Mengapa tak kuat duduk lama dalam Berzikir ?



Daniel Coyle di buku The Talent Code bilang: otak kita punya zat bernama myelin. Setiap kali kita melakukan kesalahan dan memperbaikinya, myelin itu semakin menebal. 

Semakin tebal, semakin cepat sinyal otak kita. Jadi bukan bakat yang membuat  kita hebat. Tapi  sudah berapa kali  kita itu telah rela gagal dengan sadar.

Kenapa anak umur 13 tahun bisa main biola seperti dewa dalam 6 menit ? Karena dia tidak hanya sekedar latihan. Dia latihan dalam mode struggle. Dia akan terus bermain, lalu salah, kemudian diulang, salah lagi, diulang lagi. Itu namanya deep practice. Bukan latihan keras. Tapi latihan sakit yang membuat otak kita terbakar, bukan sekadar berkeringat.

Tapi kalau kalau kita tidak punya motivasi, myelin hanya akan menjadi lemak otak. Maka Coyle mengatakan bahwa kamu butuh ignition. Sesuatu yang membuat kita terbakar. Bukanlah cita-cita, tapi rasa sakit, rasa ingin balas dendam, rasa ingin membuktikan. Tanpa itu maka latihanmu hanya akan menjadi rutinitas mati. Kita bisa saja latihan 10.000 jam tapi tetap payah, kalau tidak ada master coach yang mengarahkan bahwa kita itu salah dimana. 

Bukan juga guru yang selalu memuji, tapi yang mengoreksi “Stop .. kaki kamu terlalu kenceng .. Ulang.” Tanpa itu maka kita cuma mengulang teknik. Jadi masih percaya bakat? Atau kita mau mulai cari kesalahan sendiri? Mulai latihan sampai otak panas. Dan cari orang yang berani mengatakan " kamu belum cukup". Karena kehebatan bukan anugerah. Tapi luka yang kita pilih untuk diulang sampai sempurna. 

Lalu bagaimana dengan duduk dalam berzikir, kebanyakan dari kita seringkali malas berzikir karena tak kuat duduk berlama-lama. Buya HSS. Ahmad Farki Bin HSS Kadirun Yahya mengatakan bahwa kebanyakan dari kita tak kuat menahan sakit selama duduk dalam berzikir sehingga energi zikir tidak dapat terserap secara maksimal. Padahal energi zikir hanya akan dapat terserap secara maksimal ketika telah mencapai titik bakar, dimana akan menghasilkan panas yang tinggi. 

Maka dudukpun harus dipaksakan sehingga ada saatnya rasa sakit itu akan hilang dengan sendirinya kemudian akan berganti menjadi rasa nyaman, tenang, tidak ada lagi rasa sakit, dan gelisah. Dan akhirnya tercapailah tujuan dari zikir itu sendiri yaitu mengakses energi Tuhan secara maksimal.