Sang Sufi mengatakan, "Aku berada di luar keduanya, bahagia di pelukan kedamaian abadi. Melampaui kebaikan sukacita Surga. Api neraka juga tidak bisa menyentuh saya. Karena saya telah memeluk kebahagiaan dan telah mencium kutukan, dan telah dibangkitkan diatas kesenangan dan kesedihan hidup. "Karena itu, para penyembah melupakan tindakannya yang benar, hanya melihat kebaikan Allah. Ketika orang saleh itu mencari Allah terkasih di antara orang-orang yang saleh, belas kasih-Nya berseru," Kemarilah. Saya sibuk di antara orang-orang berdosa, mengampuni dosa-dosa mereka".
Allah Maha Pengasih dan Penyayang, bagaimana mungkin Dia memerintah kita hanya dengan hukum tanpa cinta dan kasih sayang? Ketika bahkan kita manusia lupa dan memaafkan kesalahan orang lain terlepas dari hukum, alasan, dan logika, ketika digerakkan oleh cinta, warisan ilahi kita?
Tuhan adalah cinta, bukan hukum.
Cinta dalam manifestasinya yang lebih rendah berubah menjadi hukum dengan membentuk kebiasaan, namun bukan hukum yang mengatur cinta, melainkan cinta yang mengontrol hukum.