Melampaui Samadhi Sufi

Mata Hati

Ungkapan “mata Hati” juga muncul dalam tradisi Sufi. Di sini, ia melambangkan keterbukaan terhadap Yang Ilahi, mata yang melaluinya kedalaman Hati dapat dilihat, dan yang melaluinya Hati dapat mengetahui Realitas Ilahi Tertinggi.

Bagi tradisi-tradisi ini, tempat ini, jauh di dalam Hati, adalah simbol titik kontak dengan Tuhan.

Mistikus Sufi dan penyair besar Rumi menulis  :  “Ada lilin di hatimu, siap dinyalakan. Ada kekosongan di jiwamu, siap diisi. Kau merasakannya, bukan? Kau merasakan perpisahan dari Sang Kekasih. Undanglah Dia untuk mengisimu, peluk api itu. Ingatkan mereka yang mengatakan sebaliknya, bahwa Cinta datang kepadamu dengan sendirinya, dan kerinduan akan cinta itu tidak dapat dipelajari di sekolah mana pun.”

Seperti yang dikatakan Ramana Maharshi, “Atom ilahi Diri dapat ditemukan di ruang kanan jantung, sekitar selebar satu jari dari garis tengah tubuh,” dan “Di sinilah letak Jantung, Jantung Spiritual yang dinamis. Ia disebut hridaya , terletak di sisi kanan dada, dan dapat dilihat oleh mata batin seorang yang ahli di Jalan Spiritual. Melalui meditasi, Anda dapat belajar menemukan Diri di gua Jantung ini.”

Yogi Bhajan juga menjelaskan Pusat Jantung: “Di dalam tubuh, ada Pusat tempat sensasi Kesadaran yang Menyeluruh ini dirasakan. Ini adalah Pusat yang kita tunjuk saat kita mengatakan 'Aku.' Pusat ini adalah Jantung Spiritual, yang juga disebut Hridaya . Hridaya bukanlah salah satu dari 7 pusat psikis ( cakra ); melainkan terletak di bagian 1/8 dari jantung fisik, yang berada di sebelah kanan tulang dada. Ia juga dikenal sebagai alat pacu jantung atau sinode jantung, karena ia memberikan impuls yang menghasilkan detak jantung.” 

"Hati Sang Yogini," atau Yoginihridaya, menonjol sebagai kitab suci penting dalam Tantra Hinduisme, yang didedikasikan untuk mengeksplorasi kedalaman praktik spiritual yang berpusat pada sisi feminin ilahi. Kitab suci ringkas ini membuka ranah mistis dan esoteris Tantra, menyimpang dari jalur konvensional untuk memadukan ritual, meditasi, dan persekutuan langsung dengan yang ilahi.

Kitab suci utama agama Buddha yang bernama “Sutra Kebijaksanaan Hati yang Tak Terukur” (Prajnaparamita Hridaya Sutra) diakhiri dengan “Mantra Agung”: Gerbang, gerbang; paragate; parasamgate; Bodhisvaha! 

Ini berbicara tentang Melampaui Samadhi. Dalam makna Kekosongan... Suwung pun tidak ada.

Samadhi Bukanlah Tingkatan Tertinggi

Kitab suci utama agama Buddha yang bernama “Sutra Kebijaksanaan Hati yang Tak Terukur” (Prajnaparamita Hridaya Sutra) diakhiri dengan “Mantra Agung”: Gerbang, gerbang; paragate; parasamgate; Bodhisvaha!

Terjemahan dari bahasa Sansekerta tersebut adalah, “Pergi, pergi; pergi melampaui; pergi melampaui, sepenuhnya Bangun—demikianlah!” Frasa terakhir, “melewati, pergi melampaui” (parasamgate), mengacu pada transisi dari samadhi introvert menjadi ekstrovert (atau lengkap dan inklusif).

Catatan: Ini menceritakan bahwa Samadhi apapun sampai level tertinggi bukanlah tingkatan tertinggi. Maka itupun harus kamu lampaui.