Ka'bah





Ka'bah adalah titik fokus dunia Muslim, yang dihadapi setiap Muslim di dunia saat berdoa kepada Tuhan. Kata Arab Kabah berarti 'persegi', 'kubus', 'tinggi' atau 'sesuatu yang menonjol'. Itu juga dikenal sebagai Rumah Suci, Rumah Tuhan atau Rumah Kedudukan Tinggi.

Salah satu Rukun Islam yang Lima adalah melakukan Haji, atau Ziarah ke Mekah, di mana peziarah pada beberapa kesempatan mengelilingi Kabah tujuh kali sebagai prasyarat untuk menyelesaikan haji mereka. Muslim juga dapat melakukan Umroh, atau Ziarah kecil, di mana mereka kembali mengelilingi Ka'bah.

Sama seperti Kabah yang dianggap sebagai Rumah Tuhan di Bumi, ada tempat yang sesuai di atas Kabah di Surga yang disebut Baitul Ma'mur yang memiliki status serupa dan penghormatan terkait. Hal ini telah dijelaskan oleh Hadrat Ali dan Hadrat Abdullah bin Abbas, yang keduanya membenarkan bahwa inilah makna dari ayat empat Surat At-Tur. Setiap hari tujuh puluh ribu Malaikat mengelilingi Baitul Ma'mur dan berdoa di sana, tetapi tidak seperti kita di Bumi, mereka hanya diperbolehkan melakukan ziarah ini satu kali.

Pembangun Ka'bah adalah Malaikat, Adam dan kemudian Ibrahim dan Ismail. Setelah mereka Ka'bah dibangun kembali delapan kali. Dimensi internal adalah lebar 10.5m x lebar 8.2m, dengan tinggi keseluruhan 14m. Dindingnya terbuat dari batu yang bersumber dari lima gunung berbeda.

Hajar Aswad, dibangun di salah satu sudut Ka'bah. Hajar Aswad selalu dianggap suci sepanjang sejarah, yang ditegaskan kembali oleh Nabi Muhammad SAW, yang biasa menyapa dan mencium Batu ini. Nabi berkata bahwa, “Hajar Aswad datang dari surga dan lebih putih dari susu. Dosa-dosa manusialah yang menghitamkannya.” Batu itu awalnya ditempatkan ke posisi oleh Nabi Ibrahim dan kemudian dipindahkan ke posisi yang sama oleh Nabi Muhammad SAW, damai dan berkah besertanya, sebelum dia diberi kenabian.

Seyyed Hossein Nasr menyatakan, “Arsitektur tentu saja merupakan par excellence dari penataan ruang, dan semua arsitektur sakral mencapai tujuan dasarnya untuk menempatkan manusia di hadapan Yang Ilahi melalui sakralisasi ruang yang dibentuk, ditata, dan diorientasikan dengan cara dari berbagai teknik arsitektur. Arsitektur suci Islam yang paling primordial adalah Ka'bah, titik di mana poros Surgawi menembus bumi. Kuil primordial ini dibangun oleh Nabi Adam sendiri dan kemudian dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim adalah cerminan duniawi dari kuil surgawi yang juga tercermin dalam hati manusia. Harmoni dimensi, stabilitas dan simetri Kabah, pusat kosmos Islam, dapat ditemukan dalam arsitektur suci seluruh dunia Islam.”

Ada konsep 'Mengkuadratkan Lingkaran' dalam Geometri Suci. Dalam bukunya, 'Sacred Geometry', Robert Lawler menjelaskan, “Perjalanan Ka'bah di Mekah adalah ritual simbolis yang berkaitan dengan konsep Kuadrat Lingkaran. Dalam Geometri Suci, ini adalah praktik yang berupaya membangun persegi yang hampir sama kelilingnya dengan keliling lingkaran tertentu, atau yang luasnya hampir sama dengan luas lingkaran tertentu. Meskipun demikian, Kuadrat Lingkaran sangat penting bagi ahli geografi-kosmologis karena baginya lingkaran mewakili ruang roh yang murni dan tidak termanifestasi, sedangkan persegi mewakili dunia yang nyata dan dapat dipahami. 

Ketika persamaan yang dekat ditarik antara lingkaran dan persegi, yang tak terbatas mampu mengekspresikan dimensi atau kualitasnya melalui yang terbatas.

Wahai kafilah haji, kemana engkau akan pergi, yang kau cinta ada di sini

Ia begitu dekat, melekat di dinding hatimu, usah berpayah di gurun pasir

Jika kau mampu menangkap gambaran cinta, engkaulah kabah itu sendiri

Sepuluh kali telah kau kunjungi Kabah, sekali ini saja kau ziarahi diri

Kabah adalah rumah cintaNya, jika benar kau telah lihat, tunjukan jejak cinta ini

Mana bunga yang kau petik dari taman, mana permata dari lautan rahmat Ilahi

Dengan segala kepayahan yang kau lewati, harta karun itu masih saja terhalang tabir.


~ Rumi