Sejarah ini didasarkan pada Serat Mahaparwa, karangan Empu Satya di Mamenang, Kediri, pada tahun 851 Surya (S) atau 879 Candra (C). Waktu itu Pulau Jawa belum bernama Jawa dan masih menjadi satu dengan Pulau Sumatra, Madura, dan Bali.
Konon, para Dewa yang berkayangan di puncak Gunung Tengguru tanah Hindi, yang disebut Gunung Himalaya, datang ke Pulau Jawa. Pimpinan para dewa adalah Sanghyang Manikmaya, atau Sanghyang Guru. Pulau tadi dinamakan Pulau Jawa oleh Sanghyang Manikmaya, berasal dari kata dawa. Setelah para dewa tinggal di Pulau Jawa , lalu semua hilang dan kembali ke kayangan di Puncak Gunung Tengguru, tanah Hindi.
Gunung Lawu yang bernama asli Wukir Mahendra konon merupakan tempat para dewa tatkala dewa-dewa dari Gunung Himalaya (Hindustan) saat berpindah ke tanah Jawa.
Pada zaman dulu pulau-pulau Jawa, Sumatera, Bali… masih jadi satu… para dewa dari Himalaya datang… itu ada di Babad Tanah Jawa. Singgah di beberapa tempat… dan sempat menetap dan kawin dengan penduduk asli… dan membuahkan keturunan… Jejak-jejaknya terekam… misalnya di Sumatera, Bali, Jawa (Gunung Lawu) dsb… kemudian mereka kembali.
Uga Wangsit Siliwangi :
” Daréngékeun! Jaman bakal ganti deui. tapi engké, lamun Gunung Gedé anggeus bitu, disusul ku tujuh gunung.” ” Dengarkan! jaman akan berganti lagi, tapi nanti, Setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung.”Sadurunge ana tetenger lintang kemukus lawa ngalu-ngalu tumanja ana kidul wetan bener lawase pitung bengi, parak esuk bener ilange Bethara Surya njumedhul
Sebelumnya ada pertanda Bintang Pari panjang sekali tepat di arah Selatan Timur lamanya tujuh malam hilangnya menjelang pagi sekali bersama munculnya Batara Surya. Kita semua masih ingat benar tentang cuplikan dari ramalan Jayabaya. Kalimat itu menunjukkan waktu dan tempat. Hampir sama persis dengan posisi Nibiru saat ini. Posisi Nibiru berada dekat dengan matahari. tetapi masih sedikit berada satu garis dengan matahari sebelah kanan. artinya berada di timur agak ke selatan. belum selatan benar. dan munculnya atau bisa dilihat hanya di pagi hari menjelang matahari terbit sekitar jam 5 pagi.
161. Dunungane ana sikil redi Lawu sisih wetan wetane bengawan banyu andhe dukuh pindha Raden Gatotkaca arupa pagupon dara tundha tiga kaya manungsa angleledha
– “Asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah Timur sebelah timurnya bengawan berumah seperti Raden Gatotkaca berupa rumah merpati susun tiga seperti manusia yang menggoda”
- Bercerita tentang Gunung Lawu
- Deskripsi rumah yang seperti Candi Portal
Piramida kuno yang tersembunyi
- Menyebut tentang: Raden Gatotkaca yang di Puncak Gunung Lawu ada tempat yang dinamakan: Pringgodani.
Ada juga air terjun Pringgodani, tempat bertapa Prabu Anom Gatotkaca anaknya Bima. Untuk menuju kesana melawati jalanan yang sempit dan terjal. Disini terdapat bertapaan yang juga ada sebuah kuburan yang konon merupakan kuburan Gatotkaca. Kuburan ini dikeramatkan dan banyak peziarah yang datang. Di atasnya terdapat hutan Pringgosepi.
Hargo Dalem diyakini Masyarakat setempat sebgai tempat Moksha Prabu Brawijaya, Raja Majapahit yang terakhir.
Hargo Dumilah diyakini sebagai tempat Moksha Sabdo Palon.