Doa Nabi SAW, “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu dan anak hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu…”
Juga seperti doa Nabi SAW, “Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan setiap sesuatu yang Engkau pegang ubun-ubunnya…”
Sisi-Sisi Mukjizat Ilmiah:
Prof. Keith L Moore mengajukan argumen atas mukjizat ilmiah ini dengan mengatakan, “Informasi-informasi yang kita ketahui tentang fungsi otak itu belum pernah disebutkan sepanjang sejarah, dan kita tidak menemukannya sama sekali dalam buku-buku kedokteran.
Seandainya kita mengumpulkan semua buku pengobatan di masa Nabi Muhammad SAW dan beberapa abad sesudahnya, maka kita tidak menemukan keterangan apapun tentang fungsi frontal lobe atau ubun-ubun. Pembicaraan tentangnya tidak ada kecuali dalam kitab Al-Qur’an al-Karim.
Hal itu menunjukkan bahwa ini adalah ilmu Allah yang pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.
Pengetahuan tentang fungsi frontal lobe dimulai pada tahun 1842, yaitu ketika salah seorang pekerja di Amerika tertusuk ubun-ubunnya stik, lalu hal tersebut memengaruhi perilakunya, tetapi tidak membahayakan fungsi tubuh yang lain. Dari sini para dokter mulai mengetahui fungsi frontal lobe dan hubungannya dengan perilaku seseorang.
Jadi, siapa yang memberitahu Nabi Muhammad SAW diantara seluruh umat di bumi ini tentang rahasia dan hakikat tersebut?
Syeikh Ibnu Athaillah Ra berkata dalam Al-Hikam: ”Sejak engkau tahu bahwa setan tidak akan pernah melupakanmu, maka tugasmu adalah tidak melupakan Dia yang memegang ubun-ubunnya. Ketika orang lain sibuk beribadah, sibukkanlah dirimu dengan-Nya yang disembah. Ketika mereka sibuk dengan cinta, sibukkanlah dirimu dengan Sang Kekasih. Ketika mereka berusaha menunjukkan berbagai keajaiban, carilah ketenangan dalam doa. Ketika mereka melipat gandakan ibadah, datangilah Allah Yang Maha Pengasih.
Dari Tafsir Ibnu Katsir Tentang S.Hud:56 yaitu :
Maksudnya, semuanya berada di bawah kekuasaan dan keperkasaan-Nya. Dialah Tuhan, Hakim yang seadil-adilnya dan tidak pernah lalim dalam keputusan-Nya, sesungguhnya Dia berada pada jalan yang lurus.
Al-Walid ibnu Muslim telah meriwayatkan dari Safwan ibnu Amr, dari Aifa' ibnu Abdul Kala'i sehubungan dengan firman-Nya: Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. (Huud:56) Aifa' mengatakan bahwa Allah memegang ubun-ubun semua hambaNya, lalu Dia mengajari orang mukmin, sehingga terasa bagi orang mukmin bahwa Dia lebih sayang ketimbang seorang ayah kepada anaknya. Lalu Aifa' membacakan firman-Nya:
Apakah yang memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. (Al-Infithar: 6)
Dalam jawaban Nabi Hud ini terkandung hujah yang mematahkan dan dalil yang pasti yang menunjukkan kebenaran dari apa yang disampaikannya kepada mereka, juga menunjukkan kebatilan dari apa yang mereka kerjakan, yaitu penyembahan mereka kepada berhala-berhala. Padahal berhala-berhala itu tidak dapat memberikan manfaat, tidak pula dapat mendatangkan mudarat, bahkan berhala-berhala itu adalah benda-benda mati yang tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat, tidak dapat melindungi, dan tidak dapat memusuhi. Sesungguhnya yang berhak disembah secara murni dan ikhlas hanyalah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Di tangan kekuasaan-Nyalah kerajaan, dan Dialah yang mengaturnya. Tidak ada sesuatu pun melainkan berada di bawah kepemilikan, pengaruh, dan kekuasaan-Nya, maka tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada Rabb selain Dia