Ukuran makna kehidupan bukan terletak pada berapa banyak harta, jabatan, atau popularitas yang kita miliki, melainkan pada jejak kebaikan yang kita tinggalkan dalam kehidupan orang lain.
Hidup yang bernilai adalah hidup yang menghadirkan rasa syukur bagi orang-orang di sekitar kita—entah karena kebaikan sederhana, ketulusan dalam membantu, atau sekadar kehadiran yang menenangkan.
Dalam realitasnya, banyak orang terjebak dalam pencarian nilai hidup yang semu, mengejar pengakuan publik tanpa benar-benar memberi manfaat nyata. Padahal, seseorang yang hidupnya sederhana pun bisa meninggalkan jejak mendalam jika kehadirannya membawa kebahagiaan, harapan, atau inspirasi.
Tidak perlu hal-hal besar; senyuman yang tulus, kepedulian yang konsisten, atau kesediaan mendengar pun bisa membuat orang lain merasa beruntung mengenal kita. Nilai hidup tidak selalu harus monumental, melainkan tercermin dalam relasi manusiawi sehari-hari.
Apakah kehadiran kita memberi cahaya atau justru meninggalkan bayangan kelam bagi orang lain? Pada akhirnya, keberhasilan bukanlah tentang apa yang kita kumpulkan, melainkan tentang bagaimana orang lain mengingat kita dengan syukur. Itulah warisan yang lebih abadi daripada sekadar nama atau harta.
Hidup kita akan Bernilai apabila ada orang yang merasa Bersyukur telah bertemu dengan kita.
