Puja Dewi Tara

Tara (Sansekerta, “bintang”) adalah Buddha-dewi penyelamat sangat populer di Tibet, Nepal, dan Mongolia. 

Di Tibet, di mana Tara adalah dewa yang paling penting, namanya Sgrol-ma, yang berarti “dia yang menyelamatkan.” 

Mantra Tara (om tara tuttare mendatang Svaha) adalah mantra kedua yang paling umum didengar di Tibet, setelah mantra Chenrezi (Om Mani Padme hum).

OM TARE TUTTARE TURE SVAHA

Cara Untuk Menerima Berkah Dari Dewi Tara

Memasuki praktek meditasi Dewi Tara diawali dengan inisiasi, transmisi kebijaksanaan pencerahan serta berkahnya. Bila kita menerima transmisi berkah Dewi Tara hijau, sebagai contoh, pertama-tama kita mempersembahkan mandala kepada Guru yang harus kita visualisasikan dan kita rasakan benar-benar sebagai Dewi Tara sendiri, hadir di depan kita. 

Kita harus membayangkan Guru di hadapan kita sebagai Dewi Tara. 

Kita juga harus memvisualisasikan bahwa Dewi Tara hadir di dalam mandala di altar yang terdapat di depan kita.

Dari Ulu hati Dewi Tara tersebut, sinar cemerlang memancar yang mengarah pada diri kita sendiri dan juga semua makhluk. 

Sinar terang ini mengubah tubuh daging, tulang dan darah kita biasa, lalu kita menjadi sebuah bola cahaya, gumpalan sinar terang. 

Seluruh keberadaan biasa lebur ke dalam sunyata. 

Kita menempatkan kesadaran kita dengan alamiah di dalam keadaan tersebut, tetap berdiam dalam keadaan tersebut yang berupa sebuah sinar di dalam sunyata, sunyata yang jernih. 

Di dalam sunyata tersebut, segala sesuatu dimungkinkan.

Tempat di mana dirimu berada adalah alam surga Dewi Tara, Alam Pirus yang disebut ‘Daun Pirus Kedamaian’. 

Dirimu tidak lagi dalam bentukmu yang biasa, tetapi telah menjadi sebuah bola cahaya. 

Suara apa pun yang kau dengar adalah gema mantra suara mantra Dewi Tara. 

Pikiran apa pun yang timbul atau melintas dalam dirimu adalah kebijaksanaan, sunyata. Segala keberadaan, segala sesuatu, bagaikan angkasa. Tak ada lagi hal keduniawian biasa yang masih tersisa.

Selanjutnya, muncul sebuah bunga teratai dan di atas bunga teratai tersebut terdapat aksara ‘AH’ berubah menjadi bulatan bulan. 

Di atas bulatan bulan tersebut adalah sebuah bija aksara HUM, yang memancarkan cahaya terang yang menyebar ke seluruh alam semesta. 

Ia menyentuh semua makhluk, menyucikan segala rintangan-rintangan mereka serta dosa-dosa mereka. 

Sinar terangnya juga membuat persembahan-persembahan kepada para Buddha dan setelah itu melebur kembali ke dalam aksara. 

Dari perubahan aksara ini, yang melambangkan hakikat kesadaran sendiri, seseorang lalu muncul sebagai Dewi Tara.

Beliau berwarna hijau berwajah satu dan bertangan dua dengan kaki bersila. Tangan kanannya diulurkan di atas lutut kanan dengan telapak tangan dalam sikap mudra pemberian. Tangan kirinya dalam mudra memberi perlindungan, dengan jari manis dan ibu jari bersentuhan, memegang tangkai bunga utpala, teratai biru, yang mencapai bahu kirinya. Bunga utpala yang ada di tangan Dewi Tara mempunyai tiga kuntum. Salah satunya masih dalam keadaan kuncup, satu mekar sempurna dan satu lagi hampir mengering.

Dewi Tara sangat cantik hijau emerald, beliau sesungguhnya dalam rupa cahaya. 

Dewi Tara berhiaskan dengan segala perhiasan yang menakjubkan, mahkota, kalung, dan sebagainya, demikian pula busana sutra. 

Sikap duduknya sangat anggun, dengan kaki kanannya sedikit terentang dan kaki kirinya bersila.

Pada dahinya terdapat aksara putih OM, menggambarkan tubuh dari semua Buddha; di tenggorokannya aksara AH merah, ucapan semua Buddha; pada hatinya aksara biru HUM, yang merupakan pikiran dari semua Buddha. Sesunggunya, tubuhmu, ucapan dan pikiranmu, senantiasa sebagai tubuh, ucapan serta pikiran suci dari para Buddha. 

Oleh karena engkau telah menganggapnya segala hal sebagai tidak murni. Untuk mengubah hal ini, visualisasikan ketiga tempat dengan ketiga aksara OM, AH dan HUM. 

Di atas aksara HUM, engkau juga harus memvisualisasikan aksara TAM, yang merupakan bija aksara Dewi Tara. 

Singkatnya, Guru juga muncul dalam wujud yang sama dengan Tara Hijau, begitu pula dengan penampakan Tara hijau yang berada di altar.

Di dalam hati, diri sendiri muncul sebagai Dewi Tara, di dalam hati Guru muncul sebagai Tara dan Dewi Tara yang divisualisasikan di altar adalah wujud Dewi Tara yang kecil. 

Di dalam hati Tara kecil terdapat sebuah aksara TAM yang kecil, bija aksara dari Dewi Tara sendiri. 

Cahaya terang bersinar dari hati Guru dan Dewi Tara yang di altar. 

Sinar tersebut memenuhi semesta, menyebar ke alam para Buddha di sepuluh penjuru dan menjangkau semua Buddha, mengundang tiada terbilang berkah dari para Buddha dan Bodhisattva, mengundang kebijaksanaan serta belas kasihnya.

Secara khusus, cahaya tersebut pergi ke alam ‘Daun Pirus Kedamaian’, yang berada di surga Potala di penjuru selatan, di mana aspek kebijaksanaan Dewi Tara bersemayam. 

Kini semua Buddha menjelma dalam wujud Dewi Tara. 

Di angkasa dan di sekeliling kita terdapat berjuta-juta serta bermilyar-milyar Tara Hijau yang sangat menakjubkan yang menghujani kita dan mereka lalu melebur ke dalam tubuh kita. 

Yang terbesar darinya sebesar gunung, yang terkecil tidak lebih dari biji wijen. 

Bagaikan sebuah badai besar yang menyatu dari sepuluh penjuru, mereka semua megguyur kita, lalu melebur ke dalam diri kita. 

Di dalam inisiasi yang demikian disebut turunnya berkah, dan ini sangat penting sekali

Sekarang kita memvisualisasikan ketiga aksara vajra, OM, AH dan HUM, di dahi, tenggorokan dan ulu hati, dengan penuh hormat. 

Kita juga memvisualisasikan aspek meditasi samadhinya di dalam hati kita sebesar rupang Dewi Tara. 

Keseluruhannya dengan jelas divisualisasikan di mana diri sendiri tampak sebagai Dewi Tara, pada Guru yang berwujud Dewi Tara, dan juga pada Dewi Tara yang terdapat di altar.

Selanjutnya, cahaya terang bersinar dari hati Guru, mengundang semua dewa-dewi inisiasi agar hadir di angkasa di hadapan Guru, lalu Guru memercikkan air amrtha dari vas inisiasi. Secara bergantian, dewa-dewi memberikan inisiasinya dengan menuangkan air amrtha dari vas yang mereka pegang di tangannya. 

Air amrtha ini masuk melalui puncak kepala kita, memenuhi seluruh tubuh kita dan meluap di puncak kepala kita, yang kemudian mengambil rupa sebagai Buddh Amoghasiddhi. 

Dengan cara ini, dirimu lalu harus merasakan bahwa sudah menerima berkah dari Rupakaya Buddha, tubuh suci Dewi Tara, dan sebagai akibat dari hal itu, pengaruh karma-karma buruk masa lampau serta berbagai perbuatan berdosa yang dilakukan pada masa lampau telah dilenyapkan. 

Tubuh jasmaninya sendiri menjadi tiada beda dengan rupa Dewi Tara, dan dirimu diberkati untuk bermeditasi pada dirimu sendiri yang tampak sebagai Dewi Tara. 

Sejak dari sekarang, engkau jangan memandang dirimu sendiri dalam bentuk yang tidak suci, tetapi harus sebaliknya senantiasa menganggap dirimu dalam wujud Dewi Tara.