Sekar Wijaya Kusuma & Tradisi Kraton Jawa


Dàlam tradisi Kraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta setelah selesainya upacara penobatan Raja baru, maka Raja yang telah dinobatkan akan memerintahkan utusan untuk memetik bunga : Sekar Wijaya Kusuma yg tumbuh di Pulau Majeti, Karang Badung, ujung Timur pulau Nusakambangan, Cilacap dengan didahului utusan untuk berziarah kepada Adipati Banjaransari di Donan, Adipati Purbasari di Daunlumbung, Kyai Singalodra di Kebondoru, Panembahan Tlecer di Nusa Kambangan, Kyai Ageng Wonokusumo di Gilirangan, Kyai Kasan Besari Gumelem di Banjarnegara.

Setelah berziarah bekti tahlil, maka utusan kemudian membagikan dana shodaqoh Raja yg kemudian ritual dilanjutkan menuju ke Goa Masigitselo (yg bentuk gua menyerupai masjid, maka disebut masjid Sela) utusan bertafakur di situ dan berganti baju putih putih untuk menyeberang ke pulau Karang Badung.

Para utusan Raja tersebut kemudian menuju ke pohon bunga Wijaya Kusuma yg tumbuh di lokasi dan membalut pohon tersebut dng kain cinde dan dibawah pohon dipersiapkan kendaga (peti kotak) untuk tempat bunga.Setelah waktunya di malam hari utusan Raja akan mèlaksanakan Sholat Hajat, apabila doa permintaan terkabul akan datang cahaya dan bunga tersebut sudah ada di dalam kotak peti tersebut yang kemudian diserahkan kepada Raja dengan upacara kènegaraan sekembalinya di Kraton.

Setelah diterima Raja maka Bunga tersebut dibuat hidangan rujak untuk santapan sang Raja.