Pencarian diri akan Tuhan

Pencarian akan Tuhan telah menjadi obsesi besar meskipun mustahil untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, kita masih berharap untuk mencari kesenangan tanpa disertai rasa sakit. Kita tahu ini mustahil. Namun, kita ingin tahu seperti apa keadaan itu. Artinya, pikiran bertindak sebagai kekuatan penghancur untuk mencoba mencapai apa yang tidak dapat dicapai. Manusia telah percaya bahwa ada yang disebut pembebasan yang digambarkan sebagai moksha, pembebasan jiwa, Tuhan, dan sejenisnya, keadaan kebahagiaan abadi, keadaan yang tidak dapat terjadi di alam berdasarkan hukum alam.

Di alam tidak ada yang seperti keabadian. Materi terus-menerus dihancurkan dan dibuat. Bahkan partikel subatomik seperti proton, neutron, dan elektron hanya memiliki waktu paruh. Jadi, tidak ada yang permanen di alam. Segala sesuatu berubah. Materi tidak dapat berada dalam keadaan permanen. Materi harus berubah. Ketika hal ini terjadi pada sistem fisik, sistem kehidupan yang dibangun di atas hukum alam juga beroperasi atas dasar yang sama. Kehidupan tidak dapat terjadi dengan melanggar hukum alam.

Ketika keabadian tidak dapat terjadi di alam, kebahagiaan abadi secara otomatis dikesampingkan. Secara ilmiah, hal itu tidak dapat dipertahankan. Hukum fisika dan kimia adalah hukum alam semesta kita. Universalitasnya tidak dapat diragukan. Namun, manusia telah dirasuki oleh keinginan untuk mengalami keadaan kebahagiaan permanen yang dianggap demikian. Janji-janji manusia Tuhan untuk mengajarkan cara mencapai keadaan kebahagiaan permanen yang tidak dapat diwujudkan hanyalah retorika kosong.

Penderitaan besar manusia disebabkan oleh pencarian pencerahan atau moksha—sebuah tujuan yang dipaksakan oleh budaya selama ribuan tahun. Penyiksaan fisik, fisiologis, dan mental yang dialami orang untuk mencapai keadaan ini adalah hal yang menyimpang. Penyiksaan tubuh dengan menahan makanan menyebabkan perubahan metabolisme sedemikian rupa sehingga dapat menyebabkan halusinasi yang disalahartikan sebagai pengalaman spiritual. Keinginan berasal dari pikiran. Tidak ada yang seperti tidak adanya keinginan untuk makhluk hidup. Keinginan untuk moksha inilah yang harus dibebaskan darinya.

Tidak ada perbedaan antara tujuan material dan tujuan spiritual. Tujuan spiritual sama egoisnya dengan tujuan material. Tujuan spiritual bersifat ilusi dan hanya perluasan dari tujuan material. Jika Anda memikirkan Tuhan, Anda melakukannya hanya untuk keamanan Anda. Iman kepada Tuhan adalah sarana untuk mencapai tujuan material. Itu hanyalah delusi.

Perjalanan Kedalam Diri


Banyak orang yang bilang bahwa Perjalanan Spiritual itu adalah hal yg mistis, gaib, sesuatu yang dianggap klenik dll, bagi saya itu tidak! Kenapa? 

Karena itu perjalanan ke dalam dirimu, Itu berbicara tentang tubuhmu sendiri, tentang Energi Kundalini, Tulang Ekor, Tulang Belakang dan Kepala...

Hanya itu, dan itu ilmiah! 

Masa sih kamu dibilang belajar ilmu ghaib...padahal di AlQuran ada ayat : "Kenali dirimu maka kamu akan mengenal Tuhanmu." Kalau di Injil disebutkan: "Kerajaan Tuhan ada di dalam dirimu."Dan saya yakin, di setiap agama dan di banyak kebudayaan mengajarkan bahwa perjalanan spiritual atau "Jalan Keilahian" itu mengacu ke dalam (diri), bukan pencarian ke luar atau dimana-mana.

Berbicara Energi Kundalini, kalau boleh saya ibaratkan kundalini adalah PUPUK, dia akan menumbuhkan bibit-bibit tanaman di dalam diri kita. Ya kalau kamu menanamnya buah yg tumbuh pasti buah juga, kalo kamu menanam duri ya yang tumbuh duri. Artinya apa? Ya itu kan kembali dengan apa yg sudah ada di dalam diri kamu. Kalau sifat bawaan kamu baik, maka kamu akan menjadi orang baik, begitu sebaliknya.

Saya tidak mengatakan kalau kamu melatih Kundalini itu kamu bisa jadi orang baik, tapi saya mau bilang, Kundalini itu adalah Energi, dan Energi itu Netral. Tidak baik dan tidak buruk. Tidak hitam tidak putih, hitam sekaligus putih (melampaui dualitas). Dan bukankah Jalan Spiritual seperti itu? Bukankah Jalan keillahian seperti itu? Apa kamu mau bilang kalau putih lebih baik dari hitam ? Menurut saya tidak juga. Apa kamu mau bilang kalau laki2 lebih hebat dari perempuan, menurut saya tidak juga. Kehidupan kan ya harus hitam sekaligus putih, harus senang sekaligus sedih. Itu ibarat roda, ya perputarannya seputar itu-itu saja. Dan yang dikatakan bahwa orang sudah mencapai "Pencerahan", ya mereka yang sudah "melampaui dualitas" itu tadi.

Sehat itu baik, sakit juga baik. Bahagia itu baik, sedih juga baik. Dipuji itu baik dihina juga baik. Karena bagi saya, semua baik-baik saja.

Jalan Pendakian Spiritual


“Saya akan rileks dan menyingkirkan semua beban mental. Mengizinkan Tuhan untuk mengekspresikan melalui saya kehendak sempurna, kedamaian, cinta, dan kebijaksanaan-Nya ”

Ingat, orang-orang menderita hanya karena mereka berpikir hal-hal harus berbeda dari apa adanya.” Karena Anda sendiri yang bertanggung jawab atas pemikiran Anda, hanya Anda yang dapat mengubahnya.”   Ia tetap berjalan menuju pendakian puncak Kesadaran

Seorang Spritual diajarkan untuk tidak berkonsentrasi pada halangan bagi pencapaian Tuhan karena ia mengembangkan ego yang tidak dikehendaki dalam diri seorang pemuja.  “ Jalan spiritual bukanlah sirkus.” 

Bahkan jika kekuatan seperti itu datang kepada Anda, dia mengajarkan, jangan menggunakannya, kecuali Anda mendengar Suara Tuhan yang menyuruh Anda melakukannya.

Seorang Guru tidak akan menghakimi kesalahan yg dilakukan murid, karena la sepenuhnya sadar bahwa jalan spiritual setiap orang berbeda-beda. Ada yg begitu cepat mencapai pencerahan, namun terkadang beberapa orang memang ditakdirkan tersesat dulu untuk sampai ke tujuan. bukan karena Guru tidak mampu menunjukkan jalan, melainkan agar (dengan kesalahan/pengalaman) si murid dapat mempersiapkan dirinya menjadi lebih matang. Karena jika murid siap maka Guru akan datang. Sehingga jika dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, manusia tidak sedang berjalan dari kesalahan menuju ke kebenaran. Kita hanya sedang berjalan dari kebenaran satu ke kebenaran yang lain.

Proses Perjalanan Spritual

Awal jiwa terpilih 

Tidak semua orang itu bangkit dalam kesadaran spiritualnya ...apa lagi di zaman sekarang ini, dominan berpikir logika lebih diutamakan. Biasanya seseorang yang telah bangkit kesadaran spiritualnya itu mengalami ujian kehidupan yang luar biasa...entah itu Kesehatan, Kehancuran keluarga, Kehancuran usaha, dll

Berawal dari fase ujian kehidupan yang begitu mendalam membuat diri kita merenung & berpikir lebih dalam lagi bahkan sampai berserah diri kepada Gusti Allah. Seorang Spritual tentu mengalami fase tersebut hingga dititik terendah bahkan sampai dibilang jauh dalam kehidupan normal. Ujian  gemblengan kehidupan tersebut merupakan fase menguatkan dan pertumbuhan mental sehingga diberikan ujian-ujian yang begitu luar biasa agar kita introspeksi diri, memahami diri, Berserah diri sepenuhnya kepada Gusti Allah.

Bangkitnya Kesadaran Spiritual tentu melalui berbagai  proses perubahan diri dengan mencari jati diri, tujuan hidup, ketenangan diri, mencari tahu tentang siapa diri, untuk apa diri hidup di dunia. Dari mencari jati diri kemudian mulai dituntun oleh alam semesta mencari dan menemukan keilmuan spiritual dengan belajar dari guru, kitab, alam semesta. Sedikit demi sedikit mempraktekan Seperti Meditasi, muraqabah, zikir, dan lain-lain yang akhirnya adalah :

1. Mulai memahami dan merasakan kenikmatan dalam pengolahan bathin yang menimbulkan kepekaan Insting felling intuisi meningkat.

2. Mulai memahami tentang Energi kekuatan yang ada didalam diri

3. Setelah memahami tentang energi didalam diri dan titik pembersihan hingga terbukanya chakra dari Chakra dasar sampai chakra mahkota, baru kemudian masuk perjalanan spiritual yang sesungguhnya ke dimensi yang lebih tinggi yaitu pencerahan dan terbukanya tabir rahasia dibalik  rahasia....

Jiwa terpilih proses ujiannya di mulai tahun  2019  namun pengalaman kebangkitan spiritual seseorang tentu berbeda-beda. 

Sebagai orang yg terpilih Kuncinya, Kenali diri mu sendiri dan percaya kepada kekuatan diri mu...Karena semesta tidak mungkin salah pilih. Anda pantas dan mampu menyelesaikan itu...

Rahayu