“Jangan simpan dendam dalam hati yang ingin ditempati Allah.”
Dalam ajaran tasawuf, hati dianggap sebagai wadah suci tempat Allah 'bersemayam' secara spiritual. Maka, hati yang dipenuhi kemarahan, dendam, atau kebencian tidak layak dijadikan tempat hadirnya cahaya Ilahi.
Maaf bukan berarti membenarkan perlakuan buruk orang lain, tapi sebagai jalan untuk melepaskan beban bathin yang memberatkan jiwa sendiri. Sufi paham bahwa ketika kita menyimpan dendam, kita sejatinya sedang menyiksa diri sendiri. Ibnu Athaillah al-Sakandari menulis dalam al-Hikam : "Tidak akan masuk cahaya ke dalam hati yang dipenuhi oleh hal-hal selain Allah." Dendam adalah salah satu hal selain Allah itu : Ia memenuhi ruang hati dengan gelapnya emosi negatif.
Mengapa Memaafkan Memberikan Ketenangan?
1. Menghapus Energi Negatif dalam Batin.
Dendam menciptakan kegelisahan berulang. Memaafkan memutus lingkaran itu.
2. Menghindari Kezaliman Batin.
Dalam Islam, bahkan mendoakan keburukan orang yang menyakiti kita bisa jadi dzalim jika sudah berlebihan. Sufi menghindarinya dengan memilih diam atau mendoakan kebaikan.
3. Memaafkan adalah Bentuk Kepercayaan kepada Keadilan Ilahi
"Saya maafkan karena saya tahu Allah Maha Adil. Biarlah Dia yang mengatur balasannya." Inilah bentuk tawakkal batiniah.
Praktik Maaf Ala Sufi, tutup hari dengan introspeksi dan berdoa :
“Ya Allah, aku lepaskan semua sakit hati ini karena Engkau lebih tahu dari apa yang aku rasa. Gantikan dengan lapang dada dan rahmat dari-Mu.” Jangan bahas ulang kesalahan orang, kecuali untuk mengambil pelajaran.
Berlatih mendoakan orang yang menyakiti, bukan karena mereka layak, tapi karena kita ingin damai.