Jaka Tingkir

Jaka Tingkir atau ditulis Joko Tingkir adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Pajang yang berkuasa antara 1568-1582.

Ia memerintah dengan gelar Sultan Hadiwijaya dan berhasil mengantarkan kerajaannya menuju puncak kejayaan. Setelah berkuasa selama kurang lebih 15 tahun dan menjadi salah satu raja yang berpengaruh di Jawa, perjalanannya harus terhenti pada 1582. Kala itu, meletus perang antara Pajang dan Mataram. Sepulang dari pertempuran, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. 

Asal-usul Jaka Tingkir 

Jaka Tingkir lahir dengan nama asli Mas Karebet. Ia adalah cucu dari Andayaningrat, penguasa kerajaan kuno di Boyolali. Andayaningrat, yang juga memakai nama Jaka Sanagara atau Jaka Bodo, konon masih memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga raja Majapahit.  

Ketika Mas Karebet masih di dalam kandungan, ayahnya yang bernama Kebo Kenanga atau Ki Angeng Pengging, menggelar pertunjukan wayang di mana dalangnya adalah Ki Ageng Tingkir. Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dibunuh oleh Sunan Kudus setelah dituduh memberontak terhadap Kerajaan Demak. 

Setelah Nyi Ageng Pengging meninggal karena sakit, Mas Karebet akhirnya diangkat anak oleh Nyi Ageng Tingkir, janda Ki Ageng Tingkir. Sejak saat itu, Mas Karebet lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir, yang kemudian tumbuh sebagai pemuda tangguh. Guru Jaka Tingkir adalah Sunan Kalijaga dan selanjutnya Ki Ageng Sela

Mengabdi pada Kerajaan Demak Terlepas dari masa lalu orang tuanya, Jaka Tingkir mengabdi pada Kerajaan Demak. Dari situlah, Jaka Tingkir akhirnya diangkat menjadi kepala prajurit Kerajaan Demak oleh Sultan Trenggono. 

Atas jasa-jasanya selama mengabdi, Jaka Tingkir diangkat sebagai Adipati Pajang dengan gelar Adipati Adiwijaya dan dinikahkan dengan Ratu Mas Cempaka, putri Sultan Trenggono. Sepeninggal Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mengalami pergolakan akibat perebutan kekuasaa

Kekacauan dapat diakhiri setelah Jaka Tingkir berhasil menyingkirkan Arya Penangsang, keponakan Sultan Trenggono yang membunuh Sunan Prawoto, penerus takhta Kerajaan Demak. Jaka Tingkir secara otomatis menjadi pewaris takhta Kerajaan Demak dan memindahkan ibu kotanya ke Pajang, yang terletak di perbatasan Kota Surakarta dan Kartasura.

Masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya di Pajang

Jaka Tingkir atau Adipati Adiwijaya dinobatkan sebagai pendiri dan raja pertama Kerajaan Pajang pada 1568 dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Sultan Hadiwijaya pula yang berhasil mengantarkan Pajang ke puncak kejayaan. 

Karena letaknya di pedalaman, Pajang bersifat agraris dan mengandalkan pertanian sebagai tulang punggung perekonomian. Di bawah pemerintahan Sultan Hadiwijaya, wilayah kekuasaan Kerajaan Pajang mencapai Madiun, Blora, dan Kediri.

Pada 1582 M, meletus perang antara Kerajaan Pajang dan Kerajaan Mataram Islam. Sepulang dari pertempuran, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Ia dimakamkan di Desa Butuh, kampung halaman ibunya. 

Sepeninggal Sultan Hadiwijaya, Pajang mulai mengalami kemunduran karena terjadi perebutan takhta. Putranya, Pangeran Benawa, dan menantunya yang bernama Arya Pangiri saling bersaing untuk menjadi raja.   

Referensi: Agustina, Iriyanti. (2018). Kebudayaan dan Kerajaan Islam di Indonesia. Pontianak: Derwati Press. Al Adhim, Alik. (2012). Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa. Surabaya: JP Books.

SC : Tulisan Kompas[dot]co.id