Orang Jawa kuno punya berbagai cara untuk melihat apakah suatu pasangan akan serasi langgeng jika menempuh hidup bersama dalam rumah tangga.
Minimal di pakai 3 cara untuk melihatnya. Jika terpenuhinya ke 3 syarat itu maka dapat di katakan pasangan itu cocok berjodoh untuk melangsungkan perkawinan dan membentuk keluarga yang bahagia sampai dengan akhir hayatnya.
Salah satu cara tersebut contohnya seperti ini :
Hitungan untuk perjodohan ini adalah menggunakan Aksara Jawa untuk mendapatkan petungan neptu nama dari kedua calon mempelai agar mendapatkan kecocokan dan tidaknya menurut primbon jawa kuno.
Hitungan ini cukup sederhana, yaitu dari semua aksara jawa yang ada disesuaikan dengan huruf nama depan calon suami istri .
Aksara jawa dibagi menjadi 4, setiap baris terdiri dari 5 huruf yang disusun berurutan (Sedulur Papat Kalima Pancer).
baris 1 terdiri : Ha Na Ca Ra Ka
baris 2 terdiri : Da Ta Sa Wa La
baris 3 terdiri : Pa Dha Ja Ya Nya
baris 4 terdiri : Ma Ga Ba Tha Nga
Hitungannya diambil dari Huruf Awal dari nama kedua calon suami istri, jika huruf awal kedua calon tersebut bertempat dalam satu baris berarti rumah tangga akan baik.
Misalkan :
Hadi dengan Nani itu cocok karena masih sebaris. Karim dengan Hani itu juga masih sebaris masih cocok cuman karena posisi hurufnya Hani lebih di depan maka kedudukan suami istrinya lebih seimbang dalam arti dominasi si istri tidak di bawah sang suami. Sedangkan jika Hani berpasangan dengan Bagus. Itu tidak cocok karena tidak segaris.