Di daerah Cirebon — yang tarekat-tarekatnya dari dulu sangat giat — pada kira-kira tahun 1920 lahirlah Ngilmu Sejati (atau Ngelmu Hakikat), yang dipimpin oleh Haji Burhan, seorang santri asal Banten, dan disebarluaskan sampai Indramayu. Tidak lama kemudian, giliran seorang bernama Madrais, anak pangeran Cirebon dengan seorang selir, untuk menyebarkan apa yang dinamakannya Ngelmu Cirebon ("Pengetahuan Cirebon"), dan ditariknya sejumlah pengikut lama Burhan ke pihaknya. Madrais menetap di desa kecil Cigugur (dekat Kuningan, di sebelah timur Cirebon) dan menerima penghormatan — dan pemberian-pemberian — dari penganut yang datang dari seluruh Tanah Pasundan. Waktu ia meninggal menjelang Perang Pasifik, salah seorang anaknya, Tejabuwana ("Cahaya Dunia"), mencoba menggantikan nya, akan tetapi ia kemudian memperisteri wanita Katolik dan memeluk agama Katolik sampai akhirnya menjadikan Cigugur sebagai tempat misi Katolik... Kira-kira pada waktu yang sama di Cirebon, Batavia dan Semarang berkembang Perkumpulan Kemanusiaan yang didirikan pada tahun 1934 oleh pegawai rendahan yang bernama Yudhoprayitno, yang juga dinamakan Ki Yudho, atau Ki Dalang, ataupun Ki Guru. Berlainan dari Ngelmu Cirebon yang terutama mencari penganut di antara rakyat kecil di kampung, pergerakan yang dipimpin Ki Yudho, yang konon selalu berdasi itu, lebih suka mengajak "kaum intelektual", para pegawai, bahkan orang Cina. Di Jawa Tengah, tepatnya di Yogyakarta, muncul juga dua perkumpulan kebatinan: Paguyuban Sumarah atau "Perkumpulan Pasrah (kepada Allah)" yang dilancarkan kira-kira tahun 1935 oleh seorang dokter muslim, Dr. Surono Projohusodo, dan terutama pergerakan Ngelmu Begja atau "Pengetahuan Kebahagiaan" yang muncul kira-kira pada waktu bersamaan dari seorang keturunan keluarga raja, Pangeran Suryomentaram (1892 - 1962) yang sampai sekarang masih memiliki banyak penganut di seluruh Jawa.
Di Jawa Timur terdapat tiga perkumpulan: Buda Wisnu, yang didirikan tahun 1925 di Malang oleh seorang Resi Kusumadewa yg pandai mendalang dan menganjurkan supaya orang kembali ke agama pra-Islam. Ilmu Sejati didirikan pada tahun 1926 di Madiun oleh seorang pegawai dinas candu, Raden Sujono; dan akhirnya Agama Suci atau Agama Akhir Zaman didirikan tahun 1935 di Jember oleh seorang pemilik toko kecil, Mohammad Sakri, yang kemudian dipanggil Ki Amat.
Dalam kaitannya dengan perkumpulan itu perlu diingat perhatian yang diberikan di kalangan Jawa oleh teosofi yang dimasukkan oleh Ny Blavatsky. Tiga kali ia datang ke Jawa (tahun 1853, tahun 1858, tahun 1883) dan pada persinggahan pertamanya ia mendirikan sebuah loji di Pekalongan. Kira-kira tahun 1930, Theosofische Vereeniging bentukannya beranggotakan tidak kurang
dari 2.100 orang, 40 persen orang "pribumi" dan 10 persen orang Cina. Lima majalah diterbitkannya: tiga dalam bahasa Melayu atau Jawa. 333 Menjamurnya gerakan kebatinan berlanjut setelah Kemerdekaan, dan masih banyak yang bermunculan sesudah itu. Beberapa di antaranya agaknya di- warnai politik seperti Agama Djazoa Asli Republik Indonesia (ADARI), yang di- dirikan di Yogya pada tahun 1946, dan menganggap Soekarno sebagai nabi baru. Agama Yakin Pancasila didirikan di Bandung tahun 1948 dan menjadikan "Pancasila" kredo baru. Di samping itu ada perkumpulan yang memajukan cara pengobatan dengan magnetisme gerak tangan atau dengan latihan ter- tentu yang mirip yoga, misalnya "Perkumpulan untuk membuka sembilan lubang (tubuh)" yang didirikan di Ponorogo tahun 1952 oleh Ny. Harjosentono.
Selebihnya masih ada pergerakan Sapta Dharma ("Tujuh Kewajiban") yang di- dirikan di Yogya pada tahun 1956. Beberapa anggotanya mengaku tabib dan diadili ketika salah seorang dari mereka dituduh membuka perut saudara pe- rempuannya yang sakit untuk membersihkan isi perutnya...Akhirnya harus diberikan tempat khusus kepada dua perkumpulan yang paling terkenal, kalau bukan yang paling penting: pertama Pangestu ( Paguyuban Ngesti Hinggai) atau "Kelompok Pemikiran Tunggal", yang didirikan di Surakarta pada tahun 1949 oleh seorang kapten intendan pensiunan, R. Sunarto (lahir tahun 1899 di Boyolali); kedua, Subud (Susila Budhi Dharma) atau "Ke- wajiban Keakhlakan dan Kebijaksanaan" yang didirikan di Yogya pada tahun 1947 oleh seorang akuntan, Muhammad Subuh (lahir di dekat Semarang tahun 1901 dari keluarga petani kecil). Ajaran sinkretis Pangestu sungguh- sungguh tergarap, dan aliran itu menyebar ke seluruh Jawa bahkan ke seluruh Indonesia dan dewasa ini mempunyai puluhan ribu anggota. Adapun Subud, sekalipun kurang berkembang di Pulau Jawa sendiri, berhasil menarik perhatian dunia "internasional" dan dikenal sampai ke Eropa dan Amerika Serikat. Muhammad Subuh ternyata mendapat gagasan untuk pergi ke Inggris pada tahun 1957. Di sana dia memperoleh sukses besar di kalangan pengikut Gurdjieff, bahkan berkat "latihan-latihan"-nya ia mampu menyembuhkan Eva Bartok. Berita itu segera disebarluaskan oleh pers dunia dan dengan demikian sukses Subud terkukuhkan.
Bapak Subuh sendiri mengajarkan "Latihan" kepada Osho dan terkait dengan pergerakan Soeharto dan Internasional. Sedangkan Ki Yudhoprayitno mempersiapkan Soekarno dan sekaligus terkait dengan Soeharto.