Sembah Jiwa


Sembah Jiwa Serat Wedhatama Mangkunegara IV

Sembah jiwa adalah Sembah kepada Hyang Sukma (Tuhan) dengan mengutamakan peran Jiwa. Jika Sembah Cipta (Qolbu) mengutamakan peran Qolbu, maka Sembah Jiwa lebih halus dan mendalam dengan menggunakan Jiwa. Sembah ini hendaknya diresapi secara menyeluruh tanpa henti setiap hari dan dilaksanakan dengan tekun secara terus-menerus, seperti terlihat pada bait berikut :

Samengko kang tinutur/ Sembah katri kang sayekti katur/ Mring Hyang Sukma suksmanen saari-ari/ Arahen dipun kecakup/ Sembahing jiwa sutengong.

Sembah Jiwa ini menempati kedudukan yang sangat penting. Ia disebut pepuntoning laku (pokok tujuan atau akhir perjalanan Suluk). Inilah akhir perjalann hidup batiniah. 

Cara bersucinya tidak seperti pada Sembah Raga dengan air wudlu atau mandi, tidak pula seperti pada Sembah Qolbu dengan menundukkan hawa nafsu, tetapi dengan awas emut (selalu waspada dan ingat/Dzikir kepada keadaan alam baka/langgeng), alam Ilahi. Betapa penting dan mendalamnya sembah jiwa ini, tampak dengan jelas pada bait berikut :

Sayekti luwih perlu/ ingaranan pepuntoning laku/ Kalakuan kang tumrap bangsaning batin/ Sucine lan awas emut/ Mring alaming lama amota.

Berbeda dengan Sembah Raga dan Sembah Qolbu, ditinjau dari segi perjalanan Suluk, sembah ini adalah tingkat permulaan (wong amagang laku) dan sembah yang kedua adalah tingkat lanjutan. Ditinjau dari segi tata cara pelaksanaannya, sembah yang pertama menekankan kesucian jasmaniah dengan menggunakan air dan sembah yang kedua menekankan kesucian Qolbu dari pengaruh jahat hawa nafsu lalu membuangnya dan menukarnya dengan sifat utama. 

Sedangkan Sembah ketiga menekankan pengisian seluruh aspek Jiwa dengan Dzikir kepada Allah seraya mengosongkannya dari apa saja yang selain Allah.

Sembah Rasa

Sembah Rasa ini berlainan dengan sembah-sembah yang sebelumnya.

Jika sembah Qolbu mengandung arti menyembah Tuhan dengan alat batin Qolbu atau Hati seperti disebutkan sebelumnya, Sembah Jiwa berarti menyembah Tuhan dengan alat batin Kiwa atau Ruh, maka Sembah Rasa berarti menyembah Tuhan dengan menggunakan alat batin Inti Ruh. Alat batin yang belakangan ini adalah alat batin yang paling dalam dan paling halus 

yang menurut Mangkunegara IV disebut Telenging Qolbu (Lubuk Hati yang paling dalam) atau disebut wosing jiwangga (Inti Ruh yang paling halus).