalisme yang sempit dan picik.

Dalam konteks itu, misalnya, seseorang mau menolong dan mau berteman dengan orang lain karena faktor agamanya dan kebangsaannya belaka. Seseorang yang beragama Islam hanya mau "bersentuhan" dengan seseorang yang beragama Islam juga. Atau lebih sempit lagi hanya mau "bersentuhan" dengan seseorang yang sealiran/semazhab dan segolongan belaka. Seseorang juga hanya mau "bersentuhan" dan bekerja sama dengan seseorang yang secara formal diidentifikasi sebagai bangsa Indonesia.

Ukhuwah wathaniyah yang sempit juga bisa terjatuh pada apologi dan pembelaan seseorang yang tidak proporsional bagi bangsanya. Padahal, kalau bangsa kita salah dan berbuat jahat (misalnya mengagresi dan menjajah negara lain), maka menjadi kewajiban dari warganya untuk mengkritik, menyalahkan, dan meluruskannya. Meskipun agama, mazhab, dan kebangsaannya sama dengan kita, jika seseorang berbuat salah dan zalim, harus kita kritik dan tunjukkan kesalahannya secara lugas, jujur, dan tegas.
Dalam kasus lain, kadang ada ukhuwah Islamiyah yang dipahami secara sempit dan picik yang lantas menggerakkan seseorang untuk menempatkan para pemeluk agama di luar Islam sebagai saingan bahkan musuh yang layak diserang dan dibinasakan. Ukhuwah Islamiyah yang seperti ini tentu saja kontraproduktif karena diekspresikan secara fanatik dan dogmatik.
Sebagaimana kita simak dalam lembar-lembar sejarah umat manusia, fanatisme dan dogmatisme atas nama apa pun (misalnya atas nama "agama" dan "ideologi" tertentu) bisa sangat membahayakan karena memunculkan kekerasan dan destruktivitas. 

Yang terpenting dalam kehidupan seseorang bukanlah identitas formal semisal agama, suku, bangsa, dan seterusnya, melainkan apa yang dilakukannya. Hal yang dilakukan seseorang ini secara sederhana mungkin bisa diidentifikasi sebagai moralitas dan tindakan sosialnya.

Seseorang (meskipun agama, keyakinan, suku, dan bangsanya sama dengan kita) sudah sepatutnya kita ingatkan, kita kritik, bahkan kita lawan jika apa yang diperbuatnya merugikan, menindas, dan menggerus hak orang lain. Dalam bahasa yang lain, apa yang merugikan, menindas, dan menggerus hak orang lain itu bisa diistilahkan sebagai tindakan jahat dan kriminal.
Lawan kita bukanlah orang yang beragama lain, melainkan orang yang bertindak zalim dan tidak adil, apa pun agamanya. Orang kafir, menurut cendekiawan Muslim bereputasi internasional Asghar Ali Engineer, bukanlah orang yang tidak beragama Islam, melainkan orang yang melakukan kezaliman, diskriminasi, penindasan, ketidakadilan, korupsi, dan semacamnya, apa pun agamanya.
Dengan semangat ukhuwah basyariyah/insaniyah, marilah kita tebarkan semangat "bersaudara" antar sesama manusia untuk mewujudkan kehidupan yang semakin baik, indah, adil, dan maslahah. 

Hadis Nabi yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim mengatakan,"Tidaklah beriman seseorang dari kamu sehingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri." Kata "saudara" dalam hadis di atas bukanlah sekadar sesama Muslim, melainkan sesama umat manusia


Diri Sejati Melampaui Semua

Bagaimanapun, secerdas apapun, seindah apapun, kata-kata berada di dalam ruang dan waktu. Dan kita ingin dapat melampaui nya. karena Diri Sejati lebih daripada itu. Jadi dapatkah kita kini hidup tanpa harus memberi label kata pada segalanya, ini Islam, itu Kristen, itu Hindu, ini Buddha.. Dapatkah kita melihat segala sesuatu tanpa adanya keharusan memberikan nama, label, kategori..

Seperti kepedihan, jika itu hadir dapatkah kita hanya merasakan dan mengamatinya tanda harus memberikan judul 'ini kepedihan' baginya? Dan kita memberikan nama 'ini kepedihan' hanya karena itu adalah sesuatu yang asing dan berbeda, karena kita tidak mengenalnya sebelumnya maka kita memberikan nama itu. 

Atau seperti kerinduan, dapatkah kita hanya menikmatinya saja selagi rasa itu masih ada? Karena cinta, kepedihan dan juga kerinduan, mereka datang dari alam yang berbeda, yang tidak kita kenal selama ini, dan jika kita dapat hanya merasakannya serta membiarkan mereka hadir, maka kita akan mengetahui bahwa mereka sesungguhnya adalah para pembawa pesan untuk membuat kita dapat menjadi Terjaga. Guru Zen yang sudah tercerahkan terkenal sangat nyentrik dan bersikap ikonoklas yaitu menolak norma-norma umum dan larangan dalam tradisi Buddhis. 

Kisah-kisah Zen menceritakan master Zen yang membakar patung Buddha untuk kayu bakar dan mencemooh kitab-suci. Saat master Zen Cina (Chan) Yunmen Wenyan ditanya, "Apakah Buddha itu?" jawabnya, "Tahi yang sudah kering."

Doa Yang Indah

Setiap agama menganjurkan doa, tetapi kebanyakan orang kecewa dengan hasil doanya. Ini karena mereka berdoa dengan cara yang salah. Yogananda memberikan pedoman yang jelas untuk doa yang efektif. Pertama-tama, dia berkata bahwa kita harus berdoa dengan kesadaran penuh— 

“Dengan segenap hatimu, dengan segenap akal budimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu.” Tuhan menjawab semua doa, tetapi mereka yang memiliki sedikit energi di belakangnya Dia menjawab hanya sedikit. Mereka yang memiliki kekuatan nyata mendapatkan respons yang kuat.

Berdoa percaya - Iman 

Jangan biarkan keraguan dan rasa tidak aman menghalangi harapan Anda untuk sukses. Asumsikan bahwa Tuhan ingin -menjawab doa-doa Anda (selama itu untuk keuntungan Anda, bukan kerugian Anda). Berdoalah dengan pikiran bahwa Anda adalah anak Tuhan sendiri dan bukan seorang pengemis yang memohon bantuan dari orang asing. Doa pengemis menjauhkan Tuhan saat berdoa. 

Seperti putra atau putri-Nya mendekatkan-Nya. Jangan merasa tidak layak: Identifikasi dengan potensi Anda, bukan kegagalan Anda. Yogananda berkata, "Dosa terbesar adalah menyebut diri Anda -pendosa."

Biarkan doa Anda sederhana dan dari hati Anda. 

Doa-doa formal menciptakan hubungan yang kaku dengan Tuhan dengan menempatkan Dia dalam peran seseorang yang harus kita senangi dengan kata-kata dan tindakan yang indah sebelum Dia menerima atau mencintai kita. Namun, pada kenyataannya, Dia adalah yang terdekat dari yang terdekat dan yang tersayang dari yang tersayang. Dia lebih dekat dengan kita daripada pikiran kita sendiri dan mencintai kita lebih dari yang kita bisa mencintai diri kita sendiri.

Berikut adalah doa yang indah dan sederhana dari buku Yogananda Whispers from Eternity, yang dapat Anda gunakan sebagai model untuk doa Anda sendiri. Bacalah beberapa kali untuk mengetahui gambar dan arti kata-katanya. Kemudian ulangi dengan mata tertutup, mendalami perasaan di balik kata-kata itu. Saat Anda terus memenuhi doa dengan perasaan jiwa Anda, Anda akan merohanikannya, memberinya kekuatan yang jauh melampaui kata-kata belaka. 

Kami Menuntut sebagai Anak-Mu “Engkau adalah Bapa kami. 

Kami dibuat menurut gambar-Mu sendiri. Kami adalah anak-anak Allah. 

Kami tidak meminta atau berdoa seperti pengemis, tetapi meminta sebagai anak-anak-Mu, kebijaksanaan, keselamatan, kesehatan, kebahagiaan, sukacita abadi. Nakal atau baik, kami adalah anak-anak-Mu. Bantu kami menemukan kehendak-Mu di dalam kami. Ajari kami untuk menggunakan secara mandiri kehendak manusia (karena Engkau memberikan itu kepada kami untuk digunakan secara bebas), selaras dengan kehendak-Mu yang dibimbing oleh kebijaksanaan."

Agama dan Spiritualitas

Agama : memuja Tuhan. 

Spiritualitas : kemanunggalan dengan Tuhan

Agama : Tuhan ada di luar diri.

Spiritualitas : Tuhan ada di dalam diri

Agama : memisahkan manusia dengan keyakinan berbeda. 

Spiritualitas : mempersatukan manusia apapun keyakinannya

Agama : mengajarkan orang takut pada neraka. 

Spiritualitas : mengajarkan orang menciptakan surga di dunia

Agama : berdasarkan ketakutan dan larangan. 

Spiritualitas : berdasarkan cinta dan kebebasan

Agama : bagai setitik air di samudera.

Spiritualitas : bagai samudera dalam satu titik

Agama : berdasarkan kisah hidup orang lain. 

Spiritualitas : berdasarkan pengalaman pribadi

Agama dan Spritualitas : Lihatlah apa yg disampaikan, Jangan melihat siapa yg menyampaikan dan Belajarlah ilmu sampai negeri Cina.

Ciri orang berspritual : Wawasannya jauh, pikirannya cerdas, terlihat tenang dalam situasi apapun dan elegan. Kalau⁰ bicara cenderung menggunakan bahasa simbol, peribahasa kiasan yang sulit dipahami oleh orang awam. Umumnya memilik ilmu Kebatinan tinggi dan mempunyai sifat sabar serta cenderung menjauhi keramaian. 



Semoga Dijauhkan Dari Dogma

Semoga saya dijauhkan dari kredo dan dogma yang saling bertentangan. Sejak Rahmat Tuhanku memasuki pikiranku, 

Pikiranku tidak pernah tersesat untuk mencari gangguan seperti itu. Terbiasa lama merenungkan cinta dan kasih sayang, 

Saya lupa semua perbedaan antara saya dan orang lain.Terbiasa lama untuk bermuroqobah pada Mursyid saya sebagai tambahan diatas kepala saya, 

Saya telah melupakan semua orang yang berkuasa dengan politik kekuasaan dan prestise. Terbiasa lama untuk merenungkan Para Wali yang  saya ziarahi sebagai tidak terpisahkan dari diri saya sendiri, 

Saya telah melupakan bentuk kedagingan dan kemelekatan. Terbiasa lama untuk merenungkan rahasia membisikkan kebenaran, 

Saya lupa semua yang dikatakan dalam buku-buku tertulis atau medsos. Seperti biasa, terbiasa dengan mempelajari Kebenaran abadi, 

Saya telah kehilangan semua pengetahuan tentang ketidaktahuan. Sudah terbiasa, seperti yang telah saya lakukan, untuk merenungkan baik surga dan neraka sebagai hal yang melekat dalam diri saya, 

Saya lupa memikirkan harapan dan ketakutan. Sudah terbiasa, seperti saya, untuk bertafakur pada kehidupan ini dan selanjutnya sebagai satu, 

Saya telah melupakan ketakutan akan kelahiran dan kematian. Terbiasa lama belajar, sendiri, pengalaman saya sendiri, berkelana.

Saya lupa perlunya mencari pendapat teman dan saudara. Terbiasa lama menerapkan setiap pengalaman baru untuk pertumbuhan spiritual saya sendiri, 

Saya telah melupakan semua kredo dan dogma. Terbiasa lama untuk merenungkan yang belum lahir, yang tidak bisa dihancurkan, yang tidak berubah, 

Saya sudah lupa semua definisi tujuan khusus ini atau itu. Terbiasa lama untuk merenungkan semua fenomena yang terlihat sebagai Dharma kaya, 

Saya telah melupakan semua meditasi tentang apa yang dihasilkan oleh pikiran. Terbiasa ingin menjaga pikiran saya dalam kondisi kebebasan yang tidak tercipta, 

Saya sudah lupa semua konvensi dan artifisial.Terbiasa rindu akan kerendahan hati, tubuh dan pikiran, 

Saya telah melupakan kesombongan dan sikap angkuh dari yang perkasa. Terbiasa ingin menganggap tubuh dagingku sebagai pertapaanku, 

Saya lupa kemudahan dan kenyamanan Terbiasa ingin mengetahui arti dari Tanpa Kata, 

Saya lupa cara menelusuri akar kata kerja, dan sumber kata dan frosa. Terbiasa, 0 yang dipelajari, yang dapat dilacak hal-hal ini di buku 



Selamat ulang tahun ke 40

Ketika orang yang tangannya kamu pegang adalah orang yang memegang hatimu, Ketika orang yang matanya Anda tatap memberi harapan dan impian Anda, 

Ketika orang yang Anda pikirkan pertama dan terakhir adalah orang yang memeluk Anda erat. Ketika orang yang Anda percayai menaruh keyakinan dan kepercayaan kepada Anda, artinya Anda telah menemukan satu-satunya cinta yang akan Anda bagikan sepanjang hidup Anda.

Pernikahan adalah bukan tentang seumuran, lebih tua atau lebih muda, semua akan setara jika cara menghargai dan komunikasinya searah dan sama.  

Seumur hidup itu lama, "bersamalah dengan orang yang memahami keadaanmu, menghargai kehadiranmu"

Pernikahan adalah janji persahabatan, memiliki seseorang untuk berbagi semua pengalaman hidup.

Pernikahan tidak menjanjikan bahwa tidak akan ada masa sulit, hanya kepastian bahwa akan selalu ada seseorang yang peduli dan akan membantu Anda melewati masa-masa yang lebih baik.

Pernikahan tidak menjanjikan romantisme abadi, hanya cinta dan komitmen abadi. 

Pernikahan tidak dapat mencegah kekecewaan atau kesedihan, tetapi dapat menawarkan harapan, penerimaan, dan penghiburan.

Pernikahan tidak dapat melindungi Anda dari membuat pilihan individu atau melindungi Anda dari dunia, 

tetapi itu akan membantu meyakinkan Anda bahwa ada seseorang di sisi Anda yang benar-benar peduli. Ketika dunia menyakiti Anda dan membuat Anda merasa rentan, pernikahan menawarkan janji bahwa akan ada seseorang yang menunggu untuk mendengarkan, menghibur, menginspirasi.

Pernikahan adalah bergabungnya dua orang yang berbagi janji hati sinar matahari dan bayang-bayang Untuk mengatakan aku mencintaimu melebihi sisa hidupku.

Anak



Anakmu bukanlah milikmu, Mereka adalah putra putri sang Hidup, yang rindu akan dirinya sendiri. Mereka lahir lewat engkau, tetapi bukan dari engkau, mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.

Berikanlah mereka kasih sayangmu, namun jangan paksakan pemikiranmu, sebab pada mereka ada alam pemikiran tersendiri. Patut kau berikan rumah bagi raganya, namun bukan kurungan bagi jiwanya, sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, yang tiada dapat kau kunjungi, sekalipun dalam mimpimu.

Engkau boleh berusaha menyerupai mereka, namun jangan membuat mereka menyerupaimu, sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur, ataupun tenggelam ke masa lampau.

Engkaulah busur asal anakmu, anak panah hidup, melesat pergi. Sang Pemanah membidik sasaran keabadian, Dia merentangkanmu dengan kuasaNya, hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.

Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah, sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat, sebagaimana dikasihi Nya pula busur yang tepat.

* Allah slalu memberkahi seturunan-turunanmu