KH Muhammad Munawwir Krapyak


Pelopor pesantren tahfiz Al-Qur'an pertama di Indonesia.

Sosok KH. Munawwir Krapyak tidak bisa lepas dari kebesaran nama Kyai Hasan Bashari atau lebih dikenal dengan Kyai Hasan Besari. Kyai Hasan Besari adalah merupakan ajudan pangeran Diponegoro, seorang pahlawan nasional yang sangat berjasa dalam usaha penumpasan penjajah di muka bumi pertiwi ini. 

Pada waktu hidupnya, Kyai Hasan Besari ini ceritanya ingin menjadi seorang ulama yang hafal al-Quran dan karenanya beliau melakukan riyadhah dan berusaha keras lahir batin untuk menghafal al-Quran. Namun beliau suatu ketika mendapatkan ilham bahwa yang akan menjadi ahli al-Quran adalah anak cucu beliau. Demikian pula anaknya yang bernama KH. Abdullah Rosyad yang juga berjuang dengan riyadhah dan kedisiplinan tinggi untuk menghafal al-Quran. Bahkan ketika di tanah suci Makkah selama 9 tahun beliau riyadhah untuk menghafalkan al-Quran, namun beliau mendapatkan ilham bahwa yang akan dianugerahi hafal al-Quran adalah anak cucunya.

Di kemudian hari KH. Abdullah Rosyad ini memiliki sebelas orang anak dari empat orang istri. Dari kesebelas orang anak ini salah satunya adalah Kyai Haji Muhammad Munawwir yang merupakan anak beliau dari buah pernikahan beliau dengan salah satu istri bernama Nyai Khadijah dari Bantul, Yogyakarta.

Suatu ketika KH. Munawwir pernah bertemu dengan nabiyullah Khidir alaihis salam dan mendapatkan doa secara langsung dari beliau. Ceritanya, beliau di masa thalabul ilminya di tanah suci sedang dalam suatu perjalanan dari makkah menuju Madinah. Di suatu tempat di Rabigh beliau berumpa dengan seorang pak tua yang tidak beliau kenal. Pak tua tersebut kemudian mengajak berjabat tangan dan lantas  mendoakan beliau semoga beliau menjadi seorang hafidzul quran wa hamilul quran sejati. Menurut Syaikh Arwani Amin, Kudus, orang tua yang menjabat tangan dan mendoakan KH. Munawwir itu adalah Nabiyullah Khidir Alaihis Salaam.

Beliau secara istiqamah mengkhatamkan al-Quran seminggu sekali tepatnya pada hari kamis sore beliau melakukan khataman al-Quran. Amalan ini beliau lakukan sejak beliau masih berusia 15 tahun hingga beliau wafat. Apabila KH. Munawir sedang menghadapi peristiwa ataupun masalah yang menyangkut umat/santri, maka beliau biasanya segera mengumpulkan para santri untuk berdoa bersama. Biasanya beliau memerintahkan para santri untuk bersama-sama mewiridkan shalawat nariyah sebanyak 4444 kali dan membaca surah Yasin sebanyak 41 kali. 

Sosok KH. Munawir merupakan sosok yang amat istiqamah dalam beribadah. Lebih-lebih terkait ibadah shalat fardhu, maka beliau senantiasa menggunakan awal waktu untuk melaksanakannya. Begitu pula dengan shalat sunnah seperti shalat sunnah rawatib juga tidak pernah beliau tinggalkan. Beliau juga merupakan ulama yang senantiasa melanggengkan shalat sunnah witir, shalat sunnah isyraq, shalat sunnah dhuha, dan shalat sunnah tahajud. Beliau juga sangat menekankan pentingnya untuk berziarah kubur, mendoakan orang tua, ulama dan kaum muslimin yang telah lebih dahulu wafat dan bertabarukkan dengan mereka. Bahkan saking pentingnya, beliau mewajibkan para santri untuk istiqamah ziarah kubur setiap kamis sore. Di mata beliau, seorang penghafal al-Quran yang sejati adalah sebagai berikut :

Senantiasa bertakwa kepada Allah ta'ala

Mampu shalat tarawih dengan hafalan al-Quran sebagai bacaan surahnya

Beliau sangat mengangungkan al-Quran dan mushaf suci al-Quran. Beliau termasuk orang yang sangat ketat dalam hal ini, hingga hanya akan memberikan undangan haflah khotmil Qur'an kepada orang-orang yang kalau memegang mushaf al-Quran senantiasa dalam keadaan suci dari najis dan hadats.

Ulama Besar yang Penuh Kesederhanaan

Sosok KH. Munawwir juga merupakan sosok yang terkenal rapi dan bersih serta senantiasa menampilkan kesederhanaan hidup. Beliau senantiasa menggunakan imamah dan penutup kepala seperti sorban, peci, maupun kedua-duanya. Kalau berpakaian maka beliau menggunakan pakaian yang bersih, suci, dan sederhana, seperti jubah, sarung, serban senantiasa bersih. Apabila bepergian beliau menggunakan jas hitam, sorban hijau, sarung dan alas kaki. Beliau tidak pernah makan hingga kenyang, terlebih di waktu bulan ramadhan, maka beliau berbuka dan sahur ala kadarnya, cukup dengan satu cawan nasi ketan untuk sekali makan. Hal ini tentu saja akan bermanfaat bagi tubuh, karena mengonsumsi makanan dengan wajar akan menjadikan tubuh sehat dan proporsional, berbeda apabila terlalu kenyang maka akan menjadikan tidak bersemangat, mengantuk, dan pada akhirnya tidak bisa istiqamah beribadah kepada Allah. 

Diantara berbagai macam karamah yang dimiliki oleh KH. Munawwir krapyak adalah beliau mampu menghafal keseluruhan al-Quran yang 30 juz hanya dalam jangka waktu 70 hari. Sebagian riwayat lainnya mengatakan hanya 40 hari. Kisahnya, ketika beliau sampai di tanah suci dan belajar ilmu agama di sana, beliau menulis surat kepada sang ayah yang isinya minta restu karena ingin menghafal al-Quran. Namun sang ayah belum mengizinkannya dan berniat akan mengirimkan surat balasan. Namun belum sempat surat balasan dikirim, sang ayah sudah mendapatkan surat kedua dari KH. Munawwir yang isinya memberitahukan bahwa ia sudah terlanjur hafal 30 juz. 

Saat berusia 10 tahun, KH. Munawwir berangkat untuk mondok nyantri kepada Sayyidi Asy-Syaikh Kholil Bangkalan, Madura. Sesampainya di sana, saat iqamah shalat selesai dikumandangkan, tiba-tiba saja Kyai Kholil tidak bersedia menjadi imam. Beliau kemudian berkata, "Mestinya yang berhak menjadi imam shalat adalah anak ini (yakni KH. Munawir). Walaupun ia masih kecil tetapi ahli qiraat."

Sosok Mbah Munawwir yang terkenal sebagai pembawa Qur’an ke Tanah Jawa tidak lepas dari figur ayahanda beliau yang bernama KH. Abdulloh Rosyad. Pada waktu muda, Mbah Rosyad punya keinginan kuat untuk menghafal Qur’an. Itu dibuktikan, ketika beliau menghafal dibarengi dengan riyadloh/ tirakat berendam di sungai (mungkin agar tidak ngantuk). Berkali-kali beliau melakukan tirakat tersebut dan suatu hari, beliau mendengar suara: “Hafalkan semampumu, karena itu bagianmu. Dan tidak usah berkecil hati, kamu akan diberi keturunan yang ahli Qur’an.” 

Sumber dari buku yang berjudul "Manaqibus Syaikh: KH. M. Moenauwir Almarhum: Pendiri Pesantren Krapyak Yogyakarta" yang diterbitkan oleh Majelis Ahlein (keluarga besar Bani Munawwir) Pesantren krapyak, Keluaran tahun 1975 masehi.

رب فانفعنا ببركاتهم # واهدنا الحسنى بحرمتهم

وأمتنا في طريقتهم  # ومعافاة من الفتن

اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين