Jalan Menuju Allah

Uraian dan teori Syaikh AlKubra tentang jalan Sufi adalah bahwa perjalanan menuju Allah tidak lain hanyalah perjalanan bathin. Ia percaya bahwa apa pun yang Allah taruh di makrokosmos, juga yang ada di dalam setiap individu di tingkat mikrokosmos.

 “Ketahuilah bahwa jiwa yang lebih rendah, setan dan para malaikat adalah realitas yang tidak berada di luar dirimu. Dirimu adalah mereka. Begitu pula, Surga, Bumi, dan singgasana Ilahi tidak berada di luar dirimu, begitu pula Surga, Neraka, Kehidupan, atau kematian.”

Ia sering menyuruh orang untuk berdoa karena Allah terpuji; bukan karena takut neraka atau karena menginginkan surga.

Dikatakan bahwa ketika seorang salik memulai perjalanan bathinnya, pertama akan menemukan kegelapan. Ia kemudian mungkin menerima penglihatan cahaya. Saat ia maju, ia akan melihat keindahan dan kejernihan. Segera setelah itu, penglihatan spiritual akan dimulai dan memperoleh kekuatan saat salik menjadi lebih murni. Saat salik mencapai kemurnian lebih lanjut, pusat-pusatnya (berbagai titik dalam tubuh yang disebut Latifah , yang sebanding dengan Chakra) untuk memperoleh kekuatan. 

Syaikh AlKubra menyebutkan berkali-kali : "Metode (jalan, Tarekat) kami adalah metode alkimia." Pengalaman mistis akan menyebabkan transmutasi dan mengubah makhluk, roh, dan kelima indra menjadi indra yang memiliki jangkauan lebih jauh dari alam jasmani.

Syaikh AlKubra menggambarkan Cinta (ishq) sebagai unsur penting dan mutlak bagi penyatuan antara pencinta dan yang dicintai. 

Syaikh AlKubra  juga mengajarkan bahwa cinta timbal balik antara pencinta dan yang dicintai akan melahirkan mundus imaginalis, "orang yang bercahaya". Wujud orang bercahaya ini muncul pada salik dan merupakan indikasi keadaan spiritualnya di kemudian hari. Dikatakan bahwa, awalnya, orang bercahaya akan muncul dalam wujud hitam, yang melambangkan kegelapan keberadaan individu tersebut. Ketika salik mencapai keadaan suci, penglihatannya akan cahaya akan berwarna hijau. Orang bercahaya akan muncul dalam wujud yang luar biasa bercahaya; intensitasnya seperti matahari. 

Syaikh AlKubra kemudian menggambarkan wajah tersebut sebagai wajah salik dan bahwa wujud seperti matahari, "matahari ruh" akan menjadi sesuatu yang akan berosilasi dengan tubuh seseorang. Saat seseorang mampu melihat orang bercahaya, "seluruh tubuh terbenam dalam kemurnian." Tubuh fisik kemudian menghasilkan cahaya karena jatuhnya tabir. Itulah saat kemampuan penglihatan batin dapat diakses oleh tubuh fisik dan dada menjadi penerima yang terbuka lebar.

“Ketahuilah bahwa jiwa yang lebih rendah, setan, dan para malaikat adalah realitas yang tidak berada di luar dirimu. Dirimu adalah mereka. Begitu pula, Surga, Bumi, dan singgasana Ilahi tidak berada di luar dirimu; begitu pula Surga, Neraka, Kehidupan, atau kematian.”