Nama Tuhan yang Seratus

 

Khabira. Ini adalah nama Sufi, namaTuhan. Secara harfiah artinya yang melihat semuanya, yang menyadari, sang penglihat dari semuanya. Dan itu tersembunyi pada semua orang - sang saksi. Apa yang kita lihat mungkin benar, mungkin tidak benar, tetapi sang penglihat selalu benar. Yang terlihat mungkin iya, mungkin tidak. Di malam hari engkau melihat sebuah mimpi, di pagi hari engkau menemukan bahwa ternyata itu tidak nyata, tetapi ia yang melihat mimpi itu masih tetap nyata. Di pagi hari, di malam hari, sepanjang waktu ia adalah nyata. Engkau melihat sebuah tali dan engkau berpikir, dalam kegelapan malam, bahwa itu adalah seekor ular. Tapi ketika engkau mendekat engkau tahu bahwa itu adalah palsu, itu tidak seperti itu. Tapi sang penglihat itu tidak palsu. Bahkan dalam melihat suatu halusinasi, sang penglihat tetap nyata; penglihat tidak pernah palsu.

'Khabira' berarti: yang melihat, sang saksi yang ada di dalam. Sufi memiliki nama-nama yang indah untuk Tuhan; kesemuanya mereka memiliki sembilan puluh-sembilan nama untuk Tuhan. 

Kita bertanya-tanya mengapa tidak seratus? Ini terlihat sangat tidak lengkap. Sudah pasti, untuk alasan-alasan yang samar, nama yang ke seratus sengaja dibiarkan tidak terucapkan. Itu adalah nama Tuhan yang sebenarnya yang tidak dapat diucapkan. 

Tao yang dapat diucapkan bukanlah tao yang sesungguhnya dan Tuhan yang dapat dibicarakan bukanlah Tuhan yang sesungguhnya, Tan Keno Kinoyo Ngopo

Karena kata 'Tuhan' memalsukan realitas Ketuhanan. Jadi nama keseratus adalah nama yang sesungguhnya - apa yang disebut Hindu sebagai 'Satnam', nama yang sebenarnya - tetapi tidak dapat diucapkan. Ini akan kehilangan keindahannya jika diucapkan. Itu tetap tak terucapkan, pada inti terdalam dari Hati. Tapi sembilan puluh-sembilan nama dapat diucapkan hanya sebagai bantuan untuk mencapai yang keseratus. 

Nama yang keseratus adalah sebuah ketiadaan - apa yang dikatakan oleh para Buddha sebagai ‘Nirvana', Ketiadaan.Jadi aku menyebutnya sembilan puluh - sembilan nama dari ketiadaan; salah satunya adalah 'khabira'. Masuklah ke dalam gagasan itu dan jadilah lebih dan lebih lagi sebagai sang penglihat. Ubahlah dirimu dari yang terlihat menjadi penglihat. 

Saat melihat pohon, ingatlah ia yang melihat; saat makan, ingatlah ia yang makan; saat berjalan, ingatlah ia yang berjalan. Alih-alih melakukan penekanan kepada yang ada diluar, tekankan pada yang di dalam, dan perlahan-lahan itu akan menjadi jelas tentang siapakah sang penglihat ini. Itulah realitas kita yang sebenarnya dan itu adalah Tuhan.