Welas Asih Sufi

Hati mendapat posisi yang sangat penting dalam tradisi spiritualitas manapun. 

Hati yang dimaksud adalah Spiritual Heart, yang dalam spiritualitas yoga disebut dengan istilah Hridaya, dan dalam istilah Tasawuf/Sufisme disebut Qalb, dan dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Kalbu, Hati Nurani.

Dalam spiritualitas yoga, Hridaya adalah tempat bersemayamnya Atman – the seat of the transcendental Self – Sang Kesadaran Murni. 

Dalam spiritualitas Islam Sufisme/Tasawuf, Hati seorang mukmin (orang yang beriman) adalah rumah Allah. 

Shalat syariat kiblatnya adalah Kabah, yang waktunya ditentukan dan dengan bacaan tertentu juga. Sedangkan Shalat thariqat kiblatnya Hati, waktunya bisa setiap saat dan bacaannya dzikir kepada Allah.

Perjalanan sang sufi adalah perjalanan sang kekasih kembali ke pelukan Sang Kekasih, sebuah perjalanan cinta yang di dalamnya kita 'mati' sebagai ego agar bisa menyatu dengan-Nya. Itu adalah jalan Hati. Temanku ada di dalam diriku, didalam Temanku ada aku – tidak ada pemisahan di antara kita. 

Inti dari meditasi sufi adalah sadar akan Ketuhanan setiap saat, hingga tidak ada lagi rasa keterpisahan antara meditasi, Tuhan, dan kehidupan sehari-hari. 

Jadikan segala sesuatu yang ada dalam dirimu sebagai TELINGA, setiap atom dalam keberadaanmu, dan kamu akan mendengar setiap saat apa yang Sang Sumber bisikkan kepadamu, hanya untukmu dan untukmu, tanpa membutuhkan kata-kataku atau kata-kata orang lain.— Rumi

Berserahlah kedalam Hati, untuk semua pertanyaanmu, jawabannya akan hadir melalui HATI.

Dalam beberapa tradisi yang lebih esoteris, dikatakan bahwa sang Mursyid mentransmisikan kekuatannya kepada muridnya (tavajjoh  atau  tawajjuh) dan itu membangkitkan hati spiritualnya, yang kemudian dipenuhi dengan cinta. Hanya setelah hal ini terjadi barulah latihan ini benar-benar efektif.

“Apakah benar jika Cinta Kasih (Loving Kindness) dan Belas Kasih (Compassion) adalah bagian dari praktik spiritual kita ? “. Buddha pun menjawab, “Bukan, tidak benar jika Cinta Kasih dan Belas Kasih adalah bagian dari praktik spiritual kita. Yang benar adalah, Cinta Kasih dan Belas Kasih adalah satu-satunya praktik spiritual kita“.

Welas Asih Sufi Lanjutan


Tasawuf adalah jalan esoteris dalam Islam, yang tujuannya adalah untuk menyucikan diri dan mencapai kesatuan mistik dengan Yang Maha Kuasa (tradisi zikir memyebut Allah). Para praktisi tasawuf disebut Sufi.

Tidak seperti banyak teknik meditasi lainnya, meditasi sufi pada dasarnya bersifat spiritual. Tidak ada 'versi sekuler' dari teknik-teknik ini, karena gagasan tentang Tuhan adalah bagian dari DNA mereka. Inti dari segala amalan mereka adalah mengingat Tuhan, mengisi hati dengan Tuhan, dan mempersatukan diri dengan-Nya.

Perjalanan sang sufi adalah perjalanan sang kekasih kembali ke pelukan Sang Kekasih, sebuah perjalanan cinta yang di dalamnya kita 'mati' sebagai ego agar bisa menyatu dengan-Nya. 

Itu adalah jalan Hati. 

Semua praktik tersebut ditujukan untuk melepaskan ego seseorang, yang dianggap sebagai hambatan terbesar dalam mewujudkannya.

Sufisme bukanlah jalan monastik. Para musafir sufi hidup dalam dunia batin, serta berfungsi secara bertanggung jawab dalam masyarakat.

Meditasi Inti Sufi : Kontemplasi Terhadap Tuhan

Cinta tumbuh subur di hati yang di dalamnya terpancar Nama Tuhan. Kasih Allah adalah keharuman yang bahkan seribu bungkus pun tidak mampu menampungnya. Atau seperti sungai yang alirannya tidak dapat dihentikan.  Temanku ada di dalam diriku, di dalam Temanku ada aku – tidak ada pemisahan di antara kita — Sultan Bahu RA

Inti dari meditasi sufi adalah sadar akan Ketuhanan setiap saat, hingga tidak ada lagi rasa keterpisahan antara meditasi, Tuhan, dan kehidupan sehari-hari. 

Hal ini disebut kesatuan (ekatmata)—yaitu, menyatu sepenuhnya dengan Sang Kekasih dan lenyapnya dualitas. Dalam bahasa Arab, kata meditasi adalah  muraqabah (juga  murakebe), dan arti harafiahnya adalah  mengawasi,  menunggu, atau melindungi. Tetap fokuskan perhatianmu pada Tuhan, dan bangkitkan cinta dalam hatimu agar bisa menyatu dengan Sang Kekasih; Selalu awasi pikiran Anda agar tidak ada pikiran lain selain pikiran tentang Tuhan yang masuk ke dalam pikiran Anda.

Jadikan segala sesuatu yang ada dalam dirimu sebagai telinga, setiap atom dalam keberadaanmu, dan kamu akan mendengar setiap saat apa yang Sang Sumber bisikkan kepadamu, hanya untukmu dan untukmu, tanpa membutuhkan kata-kataku atau kata-kata orang lain.— Rumi

Meditasi Jantung

Amalan yang disebut  zikr-e-Sirr  atau  Wakoof Kulbi  (kesadaran hati) ini merupakan salah satu jenis  zikr (mengingat Tuhan). Ini adalah salah satu dari dua praktik utama Sufi Naqsybandi.

Bagi para Yogi, jantung spiritual (cakra anahata) berada di tengah dada, di bawah tulang dada.  Beberapa—seperti Ramana Maharshi dan beberapa teks Tantra—mengatakan bahwa hati rohani berbeda dari  cakra jantung , dan menyebutnya  hridaya , yang mengatakan bahwa ia berada di sisi kanan dada. 

Namun menurut para sufi, hati spiritual berada pada tempat yang sama dengan hati fisik (di sebelah kiri).

Berikut langkah-langkah untuk teknik ini :

Mulailah dengan mengumpulkan energi Anda yang tersebar, membawanya kembali dari dunia luar ke dalam diri Anda. Tenangkan pikiran dan indra agar bisa langsung merasakan realitas batin hati.

Pusatkan perhatianmu secara intens pada tempat di mana hati jasmani berada, hingga engkau melupakan segala sesuatu tentang dirimu sendiri.  Keadaan melupakan diri sendiri ini dianggap sebagai jalan lurus menuju Yang Tak Terbatas.

Coba dengarkan detak jantung yang berupa nama Yang Maha Kuasa. Seiring berjalannya waktu, seseorang mulai mendengarkan suara detak jantung bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Lakukan  zikir  (pengulangan mantra kepada Allah). Teruslah berpikir tentang Tuhan atau guru spiritual seseorang. Pada ketiga variasi di atas, tetap fokuskan perhatian pada pusat hati dan sekaligus tumbuhkan perasaan cinta pada Sang Kekasih.

Dalam beberapa tradisi yang lebih esoteris, dikatakan bahwa sang guru mentransmisikan kekuatannya kepada muridnya (tavajjoh atau tawajjuh) dan itu membangkitkan hati spiritualnya, yang kemudian dipenuhi dengan cinta. Hanya setelah hal ini terjadi barulah latihan ini benar-benar efektif. 

Tatanan ini dibangun berdasarkan nafas. Oleh karena itu, seseorang harus menjaga nafasnya pada saat menghirup dan menghembuskan napas dan di antara keduanya.— Syeikh Naqsybandy

Tutup matamu. Bernapaslah dengan normal beberapa kali. Berkonsentrasilah pada hati rohani, sambil berpikir tentang Tuhan. Rasakan cahayanya di hatimu. Saat Anda menarik napas, dalam hati ulangi  Allah , dan rasakan cahaya Tuhan tersedot ke dalam hati Anda. Saat Anda mengeluarkan napas, ulangi  Hu dalam hati , dan rasakan bahwa cahaya Hu menyinari hati Anda dengan kuat. Tingkatkan laju pernapasan secara bertahap hingga tiga hingga empat kali kecepatan normal Anda, dengan tetap menjaga visualisasi dan mantra yang sama. Ambil napas pendek namun cepat. Penghirupan harus lebih lama dari pada pernafasan. Pernafasan agak pendek dan kuat.

Maulana Jalaludin Rumi berkata, “Semua cinta adalah jembatan menuju cinta Ilahi. Namun, mereka yang belum mencicipinya tidak akan mengetahuinya!”


Zikir Para Sufi

Say LaIllaha Il Allahu. Jangan buang nafasmu. Dengan setiap napas, katakanlah LA ILLAHA IL ALLAHU.

Itu harus dikatakan dengan nafasmu. Anda tidak perlu bersuara lidahmu diam-diam mengulangi : La Illaha, tidak ada yang nyata; Il Allahu, hanya ada Tuhan. ...Kapan pun atau di mana pun Anda berada, apakah Anda sedang berjalan atau duduk atau bekerja atau tidur. . . Zikirlah seperti ini. Jangan buang-buang bahkan satu detik! - Dari Doa yang Diterangi : Doa Lima Kali (waktu) Para Sufi, oleh Coleman Barks dan Michael Green. p. 124

Meskipun Bawa Muhaiyadden menentang penggunaan mantra, praktik ini sangat menyerupai praktik Yoga ajapa japa, atau mantra SoHam. Berikut ini adalah ajaran tentang mantra SoHam dari Swami Muktananda, dalam buku I Am That :

Duduklah dengan tenang, dan perhatikan keluar dan masuk nafas. . . Bhairava mengatakan bahwa ketika nafas masuk, ia membuat suara ham , dan ketika nafas keluar, itu membuat suara sa . (hlm. 27). Ini dikenal sebagai ajapa-japa, repetisi mantra yang tidak berulang. Orang yang hanya memperhatikan nafas, menyadari bahwa itu datang dan keluar dengan suara Ham dan Sa melakukan ajapa-japa dan ini adalah cara yang benar dalam mempraktekkan mantra. (hlm. 28)

Muktananda menjelaskan bahwa hamsa berarti Aku Adalah Itu atau, jika Anda berfokus pada outbreath pertama, hal itu didengar sebagai so'ham yang berarti Itu Am I. Kedua pernyataan menegaskan identitas Anda dengan realitas tertinggi. Variasi mantra ini diajarkan oleh guru Hindu lainnya misalnya, beberapa membesarkan kembali urutan, menghubungkan Sa dengan inbreath dan Ham dengan outbreath, atau memberikan pelafalan yang sedikit berbeda untuk suku kata. Juga, tidak jarang bagi para guru untuk menyarankan siswa mereka untuk menyinkronkan mantra apa pun yang mereka latih dengan inbreath dan outbreath.

Oleh karena itu, tampaknya bagi saya orang-orang bijak dari berbagai tradisi ini berbicara tentang pengalaman realisasi yang serupa, dan bahwa mereka sama dalam menyetujui bahwa kesadaran nafas adalah alat yang kuat untuk mencapai realisasi ini, terutama ketika dikombinasikan dengan pemikiran yang membangkitkan semangat. semacam yang memusatkan perhatian pada yang ilahi.

Hati Spiritual Lanjutan

Hridaya - Hati Al Quddus

"Satu-satunya keindahan yang bertahan adalah keindahan Hati." - Rumi

Hridaya, Hati Spiritual, adalah sifat dasar dan hakiki kita, dimensi keberadaan kita yang tak terlukiskan. Ini adalah nama lain untuk Diri Tertinggi, atau Atman , sebagaimana namanya dalam tradisi Yoga. 

Hati Spiritual adalah Kesadaran Agung, subjek utama pengetahuan, I. saya yang murni. 

Itu adalah Kesadaran Saksi, pengamat intim dari semua pikiran, emosi, dan sensasi kita; saksi dari pikiran dan alam semesta dalam dimensi luar dan dalam. Melalui latihan meditasi, semakin banyak pemahaman halus tentang arti sebenarnya dari Hati Spiritual akan terungkap. 

Pada awalnya, Jantung adalah objek meditasi, kemudian menjadi sarana pengetahuan, dan akhirnya terungkap dalam sifat aslinya, seperti apa kita sebenarnya.

“Dalam tradisi spiritual India, seperti di tempat lain, 'Hati' tidak merujuk pada organ fisik melainkan pada struktur psikospiritual yang berhubungan dengan otot jantung pada bidang materi. 

Hati spiritual ini dirayakan oleh para Yogi dan mistikus sebagai pusat dari Diri transendental. Ini disebut Hrid, Hridaya, atau Hrit-padma ('Lotus Hati'). Ini sering disebut sebagai 'Gua' Rahasia (guha) di mana yogi harus mengendalikan pikirannya. Di beberapa sekolah, terutama Shaivisme Kashmir, kata hridaya juga berlaku untuk Realitas tertinggi". Kesederhanaan mutlak adalah sifat Hati

Arahkan perhatian Anda ke area dada. Getaran yang sangat halus dan bijaksana yang dibangunkan di sana, tanpa adanya pemikiran, dalam ketenangan pikiran, adalah awal dari getaran suci, pengalaman paling langsung dari Hati Spiritual. Silakan rileks sendiri, luangkan waktu Anda dan tutup mata Anda selama beberapa detik sementara Anda membiarkan getaran ini muncul .... Dapatkah Anda merasakannya?

"Hati manusia dan Hati Kosmos adalah satu." Melalui kedewasaan spiritual, Hati dinyatakan sebagai sesuatu yang lebih dari dimensi individual dari keberadaan kita, setelah itu tidak lagi diungkapkan dalam istilah dualitas. Ini mewakili keseluruhan di mana Subjek dan objek, saksi dan saksi, adalah satu. Terlihat sebagai kesadaran, Hati tidak terbatas.

Hati adalah jembatan antara yang terbatas dan tak terbatas, pribadi dan transpersonal, saat ini dan keabadian. Itu adalah keterbukaan terhadap sang Utuh. Dalam aspek ini, Hati mewakili peluang utama kita untuk melampaui batasan individualitas.

Hati adalah sumber dari semua Ciptaan dan titik akhir dari semua energi. Karena itu sering dipandang sebagai mata air keabadian. Melimpahnya Hati sebagai Cinta murni dan Keberadaan murni itu sendiri adalah tanda realisasi:

"Di tengah Hatiku, sebuah bintang muncul, dan tujuh langit hilang dalam kecemerlangannya. " - Rumi.

Tidak ada Buddha selain Hati. Semua fenomena hanyalah Hati. ” - Tao-Sin René Guénon menegaskan bahwa "Kedamaian dari kekosongan," 

"Kedamaian Besar" (Es-Sakinah) dari esoterisme Islam yang terlihat dalam kehadiran ilahi dari Centre of being, secara simbolis diwakili dalam semua tradisi oleh Hati. 

Dalam tradisi yoga, ini diungkapkan oleh Hrid Akasha, ruang tak terbatas dari Jantung. Hati adalah getaran suci, ungkapan aspirasi murni dan absolut.

Para Sufi, Shaivists, Vedantins, Isihasts, dll. Semuanya menjawab panggilan yang sama dari Hati dan mengungkapkan dorongan murni yang murni, dorongan, kerinduan, dan aspirasi terhadap Tuhan, di luar bentuk-bentuk adorasi khusus, di luar konsep dan nama Realitas ini.

Hati Spiritual

Tahukah Anda mengapa sebagian orang tidak pernah dapat memperoleh kesehatan atau menghasilkan uang, tidak peduli seberapa keras mereka tampaknya mencoba? 

Pertama-tama, kebanyakan orang melakukan semuanya dengan setengah hati. Mereka hanya menggunakan sepersepuluh dari perhatian mereka. Itulah mengapa mereka tidak memiliki kekuatan untuk sukses. Selain itu, mungkin karma mereka, efek dari perbuatan salah mereka di masa lalu, yang telah menciptakan kondisi gagal kronis. Jangan pernah menerima keterbatasan karma. Jangan percaya Anda tidak mampu melakukan apa pun. Seringkali ketika Anda tidak dapat berhasil dalam sesuatu itu karena Anda telah memutuskan bahwa Anda tidak dapat melakukannya. Tetapi ketika Anda meyakinkan pikiran Anda tentang kekuatannya, Anda dapat melakukan apa saja! Dengan berkomunikasi dengan Tuhan, Anda mengubah status Anda dari makhluk fana menjadi makhluk abadi.

Pikirkan tentang Kelimpahan Ilahi sebagai hujan yang kuat dan menyegarkan; wadah apa pun yang Anda miliki akan menerimanya. Jika Anda memegang cangkir kaleng, Anda hanya akan menerima jumlah itu. Jika Anda mengangkat mangkuk, itu akan diisi. Wadah macam apa yang Anda pegang hingga Divine Abundance? 

Mungkin bejana Anda rusak; jika demikian, itu harus diperbaiki dengan mengusir semua ketakutan, kebencian, keraguan, dan iri hati, dan kemudian dibersihkan oleh air memurnikan kedamaian, ketenangan, pengabdian, dan cinta. Divine Abundance mengikuti hukum pelayanan dan kemurahan hati. Berikan dan kemudian terima. Berikan kepada dunia yang terbaik yang Anda miliki dan yang terbaik akan kembali kepada Anda

Seluruh tujuan latihan sejati adalah untuk membangkitkan sumber energi batin yang telah kita abaikan sepanjang hidup kita.

—Paramhansa Yogananda

Orang Mesir Kuno dan Maya mempraktekkan bentuk Retret Kegelapan, secara tradisional berlangsung selama 10 hari. Orang suci akan masuk ke pusat masing-masing piramida, sepenuhnya dihapus dari cahaya dan suara. 

Katakombe dan jaringan terowongan bawah tanah dari orang-orang Kristen pertama di Roma dan banyak tempat lain, seperti Piramida Mesir dan gua-gua orang Eseni di dekat Laut Mati di Israel, mungkin telah digunakan sebagai tempat untuk Retret Gelap juga. Dalam tradisi Tao, gua, Gunung Immortal, Wu San, merupakan Ruang Alkimia Batin yang Sempurna. Tao berkata: "Ketika Anda pergi ke kegelapan dan ini menjadi total, kegelapan segera berubah menjadi cahaya." Secara tradisional, Retret Kegelapan dilakukan oleh praktisi tingkat lanjut dalam silsilah Buddhisme Tibet di Dzogchen dan periode bervariasi dari beberapa jam hingga beberapa dekade. Beberapa biarawan Tibet merekomendasikan Retret Gelap 49 hari. “Kegelapan mengaktualisasikan keadaan kesadaran ilahi yang lebih tinggi secara berturut-turut, yang berhubungan dengan sintesis dan akumulasi bahan kimia psikedelik di otak. Melatonin, hormon pengatur, menenangkan tubuh dan pikiran dalam persiapan untuk realitas yang lebih halus dan lebih halus dari kesadaran yang lebih tinggi (Hari 1 sampai 3). Pinoline, mempengaruhi pemancar neuro dari otak, memungkinkan penglihatan dan mimpi-negara muncul dalam kesadaran kita (Hari 3 sampai 5). 

Akhirnya, otak mensintesis 'molekul roh' 5-metoksi-dimethyltryptamine (5-MeO-DMT) dan dimethyltryptamine (DMT), memfasilitasi pengalaman transendental cinta dan kasih sayang universal (Hari 6 sampai 12) Melatonin, 'molekul tidur,' diproduksi di kelenjar pineal, sebagai respons terhadap kegelapan malam, dan pada ritme sirkadian cahaya dan gelap yang diprogramkan ke hipotalamus, kelenjar endokrin yang terletak jauh di dalam otak. 

Melatonin mempengaruhi sistem organ utama, menenangkan sistem saraf simpatik dan memungkinkan peremajaan pikiran dan tubuh setiap hari. Di Ruang Gelap, melatonin berakumulasi secara bertahap di otak.” Hati, yang dilihat sebagai organ pengetahuan langsung, dapat dan harus dilatih secara konstan untuk meningkatkan kemurnian dan kapasitasnya untuk Mencintai, menyaksikan, menyerah….Dengan cara ini, batas individualitas memudar, dan melalui pengakuan atribut fundamentalnya sebagai pintu gerbang menuju tak terbatas, Diri Tertinggi, atman , terungkap.

Dalam spiritualitas Kristen, dan bagi para Bapa Gurun, Hati bukanlah sekadar organ fisik, tetapi merupakan pusat spiritual dari keberadaan manusia, diri terdalam dan paling sejati, atau kuil batinnya, untuk dimasuki hanya melalui pengorbanan individualitas, di mana misteri persatuan antara yang ilahi dan manusia adalah sempurna.

Dalam visi para Bapa Gurun, ada organ perenungan yang dikenal sebagai “mata Hati” atau “Kecerdasan Hati,” nous. 

Nous ini berdiam “di kedalaman jiwa,” mewakili aspek terdalam dari Jantung. 

Hridaya : Hati Spiritual bukanlah Anahata Chakra

Menurut tradisi Tantra, chakra anahata, chakra jantung, hanyalah tingkat atau dimensi keberadaan kita dan seluruh manifestasi. Hati Spiritual lebih dari ini. 

Hridaya: Hati Spiritual bukan hanya percikan dari Tuhan; Hati Spiritual adalah Tuhan.

Pusat Ruh Sang Diri Sejati

Dada kanan bawah pusat sang diri sejati

Dalam terminologi Chakra Sufi/Lathaif Sufi, Hridaya Shakti disebut sebagai Pusat Ruh di Dada Kanan bawah.

RUH

Latifa Ruh terletak didada kanan bawah. Setelah aktivasi Ruh, manusia akan berkenalan dengan Alam-e-Aaraf (tempat dimana orang tinggal setelah kematian). Pusat ini akan terbangun dan menjadi bercahaya setelah diterangi oleh meditasi dengan cara berkonsentrasi di satu titik di atasnya. Setelah ia bercahaya, getaran yang mirip dengan detak jantung akan dirasakan di sisi kanan dada.

Dalam pengisian Zikir digetarkan di Latifah. Meditasi jiwa dilakukan dengan cara ini. Ini merupakan cara advanced dan dinaikkan dari Qalb. Dengan kebangkitannya seseorang dapat melakukan perjalanan ke alam jiwa-jiwa (alam Malakut)). Kemarahan dan kotoran yang melekat padanya akan terus dibakar dan berubah menjadi keagungan.

Ruh adalah percikan-jiwa, entitas abadi dan transegoic "Diri Sejati", mirip dengan konsep Kristen "synteresis" atau "Imago Dei", atau Vedantist gagasan "Jiva", serta Tibet Buddha "shes-pa", prinsip kesadaran dan Tao "shen" atau roh.

Ada dua pendapat tentang Ruh yang berbeda di antara Sufi. Beberapa menganggap ia kekal sama seperti Allah, yang lain menganggap Ruh adalah entitas ciptaan yang tidak kekal.

DADA KANAN DALAM TERMINOLOGI SUFI LATHAIF

Lata'if al-as-Sittah (tujuh pusat halus tunggal: latifah) adalah "organ psikospiritual atau disebut sebagai persepsi sensorik dan suprasensory dalam psikologi sufi, Ada tujuh pusat 'halus' ini dianggap bagian dari Sang Diri, yang mirip dan dapat dikaitkan dengan organ dan kelenjar tubuh dalam. Seperti digambarkan tujuh pusat tersebut adalah: Qalb, Ruh, Sirr, Khafi, Akhfa, Nafsi, Qolam

Konsep serupa juga terdapat dalam sistem spiritual lain termasuk Dantian, yang disebutkan dalam pengobatan tradisional Cina, seni bela diri dan meditasi, juga dalam aliran Sephiroth dari kabbalah dan dalam sistem chakra dari Tantra India serta Kundalini yoga.

Di antara kaum Sufi, perkembangan spiritual melibatkan kebangkitan pusat persepsi yang masih belum aktif pada setiap orang. Bantuan dari seorang Mursyid diperlukan untuk membantu mengaktifkannya dalam urutan yang pasti, Setiap pusat dikaitkan dengan warna khusus, area umum tubuh ini dikaitkan dengan tempatnya nama Nabi tertentu. Aktivasi semua "pusat" ini adalah bagian dari metodologi bagian "Kerja" Sufi. Pemurnian ketujuh pusat ini adalah proses yang dikatakan para darwis adalah untuk mencapai Insan Kamil "kesempurnaan" 

Terdapat satu pusat yaitu Ruh yang deskripsi nya sama persis dengan Jantung/Hati (Hridaya) yang telah di sampaikan sebelumnya.





Meditasi Jantung Sufi

Tasawuf adalah jalan esoteris dalam Islam, yang tujuannya adalah untuk menyucikan diri dan mencapai kesatuan mistik dengan Yang Maha Kuasa (dalam tradisi ini disebut Allah). Para praktisi tasawuf disebut Sufi.

Tidak seperti banyak teknik meditasi lainnya, meditasi sufi pada dasarnya bersifat spiritual. Tidak ada 'versi sekuler' dari teknik-teknik ini, karena gagasan tentang Tuhan adalah bagian dari DNA mereka. Inti dari segala amalan mereka adalah mengingat Tuhan, mengisi hati dengan Tuhan, dan mempersatukan diri dengan-Nya.

Perjalanan sang sufi adalah perjalanan sang kekasih kembali ke pelukan Sang Kekasih, sebuah perjalanan cinta yang di dalamnya kita 'mati' sebagai ego agar bisa menyatu dengan-Nya. Itu adalah jalan Hati. 

Semua praktik tersebut ditujukan untuk melepaskan ego seseorang, yang dianggap sebagai hambatan terbesar dalam mewujudkannya. Sufisme bukanlah jalan monastik. Para musafir sufi hidup dalam dunia batin, serta berfungsi secara bertanggung jawab dalam masyarakat.

Meditasi Inti Sufi: Kontemplasi Terhadap Tuhan. Cinta tumbuh subur di hati yang di dalamnya terpancar Nama Tuhan. Kasih Allah adalah keharuman yang bahkan seribu bungkus pun tidak mampu menampungnya. Atau seperti sungai yang alirannya tidak dapat dihentikan. 

Temanku ada di dalam diriku, di dalam Temanku ada aku – tidak ada pemisahan di antara kita. (Sultan Bahu)

Inti dari meditasi sufi adalah sadar akan Ketuhanan setiap saat, hingga tidak ada lagi rasa keterpisahan antara meditasi, Tuhan, dan kehidupan sehari-hari. Hal ini disebut kesatuan ( ekatmata )—yaitu, menyatu sepenuhnya dengan Sang Kekasih dan lenyapnya dualitas. 

Dalam bahasa Arab, kata meditasi adalah muraqabah (juga murakebe ), dan arti harafiahnya adalah mengawasi, menunggu, atau melindungi. Tetap fokuskan perhatianmu pada Tuhan, dan bangkitkan cinta dalam hatimu agar bisa menyatu dengan Sang Kekasih, Selalu awasi pikiran Anda agar tidak ada pikiran lain selain pikiran tentang Tuhan yang masuk ke dalam pikiran Anda. 

Jadikan segala sesuatu yang ada dalam dirimu sebagai telinga, setiap atom dalam keberadaanmu, dan kamu akan mendengar setiap saat apa yang Sang Sumber bisikkan kepadamu, hanya untukmu dan untukmu, tanpa membutuhkan kata-kataku atau kata-kata orang lain. (Rumi)

Meditasi Jantung

Amalan yang disebut Jikr-e-Sirr atau Wakoof Kulbi (kesadaran hati) ini merupakan salah satu jenis jikr (mengingat Tuhan). Ini adalah salah satu dari dua praktik utama Sufi Naqsybandi.

Bagi para Yogi, jantung spiritual ( cakra anahata ) berada di tengah dada, di bawah tulang dada. 

Beberapa—seperti Ramana Maharshi dan beberapa teks Tantra—mengatakan bahwa hati rohani berbeda dari cakra jantung , dan menyebutnya hridaya , yang mengatakan bahwa ia berada di sisi kanan dada. Namun menurut para sufi, hati spiritual berada pada tempat yang sama dengan hati fisik (di sebelah kiri).

Berikut langkah-langkah untuk teknik ini :

Mulailah dengan mengumpulkan energi Anda yang tersebar, membawanya kembali dari dunia luar ke dalam diri Anda. Tenangkan pikiran dan indra agar bisa langsung merasakan realitas batin hati.

Pusatkan perhatianmu secara intens pada tempat di mana hati jasmani berada, hingga engkau melupakan segala sesuatu tentang dirimu sendiri. Keadaan melupakan diri sendiri ini dianggap sebagai jalan lurus menuju Yang Tak Terbatas. Coba dengarkan detak jantung yang berupa nama Yang Maha Kuasa. Seiring berjalannya waktu, seseorang mulai mendengarkan suara detak jantung bahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lakukan zikir (pengulangan zikir Allah). Teruslah berpikir tentang Tuhan atau guru spiritual seseorang. 

Pada ketiga variasi di atas, tetap fokuskan perhatian pada pusat hati dan sekaligus tumbuhkan perasaan cinta pada Sang Kekasih.

Dalam beberapa tradisi yang lebih esoteris, dikatakan bahwa sang guru mentransmisikan kekuatannya kepada muridnya ( tawajjuh atau tawajjaha ) dan itu membangkitkan hati spiritualnya, yang kemudian dipenuhi dengan cinta. Hanya setelah hal ini terjadi barulah latihan ini benar-benar efektif. Tatanan ini dibangun berdasarkan nafas. Oleh karena itu, seseorang harus menjaga nafasnya pada saat menghirup dan menghembuskan napas dan di antara keduanya. (Syaikh Naqsybandy)

Tutup matamu. Bernapaslah dengan normal beberapa kali. Berkonsentrasilah pada hati rohani, sambil berpikir tentang Tuhan. Rasakan cahayanya di hatimu. Saat Anda menarik napas, dalam hati ulangi Allah , dan rasakan cahaya Tuhan tersedot ke dalam hati Anda. Saat Anda mengeluarkan napas, ulangi Hu dalam hati dan rasakan bahwa cahaya Hu menyinari hati Anda dengan kuat. 

Tingkatkan laju pernapasan secara bertahap hingga tiga hingga empat kali kecepatan normal Anda, dengan tetap menjaga visualisasi dan mantra yang sama. Ambil napas pendek namun cepat. Penghirupan harus lebih lama dari pada pernafasan. Pernafasan agak pendek dan kuat.

Mevlâna Jalâluddîn Rumi berkata, “Semua cinta adalah jembatan menuju cinta Ilahi. Namun, mereka yang belum mencicipinya tidak akan mengetahuinya!”

Gerbang Kesepuluh Tubuh Kausal

Dasam Duar – Pintu Gerbang Kesepuluh

Dengan rahmat guru, topeng delusi terangkat dan seseorang dapat mengetahui tentang Tuhan; mengikuti instruksi guru memudahkan untuk terserap di dalam Dia di dalam pikiran. (M: 3, SGGS, hal 666).

Syair Guru ketiga ini mengacu pada fenomena delusi yang disebabkan oleh godaan yang mengakibatkan jiwa manusia terpisah dari Sang Pencipta di dalam pikiran. 

Ayat tersebut menyarankan bagaimana selubung yang dibuat demikian dapat diangkat dengan bantuan guru. Pengangkatan tabir atau topeng ini memungkinkan seseorang untuk melihat ke dalam pikiran dengan membuka gerbang tersembunyi.

Tubuh manusia memiliki sembilan lubang fisik. Ini terdiri dari dua mata, dua lubang hidung, dua telinga, mulut, anus dan alat kelamin. 

Ada juga gerbang kesepuluh metaforis yang tak terlihat, Dasam Duar yang tetap tertutup dan perlu dibuka untuk pengalaman spiritual.

Apa itu Dasam Duar?

Dasam Duar adalah tempat tinggal Yang Tak Terhingga, Yang Maha Tinggi; di dalam tubuh ada ceruk tempat Dia berdiam.

Pencipta

Mendirikan sembilan gerbang (untuk tubuh); Tuhan yang tak terduga bersemayam di kesepuluh.

Di manakah letak Dasam Duar di dalam tubuh?

Ada yang bilang itu di kepala di atas mata. Beberapa orang mengatakan itu ditunjukkan oleh titik lemah yang bisa dirasakan seseorang di atas kepala bayi.

Praktek Kundalini Yoga didasarkan pada keyakinan bahwa setelah kebangkitan Kundalini, energi mengalir ke tubuh menembus enam cakra dan muncul di bagian atas kepala sehingga membuka Dasam Duar. Hal ini diwujudkan dalam bentuk perasaan kesejukan.

Gurbani menyebutkan gerbang kesembilan dan kesepuluh beberapa kali. Deskripsi ini tidak mendukung gagasan tentang lokasi fisik gerbang kesepuluh. Sebaliknya itu adalah gerbang metaforis yang terbuka dalam pikiran dan memungkinkan visi Jiwa Tertinggi, Sang Pencipta yang tinggal di dalam.

Dvara berarti pintu yang memungkinkan masuk atau keluarnya benda atau orang. Bhagavad Gita (V.13) menggambarkan tubuh manusia sebagai Navadvarapura (sebuah kota yang memiliki sembilan pintu masuk). Yaitu sebagai berikut: dua pintu mata, dua lubang hidung, mulut, dua telinga, anus dan lubang alat kelamin dan untuk buang air kecil. Ini adalah sembilan pintu tubuh. Sebenarnya ada satu lagi; yaitu, dasama dwara (pintu kesepuluh), yang ada di tengkorak.

Dasam Dvaram tetap ditutup di hampir semua orang. Pintu ini disebutkan dalam Katha Upanishad (II:3.16). Dikatakan bahwa “ada seratus satu nadi (saluran) hridaya (hati). Dari jumlah tersebut, satu nadi menembus tengkorak, mengarah ke luar. Jiwa yang keluar melaluinya menjadi maritattvameti (abadi).

10 pintu ke tubuh kita.

9 di antaranya terlihat dan 10 ditutup, dibuka untuk beberapa orang. Juga disebut sebagai dasam dwar, pintu ke-10 di Gurbani, kitab suci Sikh.

Mata

lubang hidung

Mulut

Telinga

Dada

Pusar

pori pori

Dubur

Organ reproduksi

Opened Pineal Glad, juga dikenal sebagai pintu ke Guru, di mana Anda dapat menyaksikan cahaya kebiruan dan keunguan spiritual. Juga dikenal sebagai Jot. 

Menyaksikan cahaya ini dan mengiringinya adalah awal dari proses keselamatan (mencapai tubuh astral/cahaya), membebaskan diri dari dunia tiga dimensi ini dan mengatasi kematian. Pindah ke alam dimensi 4 yang lebih tinggi.

Membawamu jauh melampaui keadaan kesadaran normal biasa. Ini mungkin mengapa kelenjar Pineal yang dikenal di banyak budaya sebagai ‘Kursi Jiwa’,  ‘Pintu Gerbang untuk Semesta’, atau  ‘Mata dari Pikiran’ dan ‘Pintu Gerbang untuk Alam yang lebih Tinggi

Kelenjar Pineal adalah kelenjar endokrin yang terletak di pusat tempurung kepala. Pada tingkat fisiologis, itu diaktifkan oleh cahaya, dan bekerja dengan kelenjar hipotalamus untuk mengatur rasa lapar, haus, gairah seks dan jam biologis kita.

Blavastky juga menjaelaskan bahwa di kelenjar Pineal adalah letak Tubuh Kausal/ Sang Jiwa atau Diri Sejati.




Ilmu Mata Spiritual

Terletak di titik antara alis, "mata spiritual" adalah pusat kebangkitan spiritual di dalam tubuh. Mata spiritual juga merupakan kutub positif dari chakra ajna dan merupakan pintu yang harus dilalui oleh semua calon spiritual untuk mencapai tingkat Kesadaran Kosmis tertinggi.

Dalam latihan meditasi kita dengan lembut mengangkat mata dan memfokuskan pandangan batin kita pada titik di antara alis untuk membangunkan pusat ini. Dengan menahan perhatian kita terus-menerus pada titik ini, kita merangsang lobus frontal otak dan secara magnetis menarik kekuatan hidup ke atas dari dasar tulang belakang ke otak. Semua kondisi spiritual kebangkitan disertai dengan gerakan kekuatan hidup ke atas ini.

Dari Kebangkitan ke Kesadaran Super 

Medula adalah tempat ego dalam tubuh. Ini adalah kutub negatif dari Kesadaran Diri.

Kutub positif terletak pada titik di antara alis. Inilah pusat ekspresi kesadaran diri yang lebih tinggi. Pada titik ini juga terlihat mata spiritual, yang merupakan refleksi dari energi yang masuk ke tubuh secara konstan dari alam semesta di sekitarnya, melalui medula.

Mata rohani bukanlah imajiner. Ini adalah sesuatu yang benar-benar dilihat seseorang dalam meditasi, ketika pikiran diheningkan, dan ketika intelek berfungsi pada tingkat intuitifnya yang lebih tinggi. Banyak yang saya temui mengatakan kepada saya bahwa mereka telah melihat mata spiritual dalam

meditasi, beberapa dari mereka jauh sebelum mereka tahu apa itu. Beberapa melihatnya bahkan sebelum mereka tahu tentang jalan spiritual.

Ketika mata spiritual dilihat dengan jelas, itu adalah lingkaran cahaya keemasan yang mengelilingi bidang biru tua. Di tengah bidang biru ini adalah bintang putih dengan lima titik. Ketika mata spiritual dilihat secara tidak sempurna, itu terlihat sebagai cahaya ungu redup dengan lingkaran samar di sekitarnya, dan titik yang lebih redup di tengahnya.

Apakah Anda melihat mata spiritual atau tidak, dengan bermeditasi pada saat itu kesadaran Anda akan berangsur-angsur naik sampai akhirnya melewati portal kesadaran manusia dan memasuki keadaan ekstasi, atau kesadaran super.

Satu masalah yang dihadapi orang adalah tidak mengetahui dari posisi apa, secara mental, untuk mendekati pusat spiritual itu. 

Lahiri Mahasaya mengatakan untuk memusatkan perhatian terlebih dahulu di wilayah medula oblongata, dan dari titik itu untuk menatap ke arah mata spiritual.

Kesadaran orang akan ego mereka sering didistribusikan secara samar ke seluruh tubuh. Dengan memusatkannya secara sadar di tempat duduknya yang sebenarnya, medula, menjadi mungkin untuk mengarahkan kesadaran-ego menuju oktafnya yang lebih tinggi.

Begitu kesadaran ego telah larut dalam kesadaran super, pusat kesadaran bergeser secara alami dari ego ke hati. Pada titik ini, perasaan intuitif membawa kesadaran seseorang ke atas melalui mata spiritual dan keluar ke Infinity.

Meditasi Pada Mata Spiritual

Berkonsentrasi pada titik di antara alis. Visualisasikan di sana sebuah terowongan cahaya keemasan. Masuki terowongan itu secara mental, dan rasakan diri Anda dikelilingi oleh rasa kebahagiaan dan kebebasan yang mulia. Saat Anda bergerak melalui terowongan, rasakan diri Anda dimandikan oleh cahaya sampai semua pikiran duniawi menghilang.

Setelah membubung tinggi melalui terowongan selama Anda merasa demikian, visualisasikan di hadapan Anda sebuah tirai cahaya biru-ungu tua. Lewati tirai itu ke terowongan lain yang dalam, cahaya biru-ungu. Rasakan cahaya yang mengelilingi Anda. Perlahan, dinding terowongan menghilang dalam cahaya biru. Perluas kesadaran Anda ke dalam cahaya itu—ke dalam kebebasan dan kebahagiaan tanpa batas. Sekarang tidak ada terowongan. Hanya ada kebiruan dan kebahagiaan tak terhingga yang mencakup segalanya.

Terakhir, visualisasikan di hadapan Anda sebuah bintang cahaya putih keperakan, berujung lima. Rentangkan tangan dan kaki Anda secara mental, dengan asumsi tubuh Anda berbentuk bintang itu. Berikan diri Anda padanya dalam tubuh, pikiran, dan jiwa saat Anda menyerahkan setiap pikiran, setiap perasaan ke Kebahagiaan Diri yang mutlak dan ada.

Kebahagiaan mengalir dengan lembut di atas Anda, seperti air terjun kabut, mengisi hati Anda dengan kedamaian yang tak terlukiskan.

Saat Aku Mati


Saat aku mati : saat kerandaku mulai dibawa keluar, “Jangan pernah kau berfikir bahwa aku merindukan dunia ini.”

Janganlah meneteskan air mata, jangan meratapi, atau menyesaliku. Aku tidak akan jatuh ke dalam sarang makhluk yang mengerikan. Ketika melihat jenazahku diusung, Janganlah menangis karena kepergianku. “Aku bukan pergi : Aku telah sampai kepada Cinta Yang Abadi.”

Ketika engkau meninggalkanku di dalam kuburan, janganlah mengucapkan selamat tinggal. “Ingatlah, kuburan hanya bagi Surga yang berada di baliknya, engkau hanya akan melihatku (seperti yang) diturunkan ke liang lahat, sekarang, lihatlah aku bangkit.”

Bagaimana bisa ada akhir?  Saat matahari terbenam atau bulan tenggelam, ini terlihat seperti akhir, Ini terlihat seperti matahari yang terbenam, tetapi sebenarnya, ini adalah fajar. Saat kuburan mengurungmu, saat itulah jiwamu terbebaskan. Melihat benih yang jatuh ke bumi tidak menumbuhkan kehidupan baru? Mengapa mempertanyakan bangkitnya benih yang bernama manusia? Ketika, untuk terakhir kalinya, engkau menutup mulutmu, Kata-kata dan jiwamu akan menjadi milik dunia yang tanpa ruang, tanpa waktu.

Matilah dengan bahagia dan berharap untuk mengambil bentuk yang baru dan lebih baik. Ibarat matahari, hanya ketika terbenam di barat barulah terbit di timur. Dunia adalah taman bermain, dan kematian adalah malamnya. 

Tempat ini adalah mimpi. Hanya orang yang tidur yang menganggapnya nyata. Kemudian kematian datang seperti fajar, dan kamu terbangun sambil tertawa atas apa yang kamu anggap sebagai kesedihanmu. Di akhir hidupku, hanya dengan satu nafas tersisa, jika kamu datang, aku akan duduk dan bernyanyi. Saya sudah mati, lalu hidup. Menangis, lalu tertawa. 

Semua orang begitu takut kematian, namun para sufi sejati hanya tertawa : tidak ada yang menzalimi hati mereka. Apa yang mengenai cangkang tiram tidak merusak mutiaranya. Setelah itu aku masih harus mati dan menjelma sesuatu yang tak bisa ku pahami. Ah, biarkanlah diriku lenyap memasuki kekosongan, kesunyian.

"Wahai Kekasih, ambillah apa-apa yang yang aku mau, ambillah apa-apa yang kulakukan, ambillah apa-apa yang ku butuhkan, ambillah semua yang mengambilku dari-Mu. Mengetahui bahwa adalah Engkau yang mengambil kehidupan, kematian menjadi sangat manis. Selama aku bersama-Mu, kematian bahkan lebih manis dibandingkan dengan kehidupan itu sendiri.” (Rumi 1207-1273 M)

❤️

Kematian Yang Direncanakan

 

Apa yang sebenarnya terjadi dalam kematian? Seluruh energi vital yang tersebar, menyebar ke mana-mana – ia mengerut, kembali ke pusatnya. Energi inti yang menjangkau setiap sudut dari tubuh kita ini ditarik, kembali ke intinya.

Misalnya, jika kita terus meredupkan cahaya yang tersebar, ia akan mulai menyusut dan kegelapan akan berkumpul. Pada titik tertentu cahaya akan dikurangi sampai ke titik di mana ia mendekati lampunya sendiri. Dan jika kita bahkan meredupkannya lebih jauh, cahaya akan terkumpul dalam bentuk benih dan kegelapan akan mengelilingimu.

Jadi energi vital dari kehidupan kita menyusut, kembali ke pusatnya sendiri. Sekali lagi ia menjadi benih, atom, siap untuk perjalanan baru. Karena pengerutan ini, penyusutan dari energi mendasar ini sendiri, orang merasa, 'Aku sekarat! Aku sekarat!’ Apa yang dia anggap sebagai hidup sampai saat itu mulai menyelinap pergi; segala sesuatunya mulai jatuh. Anggota badan mulai kehilangan kekuatannya; dia mulai sesak nafas. Penglihatannya menjadi lebih buruk dan telinganya menjadi sulit mendengar.

Sesungguhnya semua indera ini sebelumnya hidup dan seluruh tubuh juga karena hubungan mereka dengan suatu energi. Dan begitu energi mulai surut, tubuh, yang pada dasarnya tidak bernyawa, sekali lagi menjadi tidak bernyawa. Tuannya bersiap untuk pergi dan rumahnya menjadi tertekan, sunyi. Dan orang itu merasa, 'Sekarang aku pergi!' Pada saat kematian dia merasakan, 'Aku berangkat. Aku tenggelam, akhirnya sudah dekat.’Perasaan gugup bahwa dia sedang sekarat – keadaan khawatir dan melankolis, kesedihan dan kecemasan akan kematian, perasaan bahwa akhirnya sedang mendekat – membawa penderitaan yang begitu mengerikan kepada pikirannya sehingga dia gagal untuk menjadi sadar akan pengalaman kematian itu sendiri. 

Untuk mengetahui kematian dia perlu menjadi damai. Sebaliknya, orang menjadi begitu gelisah sehingga dia tidak pernah tahu apakah kematian itu.

Kematian tidak bisa diketahui pada saat kematian tetapi orang pasti bisa memiliki kematian yang direncanakan. Kematian yang direncanakan adalah meditasi, yoga, samadhi. 

Samadhi hanya berarti satu hal yaitu mendatangkan kejadian yang, jika tidak, terjadi dengan sendirinya dalam kematian. Dalam samadhi, sang pencari mewujudkannya dengan usaha, dengan secara sadar menarik seluruh energi hidupnya ke dalam. Tentu saja dia tidak perlu merasa gelisah karena dia sedang bereksperimen dengan menarik kesadaran ke dalam. Dengan pikiran yang dingin dia mengerutkan kesadaran di dalam. Apa yang dilakukan kematian, dia melakukannya sendiri. Dan dalam keadaan hening itu dia mendapati bahwa energi kehidupan dan tubuh adalah dua hal yang terpisah. Bola lampu yang memancarkan listrik adalah satu hal, dan listrik yang terpancar darinya adalah hal lain. Ketika listrik mengerut sepenuhnya, bola lampu tergeletak di sana, tak bernyawa.

Tubuh tidak lebih dari sebuah bohlam listrik. Hidup adalah listrik, energi, kekuatan vital yang membuat tubuh tetap hidup, hangat, bersemangat.

Dalam samadhi, si pencari sendiri yang menemui kematian. Dan karena dia sendiri yang memasuki kematian, dia mengetahui kebenarannya bahwa dia terpisah dari tubuhnya. Begitu diketahui bahwa 'Aku terpisah dari tubuh,' kematian selesai. Dan begitu pemisahan antara tubuh dan keberadaan diketahui, pengalaman dari hidup telah dimulai. Akhir dari kematian dan pengalaman dari hidup terjadi pada titik yang sama, secara bersamaan. Dengan mengetahui kehidupan, kematian pergi; dengan mengetahui kematian, ada kehidupan. Jika dipahami dengan benar, ini hanyalah dua cara untuk mengekspresikan hal yang sama. Mereka adalah dua penunjuk ke arah yang sama.


Garis Tangan Kematian

Jika di bawah hipnosis Anda yakin bahwa setelah lima belas hari Anda akan mati, dan jika setiap hari selama lima belas hari Anda dibuat pingsan dan yakin dalam keadaan tidak sadar Anda bahwa Anda akan mati setelah lima belas hari ... apakah Anda benar-benar mati atau tidak, garis hidup Anda akan rusak dengan panjang proporsional lima belas hari. Sebuah celah akan muncul di garis hidup Anda; tubuh akan menerima gagasan bahwa kematian sedang dalam perjalanan.

Jika pikiran Anda mengalami perubahan, maka garis di telapak tangan Anda akan segera berubah.

Kematian Menurut Sains Fisika Quantum

Apa itu kematian? Semua orang pada umumnya Takut Mati dan Takut dengan Orang Mati Kenapa? Karena sejak kecil kita selalu ditakut-takuti tentang 2 hal teresebut. Dan yang menakut-nakuti sebenarnya juga sama takutnya dengan yang ditakut-takuti. 

Kenapa mereka Takut ? Karena mereka tidak tahu apa itu mati dan apa yang sesungguhnya terjadi ketika mati. Jadi mulailah di karang-karang cerita tentang kematian yang menyakitkan dan menyeramkan yang diceritakan dari generasi ke generasi tanpa pernah ada yang coba mempertanyakan dan membuktikan kebenarannya. 

~ Mati menurut awam adalah ketika seseorang sudah tidak bernafas lagi.       ~ Mati menurut klinis adalah ketika Otak manusia sudah tidak lagi memiliki energi kelistrikan. Ada juga yang mengatakan ketika organ tubuh tidak lagi mempu menopang adanya kehidupan dalam tubuh manusia.            ~ Mati menurut spiritual adalah ketika Roh keluar dari raga fisik kasar/tubuhnya dan tidak kembali lagi untuk selamanya.                                          ~ Mati menurut ilmu fisika adalah ketika Zat Etherik keluar dari materi (tubuh). Zat Ether adalah zat yang bisa dianalogikan dengan "api" zatnya tidak terlihat tapi kalau kita goreskan pemantik pada korek api maka dia akan menyala. Mati juga bisa dikatakan ketika Energi Murni terpisah atau terlepas dari Materi. 

Penyebab kematian ?

1. Faktor Alamiah, faktor biasanya karena usia dimana masa pakai raga sudah selesai dan raga tidak lagi mampu menyediakan tempat bagi roh di dalamnya.  

2. Faktor tidak alamiah, dengan cara mengakhiri hidup sebelum faktor kematian alamiah terjadi  misalnya bunuh diri atau dibunuh, kecelakaan atau terkena bencana alam. Namun kematian karena faktor kecelakaan atau bencana alam yang sudah menjadi suratan takdir  orang tersebut (atau cara kematian yang sudah ditetapkan) itu masuk dalam kematian yang alamiah. 

3. Semua rencana tadirnya/tugas kehidupannya sudah selesai diwujudkan dan di jalani, meskipun raga masih bisa menopang kehidupan.  Biasanya Roh yang sudah tinggi kesadarannya akan memilih untuk pulang, meskipun raganya masih sehat. Kembali pulang ke dimensi Roh, atau yang di kenal dalam Hinduism dgn istilah Moksa. 

Menurut Ilmu Fisika Quantum untuk bisa menjelaskan apa yang terjadi ketika kita mati, maka kita mesti tahu apa yang terjadi ketika kita dilahirkan. Diawali dari unsur-unsur pembentukan kehidupan yakni perpaduan antara Materi dan Energi. Jadi tubuh manusia pada awal diciptakan melalui proses kehamilan adalah bermula dari energi yang memadat hingga menjadi atom sebagai materi dasar hingga kemudian menjadi tubuh dalam bentuk materi. Lalu ketika proses penciptaan tubuh bayi sudah selesai maka masuklah energi "Tuhan" dalam bentuk Roh (Energi murni yang tidak memadat membentuk Materi) 

Jadi unsur dasar kita sebagai manusia adalah perpaduan antara unsur Materi yakni tubuh kita dan unsur Energi Ilahi yakni Roh kita. Ketika kita lahir sebagai manusia yang terjadi adalah Penyatuan antara Materi (tubuh) dengan Energi (Roh). Jadi sebaliknya ketika mengalami kematian maka yang terjadi adalah proses "PEMISAHAN" antara Materi dengan Energi. Ketika kita mati semua Energi kita kembali dalam bentuk Murni kembali memisahkan diri dari tubuh materi kita.                                                  Tubuh materi kita akan kembali pada unsur materi dan hancur/terurai oleh waktu, tapi Energi Murni kita tetap ada dan akan selalu ada (tidak pernah tidak ada). Oleh karena itu dalam dunia spiritual tidak mengenal apa yang disebut sebagai kematian, yang ada adalah pindah dimensi  dari Dimensi Fisik ke Dimensi Metafisik.                        Jadi sejatinya kita tidak pernah Mati, yang ada hanyalah pindah dimensi saja. Begitu juga kita tidak pernah hidup melainkan hanya masuk ke dimensi lain melalui proses kelahiran. 

Itulah mengapa Osho menuliskan di makamnya kata-kata "Tidak pernah dilahirkan, tidak pernah mati. Hanya mengunjungi planet bumi ini antara 11 Des 1931 - 19 Januari 1990"

Proses Pelepasan 

Proses pelepasan adalah saat-saat Roh kita keluar dari tubuh, proses pelepasan ini TERJADI SECARA ALAMI ketika organ tubuh kita tidak lagi mampu bekerja untuk menopang kehidupan bagi roh di dalamnya. Karena proses pelepasan ini BERSIFAT ALAMIAH maka ia bekerja berdasarkan hukum-hukum ALAM atau fisika.

Ketika organ tubuh kita tidak mampu lagi menopang kehidupan maka otomatis secara alamiah Roh akan melepaskan diri dari tubuh. 

Itulah yang sesungguhnya terjadi, itu adalah rancangan alam dan hukum sebab akibat yang diciptakan Tuhan dalam sistem kematian manusia. Jadi dengan demikian tidak ada yang namanya "Nyawa Dicabut" atau ada petugas khusus "Sang Pencabut Nyawa" 

Apa yang kita rasakan ketika mati?

Sama sekali tidak merasakan apa-apa, tidak ada rasa sakit apapun.  Bahkan seandainya proses kematiannya terjadi secara tragis, semisal melalui kecelakaan, bencana alam atau pembunuhan keji dsb. Kalaupun ada rasa sakit itu hanya sebatas rasa yang dialami ketika terjadi luka pada tubuh, tapi ketika Roh lepas semua rasa itu lenyap.  Karena semua yang kita rasakan itu adalah hasil kerja syaraf-syaraf reseptor pada tubuh materi manusia yang dikirim ke otak. 

Bahkan saat setelah roh lepas dari tubuh, tidak hanya rasa sakit akibat luka, tapi semua penyakit yang diderita bahkan termasuk cacad kebutaan atau mental itu semuanya lenyap tidak dirasakan atau dialami lagi. Semua penyakit akan sembuh seketika ketika Roh kita terlepas dari tubuh. 

Ketika mati kita sesungguhnya terbebas total dari semua rasa sakit dan penderitaan fisik apapun kecuali penderitan batin karena pikiran batin kita tetap terbawa bersama roh.  Itulah kenapa bagi orang-orang yang paham spiritual proses kematian atau kepulangan itu adalah saat-saat yang membahagiakan dan tidak perlu ditangisi. Banyak orang yang tidak percaya jika proses pelepasan atau kematian ini tidak sakit dan tidak merasakan apapun, hal ini wajar saja karena kita sejak kecil sudah di doktrin bahwa saat kematian itu adalah sakit yang paling sakit, atau saat ada petugas pencabut nyawa menarik roh kita keluar dari ubun-ubun maka akan terasa sakit yang amat menyakitkan.  

Sekali lagi berdasarkan berbagai referensi dan literatur yang saya temui dan bisa dipercaya, tidak ada laporan yang menyatakan pernah bertemu dengan Petugas Pencabut Nyawa dengan wajah yang sering kali digambarkan menyeramkan. Tidak ada juga laporan yang merasakan sakit saat kematian. 

Bahkan banyak yang tidak sadar bahwa mereka sudah mati, hal itu karena proses kematian itu begitu alamiah dan tidak merasakan apapun.  Persis seperti kita bangun tidur dipagi hari. 

Banyak kasus-kasus tercatatan dari orang yang mati suri bahwa mereka kaget ketika melihat tubuh mereka tergeletak di ranjang rumah sakit sementara mereka keluar dari tubuh dan mengapung di langit-langit ruangan.  Sebelumnya dia tidak sadar kalau itu adalah tubuhnya sendiri sampai dia melihat sosok wajahnya yang sama dengan dirinya.

Apa yang terjadi setelah proses pelepasan tersebut...?

Nah ini yang berbeda-beda pada setiap orang, tergantung pikiran apa yang dia bawa dari dunia fisik ini. Semua penderitaan fisik lenyap tapi penderitaan batin yang ada dalam pikiran tetap terbawa oleh roh kita. Oleh karena itu apa yang terjadi pada proses selanjutnya setelah kematian sangat tergantung pada apa yang dibawa dalam pikiran kita.

Itulah pentingnya kita memahami apa itu kehidupan dan apa itu kematian dan apa yang perlu kita lakukan agar apa yang kita bawa dalam pikiran kita ketika mati adalah kebahagiaan bukan penderitaan, dendam atau kemarahan. 

Salam dari Tuhan yang senantiasa mencintai dan menerima kita apa adanya. Dia yang Maha Pengasih dan Penyayang pada semua mahluknya tanpa terkecuali.


Seni Kematian

 

Kematian, oleh karena itu, secara harfiah adalah penarikan dari hati dan kepala dari dua aliran energi ini, yang mengakibatkan hilangnya kesadaran sepenuhnya dan hancurnya tubuh. Kematian berbeda dari tidur karena keduanya aliran energi ditarik. Dalam tidur, hanya benang energi yang berlabuh di otak ditarik, dan ketika ini terjadi pria itu menjadi tidak sadar. Dengan ini kami maksudkan bahwa kesadarannya atau kesadarannya terfokus di tempat lain. Perhatiannya tidak lagi diarahkan pada hal-hal yang nyata dan fisik, tetapi diarahkan pada dunia makhluk lain dan menjadi terpusat pada aparatus atau mekanisme lain. Dalam kematian, kedua utas ditarik atau disatukan dalam utas kehidupan. Vitalitas berhenti menembus media aliran darah dan jantung gagal berfungsi, sama seperti otak gagal merekam, dan dengan demikian keheningan mereda. Rumah itu kosong. Aktivitas berhenti, kecuali aktivitas luar biasa dan langsung yang merupakan hak prerogatif materi itu sendiri dan yang mengekspresikan dirinya dalam proses penguraian. Oleh karena itu, dari aspek-aspek tertentu, proses itu menunjukkan kesatuan manusia dengan segala sesuatu yang material; itu menunjukkan bahwa dia adalah bagian dari alam itu sendiri, dan yang kita maksudkan dengan alam adalah tubuh dari satu Kehidupan di mana "kita hidup dan bergerak dan memiliki keberadaan kita." Dalam tiga kata itu—hidup, bergerak, dan ada—kita memiliki keseluruhan cerita. Menjadi adalah kesadaran, kesadaran diri dan ekspresi diri, dan kepala dan otak orang ini adalah simbol eksoteris. Hidup adalah energi, keinginan dalam bentuk, koherensi dan pelekatan pada sebuah ide, dan jantung dan darah ini adalah simbol eksoteris . Bergerak menunjukkan integrasi dan respons entitas hidup yang ada, sadar, ke dalam aktivitas universal, dan perut, pankreas, dan hati adalah simbolnya.

Harus dicatat juga bahwa kematian, oleh karena itu, dilakukan pada arah Ego, tidak peduli seberapa tidak sadarnya manusia terhadap arah itu . Prosesnya bekerja secara otomatis dengan mayoritas, karena (ketika jiwa menarik perhatiannya) reaksi yang tak terhindarkan di alam fisik adalah kematian, oleh abstraksi utas ganda kehidupan dan energi akal, atau dengan abstraksi utas energi. yang dikualifikasikan oleh mentalitas, meninggalkan aliran kehidupan yang masih berfungsi melalui hati, tetapi tidak ada kesadaran yang cerdas. Jiwa terlibat di tempat lain dan sibuk di bidangnya sendiri dengan urusannya sendiri.

Dalam tubuh manusia, seperti yang Anda ketahui, kita memiliki tubuh vital yang luas dan mendasar yang merupakan lawan dari fisik, yang lebih besar dari fisik dan yang kita sebut tubuh eterik atau ganda. Ini adalah tubuh energi dan terdiri dari pusat kekuatan dan nadi atau benang kekuatan. Ini mendasari atau merupakan rekan dari aparatus saraf—saraf dan ganglia saraf. Di dua tempat di tubuh manusia ada lubang keluar, jika saya boleh menggunakan ungkapan yang begitu rumit. Satu lubang ada di ulu hati dan yang lainnya ada di otak di bagian atas kepala. Melindungi keduanya adalah jaringan materi eterik yang terjalin erat, terdiri dari untaian energi kehidupan yang saling terkait.

Selama proses kematian, tekanan energi kehidupan yang menghantam jaring akhirnya menghasilkan tusukan atau lubang. Dari sini kekuatan hidup mengalir ketika potensi pengaruh abstraksi jiwa meningkat. Dalam kasus hewan, bayi dan pria dan wanita yang terpolarisasi seluruhnya dalam tubuh fisik dan astral, pintu keluarnya adalah ulu hati, dan jaring itulah yang tertusuk, sehingga memungkinkan pingsan. Dalam kasus tipe mental, dari unit manusia yang lebih berkembang, itu adalah jaring di bagian atas kepala di wilayah ubun-ubun yang pecah, sehingga sekali lagi memungkinkan keluarnya makhluk rasional yang berpikir.

Oleh karena itu, dalam proses kematian, ini adalah dua pintu keluar utama: solar plexus untuk manusia yang terpolarisasi secara astral dan bias secara fisik, dan karena itu dari sebagian besar, dan pusat kepala bagi manusia yang terpolarisasi secara mental dan berorientasi spiritual. Ini adalah faktor pertama dan paling penting untuk diingat, dan dengan mudah akan terlihat bagaimana kecenderungan kecenderungan hidup dan fokus perhatian hidup menentukan cara keluar pada saat kematian. Dapat dilihat juga bahwa upaya untuk mengendalikan kehidupan astral dan sifat emosional, dan untuk mengarahkan diri pada dunia mental dan hal-hal spiritual, memiliki efek penting pada aspek fenomenal dari proses kematian.

Jika siswa berpikir jernih, akan terlihat jelas baginya bahwa satu jalan keluar berkaitan dengan manusia spiritual dan sangat berkembang, sementara yang lain menyangkut manusia kelas rendah yang hampir tidak maju melampaui tahap hewan. Lalu bagaimana dengan rata-rata pria? Pintu keluar ketiga sekarang digunakan sementara; tepat di bawah puncak jantung jaringan eterik lain ditemukan menutupi lubang keluar. Oleh karena itu, kami memiliki situasi berikut:

1. Jalan keluar di kepala, digunakan oleh tipe intelektual, oleh para murid dan inisiat dunia.

2. Jalan keluar di hati, digunakan oleh pria atau wanita yang baik hati, bermaksud baik, warga negara yang baik, teman yang cerdas, dan pekerja filantropi.

3. Jalan keluar di daerah ulu hati, digunakan oleh mereka yang sifat binatangnya kuat.

Ini adalah poin pertama dalam informasi baru yang perlahan-lahan akan menjadi pengetahuan umum di Barat selama abad berikutnya. Sebagian besar sudah diketahui oleh para pemikir di Timur dan merupakan langkah pertama menuju pemahaman rasional tentang proses kematian.

Sehubungan dengan teknik sekarat, hanya mungkin bagi saya saat ini untuk membuat satu atau dua saran. Di sini saya tidak membahas sikap "para penjaga" yang hadir, saya hanya membahas poin-poin yang akan memudahkan perpindahan jiwa yang sementara. 

Pertama, biarkan ada keheningan di ruangan itu. Hal ini, tentu saja, sering terjadi. Harus diingat bahwa orang yang sekarat biasanya tidak sadarkan diri. Ketidaksadaran ini tampak nyata tetapi tidak nyata. Dalam sembilan ratus kasus dari seribu kesadaran otak ada, dengan kesadaran penuh akan kejadian, tetapi ada kelumpuhan total dari keinginan untuk mengekspresikan dan ketidakmampuan total untuk menghasilkan energi yang akan menunjukkan kehidupan. Ketika keheningan dan pengertian menguasai ruang sakit, jiwa yang pergi dapat memegang instrumennya dengan jelas sampai menit terakhir, dan dapat membuat persiapan yang matang.

Kemudian, ketika warna yang lebih tua diketahui, hanya lampu oranye yang diizinkan di ruang sakit orang yang sekarat, dan ini hanya akan dipasang dengan upacara yang semestinya ketika tidak ada kemungkinan untuk sembuh. Oranye membantu pemfokusan di kepala, sama seperti merah merangsang pleksus surya dan hijau memiliki efek pasti pada jantung dan aliran kehidupan.

Jenis-jenis musik tertentu akan digunakan jika lebih banyak yang berhubungan dengan suara dipahami, tetapi belum ada musik yang akan memfasilitasi pekerjaan jiwa dalam mengabstraksikan dirinya dari tubuh, meskipun nada-nada tertentu pada organ akan dianggap efektif. Pada saat kematian yang tepat, jika nada seseorang dibunyikan, itu akan mengoordinasikan dua aliran energi dan akhirnya memutuskan benang kehidupan, tetapi pengetahuan tentang ini terlalu berbahaya untuk disampaikan dan hanya dapat diberikan nanti. Saya akan menunjukkan masa depan dan garis di mana studi okultisme masa depan akan berjalan. Akan ditemukan juga bahwa tekanan pada pusat saraf tertentu dan pada arteri tertentu akan memudahkan pekerjaan, dan ilmu kematian ini ditahan, seperti yang diketahui banyak siswa, di Tibet. Tekanan pada vena jugularis dan pada saraf besar tertentu di daerah kepala dan pada tempat tertentu di medula oblongata akan sangat membantu dan efektif. Suatu ilmu pasti tentang kematian pasti akan dielaborasi nanti, tetapi hanya ketika fakta jiwa diakui dan hubungannya dengan tubuh telah dibuktikan secara ilmiah.

Ungkapan mantra juga akan digunakan dan pasti dibangun ke dalam kesadaran orang yang sekarat oleh orang-orang di sekitarnya, atau digunakan secara sengaja dan mental oleh dirinya sendiri. Kristus mendemonstrasikan penggunaannya ketika Dia berseru dengan lantang, "Bapa, ke dalam tangan-Mu, Aku serahkan roh-Ku." Dan kita memiliki contoh lain dalam kata-kata, "Tuhan, sekarang biarkan hamba-Mu pergi dengan damai." Penggunaan Sabda Suci yang terus-menerus, yang dilantunkan dengan nada rendah atau pada kunci tertentu (yang akan ditanggapi oleh orang yang sekarat itu), nantinya dapat juga merupakan bagian dari ritual transisi, disertai dengan urapan dengan minyak, sebagai dipertahankan dalam Gereja Katolik. Extreme Unction memiliki dasar ilmiah yang gaib. Bagian atas kepala orang yang sekarat laki-laki juga harus secara simbolis menunjuk ke arah Timur, dan kaki serta tangan harus disilangkan. Kayu cendana hanya boleh dibakar di dalam ruangan, dan tidak ada dupa jenis lain yang diizinkan, karena cendana adalah dupa Sinar Pertama atau Penghancur, dan jiwa sedang dalam proses menghancurkan tempat tinggalnya.

Wacana Jiwa dan Kehidupan Keluarga

Saya menemukan wacana yang menarik dan mungkin layak dibagikan yaitu mengenai Perjanjian kosmis antara jiwa dan kehidupan yang akan dijalaninya.

Pernahkan mendengar tentang wacana mengenai jiwa-jiwa yang akan dilahirkan di  bumi ? Sudah pasti kita sulit untuk percaya jika para jiwa memilih orang tua mereka sebelum lahir? 

Menurut banyak budaya kuno di dunia, termasuk penduduk asli Amerika, Afrika, India, Yunani, dan Tibet, jiwa-jiwa memilih orang tua dan keluarga mereka jauh sebelum pembuahan terjadi di bumi. Namun, bagaimana cara kita memilih orang tua kita? Bagaimana jiwa memilih orang tua mereka? Konon kabarnya ada Perjanjian pra-kelahiran yang dibuat ketika jiwa-jiwa terhubung dengan sang Sumber dan perjanjian ini berisi semua rincian inkarnasi duniawi mereka di masa depan, termasuk orang tua tertentu, lokasi kelahiran, waktu, saudara kandung, dan banyak lagi.

Terkadang Jiwa yang memutuskan rincian kontrak kosmik dan sudah pasti ada campur tangan akan Kuasa yang Lebih Tinggi terhadap jiwa yang sedang diputuskan. Namun demikian, setiap jiwa datang untuk mengetahui dan memiliki visi yang sangat baik tentang peristiwa kehidupan masa depan yang akan dialaminya di bumi, bahkan sebelum ia memasuki rahim ibu. 

1. Kontrak Jiwa

Jiwa-jiwa mengalami beberapa kelahiran dan datang dalam tubuh manusia yang berbeda untuk inkarnasi duniawi mereka. Jiwa-jiwa tidak hanya memilih orang tua mereka tetapi ketika kita hidup menyatu dengan Sang Sumber sebagai jiwa, kita memutuskan tentang kehidupan kita selanjutnya dan itu termasuk pengalaman hidup di masa depan, pelajaran hidup, dan orang-orang yang akan berbagi kehidupan dengan kita. Dan kontrak jiwa pun dibuat.

Terkadang kontrak kosmik ini dibuat dengan kesepakatan bersama antara kita, jiwa-jiwa, dan Roh Agung alias sang Sumber. Namun terkadang, ketika kita memiliki dampak karma dari kehidupan lampau kita, kita hanya diberi sedikit pilihan dan dikirim ke kehidupan berikutnya (kelahiran berikutnya di bumi) untuk mempelajari pelajaran tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan keseimbangan karma. 

2. Pelajaran Hidup

Tetapi mengapa jiwa memilih orang tuanya di kehidupan selanjutnya? Jiwa bereinkarnasi di bumi hanya untuk satu alasan, yaitu untuk belajar dan berkembang. Orang tua dan keluarga adalah fondasi dari kehidupan kita dan mereka memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap bagaimana kehidupan kita berjalan, bagaimana kita memandang diri kita sendiri dan orang lain, dan bagaimana kita membuat pilihan hidup. Semua ini terkait erat dengan pelajaran hidup yang kita peroleh selama kita tinggal di bumi. Jiwa-jiwa memilih orang tua mereka karena sangat penting untuk misi mereka di bumi. 

3. Orang tua dan saudara kandung.

Hidup kita bukanlah hasil acak dari kombinasi gen, tetapi segala sesuatu yang kita alami, pelajari, dan lawan merupakan bagian dari rencana yang telah ditentukan yang jiwa sendiri ikut merancangnya? Berdasarkan pelajaran yang perlu mereka pelajari, jiwa-jiwa memilih keluarga mereka. Pertama, diputuskan pelajaran hidup apa yang akan dialami oleh jiwa pada kelahiran berikutnya. Kemudian orang tua dan anggota keluarga dipilih yang paling selaras dengan tujuan jiwa di bumi.  Mereka akan membantu perjalanan jiwa dengan satu atau lain cara. Segera setelah jiwa mengetahui siapa yang akan menjadi orang tuanya, ia menjalin hubungan psikis dengan mereka, terutama dengan ibu, dan tetap hadir di sekitar mereka dalam bentuk energi, menunggu untuk dikandung. Jiwa-jiwa juga mencapai kesepakatan dengan jiwa-jiwa lain mengenai siapa yang akan bergabung dengan mereka sebagai saudara kandung dan di mana urutan mereka akan dilahirkan dalam keluarga yang mereka pilih.

4. Waktu dan Lokasi

Pelajaran hidup adalah satu-satunya alasan mengapa jiwa-jiwa datang ke bumi berkali-kali. Terkadang, menjadi penting bagi jiwa untuk dilahirkan di wilayah atau komunitas tertentu untuk mempelajari pelajaran yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Misalnya, jika suatu jiwa memiliki kebencian atau prasangka terhadap ras atau agama tertentu dalam salah satu inkarnasinya, maka akan ditakdirkan untuk dilahirkan di tengah-tengah komunitas yang sama, hanya untuk menumbuhkan pemahaman, cinta, kasih sayang, dan toleransi. Dalam kasus seperti ini, orang tua tertentu menjadi kurang penting dibandingkan waktu dan lokasi kelahiran. Meskipun demikian, jiwa-jiwa memilih orang tua dan keluarga mereka sebelum lahir.

5. Keluarga Jiwa

Tahukah Anda bahwa kita bertemu dengan orang yang sama dalam setiap kehidupan kita? Jiwa-jiwa yang kita temui di setiap interaksi duniawi adalah anggota keluarga jiwa kita. Pasangan jiwa atau anggota keluarga jiwa adalah mereka yang sangat dekat dan penting bagi kita dalam kehidupan manusia.    Kita mungkin mengenal mereka sebagai orang tua, saudara kandung, guru, teman, atau pasangan kita. Kita telah dipelihara dan diperkaya oleh kehadiran mereka dan dengan demikian kita memilih untuk bertemu dengan mereka setiap kali kita datang ke bumi. Karena itu, mereka juga setuju untuk bertemu dengan kita dan menjadi bagian dari perjalanan kita. Terkadang jiwa-jiwa memilih orang tua mereka karena mereka ingin dilahirkan ke dalam keluarga jiwa mereka. Jiwa juga terkadang memilih untuk menukar peran mereka, yang berarti jika jiwa telah menjadi anak perempuan di satu kehidupan, mereka dapat memilih untuk menjadi ibu di kehidupan berikutnya dan anak perempuan di kehidupan sebelumnya akan menjadi ibu di kehidupan ini. Jiwa melakukan hal ini untuk mempelajari semua jenis pengalaman hubungan, tetapi juga untuk menyembuhkan trauma atau luka dalam hubungan mereka. Mereka terkadang mencoba untuk membuat sebuah hubungan berhasil dengan melihatnya dari berbagai sudut.

6. Kehendak Bebas

Kita harus ingat bahwa hanya karena hidup kita sudah direncanakan sebelum kelahiran kita, bukan berarti kita tidak memiliki kehendak bebas. Dibawah kuasa yang lebih tinggi, sebagai manusia, kita mampu memutuskan apa yang baik untuk kesejahteraan kita dan dapat memutuskan untuk menjauh dari hubungan apa pun yang menggagalkan kita dalam upaya kita untuk menjalani kehidupan terbaik kita. 

Apakah jiwa-jiwa memilih orang tua mereka? Ya, agar mereka belajar pelajaran dan terkadang pelajaran ini termasuk bagaimana menjauhkan diri dari hubungan yang ‘beracun’. (toxic relathionship). Setiap kali ada pertanyaan - apakah bayi memilih orang tua mereka sebelum dilahirkan - muncul di otak kita, ada baiknya kita ingat bahwa segala sesuatu terjadi karena suatu alasan, bahkan jika kita tidak dapat memahaminya dengan segera. Setiap rasa sakit dan kesulitan yang kita alami di dunia ini telah direncanakan dengan cermat oleh Penciptaan itu sendiri, demi kebaikan diri kita.          Kita juga merupakan bagian dari proses semesta, tetapi kita tidak dapat mengingat waktu ketika kita ada hanya sebagai bentuk jiwa. Jadi, jalani hidup kita sesuai dengan tujuan jiwa kita, tetaplah selaras dengan kesadaran diri yang lebih tinggi, dan teruslah mencari keluarga jiwa kita. 

Satu saran, jangan mengabaikan keluarga yang telah diberikan kepada kita. Bahkan jika hubungan kita dengan mereka renggang, jangan menyimpan dendam terhadap mereka. Ingatlah bahwa, trauma yang tidak terselesaikan akan membuat kita kembali kepada orang yang sama lagi dan lagi sampai  hubungan tersebut pulih. 

Sekian wacana mengenai bagaimana jiwa-jiwa memilih keluarga mereka sebelum lahir. Tidak perlu serius menanggapi wacana ini, biarkan mengalir menjadi triger untuk lebih mengenal diri.


Belajar Mengenal Kematian

Biasanya, untuk 80% orang yang meninggal, nafas dan jiwa terakhir keluar melalui mulut. Dengan kata lain, kematian alami. Tetapi jiwa memasuki tubuh melalui bagian atas kepala. Inilah sebabnya mengapa bagian atas kepala bayi yang baru lahir sangat lembut. Jadi jiwa masuk melalui lubang ini, berjalan melalui bagian tengah tubuh dan menyebar ke setiap organ. Oleh karena itu energi kundalini seharusnya berada di antara bagian atas langsung kepala dan bagian bawah langsung dari ruang antara skrotum (atau vagina untuk wanita) dan anus. Ini adalah konstitusi manusia.Jadi, seluruh ide tentang spiritualitas adalah untuk mengambil jiwa kembali melalui bagian atas kepala. Oleh karena itu setiap latihlah, bagaimana mengembalikan jiwa ke atas kepala pada saat kematian dan keluar. Untuk pergi dengan cara yang terbebaskan ini, Anda harus terbebaskan saat hidup. Jika jiwa keluar melalui mulut, Anda dapat menjamin akan ada kelahiran kembali. Tetapi jika jiwa keluar melalui bagian atas kepala, biasanya tekanan karma tidak akan ada. Itu berarti Anda telah menghabiskan segalanya, dan Anda mengambilnya kembali dan pergi keluar. 

Inilah sebabnya mengapa dalam spiritualitas, bagaimana Anda lebih penting daripada di mana Anda berada. Jadi, jika Anda sangat stabil secara rohani dan Anda bernapas melalui bagian atas kepala dan melalui tulang belakang sebagian besar waktu, tidak perlu pergi ke mana pun. Anda sudah selaras dengan alam semesta, dan ketika Anda pergi, Anda sebenarnya pergi jauh - jauh kembali.Tetapi jika kesadaran berada di alam bumi – jika Anda terikat oleh objek, orang, situasi, peristiwa, emosi – maka ini tidak dapat terjadi. Emosi terkuat terakhir saat meninggalkan tubuh sangat penting untuk kehidupan selanjutnya, atau perjalanan ke depan.

Oleh karena itu di masa lalu, para nenek memberi tahu cucu-cucunya, “Sebelum Anda pergi tidur, Anda menyerahkan diri Anda kepada Tuhan, Anda sedang tidur di pangkuan-Nya.” Ini melatih anak untuk berhubungan dengan Tuhan setiap saat, karena ada keadaan kematian di setiap tidurnya. Keadaan tidur nyenyak sama dengan keadaan kematian-pembatalan total. Setiap orang menjalani proses ini setiap malam. Jadi penting untuk terhubung dengan tuhan di kondisi itu disaat hidup, sehingga ketika Anda pergi, Anda bisa pergi di jalan yang benar. 

Setiap kematian yang tidak wajar selalu membuat jiwa meninggalkan tubuh dengan tergesa-gesa. Dan itu bahkan tidak bisa keluar melalui mulut; ia keluar melalui anus atau sembilan lubang di bagian bawah tubuh. Jadi jiwa-jiwa itu masih berkeliaran. Karena jiwa-jiwa ini pada saat kematian masuk ke dalam tubuh apa pun yang memungkinkan. Mereka tetap bersama karena mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka tidak memiliki proses melalui siklus dan masuk ke dalam rahim dan melahirkan. Mereka masuk ke dalam apa pun yang mungkin, tubuh apa pun yang memungkinkan. Termasuk hewan lainnya. Ini seperti pilot yang tiba-tiba melontarkan diri karena pesawatnya jatuh - jiwa dikeluarkan dari tubuh dan tidak dengan cara biasa. Jadi jiwa-jiwa ini kebanyakan adalah orang-orang yg berjiwa lumpuh. Jiwa yang lumpuh adalah jiwa yang sangat - sangat lemah, karena mereka tidak memiliki energi bahkan untuk menciptakan tubuh lain. Itulah sebabnya mereka masuk ke dalam tubuh apa pun yang memungkinkan dan mereka hanya melemparkannya ke mana-mana. 

Tetapi sekali lagi, seperti yang saya katakan, mereka semua tidak berdaya dan tidak berbahaya. Dan di hadapan Para Guru yang lebih tinggi - yang terhubung dengan sumbernya - banyak yang ditebus dan dikirim ke cahaya putih. Bahkan gambar seorang Guru sudah cukup bagus, karena mewakili bentuk orang yang terhubung.

Memahami Masalah Kematian



Jadi, untuk memahami masalah kematian ini, kita harus terbebas dari rasa takut, yang menciptakan berbagai teori akhirat atau keabadian atau reinkarnasi. Jadi kami katakan, orang-orang di Timur berkata, bahwa ada reinkarnasi, ada kelahiran kembali, pembaruan yang terus-menerus terjadi terus menerus – jiwa, yang disebut jiwa. Sekarang tolong dengarkan baik-baik.

Apakah ada hal seperti itu? 

Kami suka berpikir ada hal seperti itu, karena itu memberi kami kesenangan, karena ada sesuatu yang telah kami atur di luar pikiran, di luar kata-kata, di luar; itu adalah sesuatu yang abadi, spiritual, yang tidak pernah bisa mati, sehingga pikiran melekat padanya. 

Tetapi apakah ada yang namanya jiwa, yang merupakan sesuatu yang melampaui waktu, sesuatu yang melampaui pikiran, sesuatu yang tidak ditemukan oleh manusia, sesuatu yang melampaui sifat manusia, sesuatu yang tidak disatukan oleh pikiran yang licik? Karena pikiran melihat ketidakpastian yang begitu besar, kebingungan, tidak ada yang permanen dalam hidup - tidak ada. Hubungan Anda dengan istri Anda, suami Anda, pekerjaan Anda - tidak ada yang permanen. 

Maka pikiran menciptakan sesuatu yang permanen, yang disebut jiwa. Tetapi karena pikiran dapat memikirkannya, pikiran dapat memikirkannya; seperti yang dapat dipikirkan oleh pikiran, ia masih dalam bidang waktu- secara alami. 

Jika saya dapat memikirkan sesuatu, itu adalah bagian dari pemikiran saya. Dan pikiran saya adalah hasil dari waktu, pengalaman, pengetahuan. Jadi, jiwa masih dalam medan waktu...

Jadi gagasan kesinambungan jiwa yang akan terlahir kembali berulang-ulang tidak ada artinya karena itu adalah penemuan dari pikiran yang ketakutan, dari pikiran yang menginginkan, yang mencari jangka waktu melalui keabadian, yang menginginkan kepastian, karena di dalamnya ada harapan.

Ajaran saya bukanlah mistik atau okultisme. Karena saya berpendapat bahwa mistisisme dan okultisme adalah batasan manusia atas kebenaran. Hidup lebih penting daripada kepercayaan atau dogma apa pun, dan untuk memungkinkan kehidupan berbuah sepenuhnya, Anda harus membebaskannya dari kepercayaan, otoritas, dan tradisi. Tetapi mereka yang terikat oleh hal-hal ini akan mengalami kesulitan dalam memahami kebenaran. 

Pikirkan dan cintai.

Saat Jiwa Keluar Dari Tubuh

Pada saat kematian ketika nafas menjadi sulit, Jiva atau diri individu yang ada di dalam tubuh keluar membuat suara. Sama seperti gerobak yang penuh muatan terus berderit, begitu pula derit Jiva saat Prana berangkat. 

Ketika manusia akan meninggal, berbagai organ menarik diri ke sumber aslinya dan tidak lagi membantu fungsi organ. 

Dalam kematian ada penarikan lengkap organ-organ ke dalam jantung atau jantung-teratai atau akasa hati. Tetapi dalam keadaan mimpi, organ tidak sepenuhnya ditarik. Di sinilah letak perbedaan antara tidur dan kematian.

Jalan Uttara Marga atau Devayana atau Jalan Utara atau Jalan Cahaya adalah jalan yang dilalui para Yogi menuju Brahman. Jalan ini menuju keselamatan. Jalan ini membawa pemuja ke Brahmaloka. Setelah mencapai jalan para dewa, dia datang ke dunia Agni, ke dunia Vayu, ke dunia Varuna, ke dunia Indra, ke dunia Prajapati, ke dunia Brahman. 

Prana Jivanmuktas yang telah mencapai pengetahuan tentang Diri tidak pergi. Mereka terserap dalam Brahman. Jivanmukta yang mencapai Kaivalya-Moksha atau keselamatan langsung tidak memiliki tempat untuk pergi atau kembali. Mereka menjadi satu dengan Brahman yang Meliputi Semua.

Para Yogi yang mengetahui bahwa jalan Devayana atau jalan cahaya menuju Moksha (Karma Mukti) dan jalan kegelapan menuju Samsara atau dunia kelahiran dan kematian, tidak lagi tertipu. Pengetahuan tentang dua jalur ini berfungsi sebagai kompas atau lampu suar untuk memandu langkah Yogi setiap saat.

Di Delhi, seorang gadis kecil Santi Devi memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan masa lalunya. Ada banyak orang yang mendengarkan pernyataannya. Ia mengenali suami dan anaknya dari setiap kelahiran sebelumnya yang tinggal di Mathura. Dia menunjukkan tempat di mana uang disimpan dan sumur tua di rumah yang sekarang tertutup. Semua pernyataannya telah diverifikasi dan dikuatkan oleh saksi mata yang terhormat. Beberapa kasus seperti ini pernah terjadi di Rangoon, Sitapur dan berbagai tempat lainnya. Mereka cukup umum sekarang. 

Dalam kasus seperti itu, Jiva segera terlahir kembali dengan tubuh astral lama atau Lingga Sarira. Itulah alasan mengapa memori kelahiran sebelumnya masuk. Dia tidak tinggal di dunia mental untuk waktu yang lama untuk membangun kembali pikiran dan tubuh astral baru untuk berbagai pengalamannya di dunia. 

Seorang Yogi dapat mengingat kehidupan masa lalunya, melalui konsentrasi pada Samskara. Dia dapat memberi tahu Anda semua tentang kehidupan masa lalu Anda juga melalui konsentrasi pada samskara atau kesan yang bersarang di pikiran bawah sadar Anda. Sebagaimana buah sesuai dengan benih yang telah ditabur, demikian juga buah dari perbuatan yang kita lakukan sesuai dengan sifat perbuatan yang kita lakukan. 

Ini adalah hukum alam yang sempurna. Orang yang telah menabur benih pohon mangga tidak dapat mengharapkan buah nangka. Dia yang telah melakukan perbuatan jahat sepanjang hidupnya tidak bisa mengharapkan kebahagiaan, kedamaian dan kemakmuran di kehidupan selanjutnya.

Moksa Kematian Tanpa Sisa Tubuh Fisik


Tentang Kematian & Sekarat

Kematian adalah kebiasaan tubuh, perubahan yang diperlukan. Tetapi ketika kita masih hidup, kita tidak memperhatikan pentingnya mengetahui bagaimana mati sesuka hati, kita juga tidak mempersiapkan diri secara psikologis untuk saat itu. 

Sejak lahir, kita terus-menerus mengatakan pada diri sendiri bahwa objek dunia adalah nyata dan kebahagiaan serta kesempurnaan kita bergantung pada harta benda. Tetapi ada saatnya kita memperhatikan bahwa objek material yang kita peroleh berubah secara drastis dan berantakan, dan hal yang sama terjadi dengan hubungan kita. Kita kecewa dengan hidup, dan pada saat yang sama kita menjadi sangat terikat dengan anak-anak dan harta milik kita. 

Saat usia tua mendekat, kita kesepian dan takut. Kami berpikir bahwa kematian akan menyakitkan—tetapi sebenarnya bukanlah kematian, ketakutan akan kematianlah yang menciptakan kesengsaraan bagi orang yang sekarat.

Otak memiliki kapasitas terbatas untuk merasakan rasa sakit fisik, dan pada titik tertentu ia menjadi tidak menyadarinya. Jadi, selama kematian orang tidak menderita sakit fisik sebanyak yang mereka alami. 

Jadi sama seperti kita telah menemukan cara untuk mempersiapkan calon ibu agar melahirkan dengan selamat dan meminimalkan rasa sakit selama persalinan, kita harus mempelajari teknik membuang tubuh tanpa rasa takut dan rasa sakit. Seorang meditator yang sekarat mencapai kebebasan dari rasa takut dan pergi dengan anggun.

Yogi telah menemukan beberapa cara untuk membuang tubuh mereka secara sukarela dan dengan gembira. 

Ada banyak tanda dan gejala kematian yang akan datang, dan para yogi yang telah berkembang mengetahui dengan tepat kapan dan pada waktu apa kematian itu akan terjadi. 

Mereka menyambut saat itu dengan gembira, dan mereka meninggalkan tubuh dengan cara yang sama seperti manusia biasa melepas pakaiannya.

Beberapa teknik yoga yang terkenal untuk membuang badan adalah Hima-samadhi, membuang badan di salju tebal, Jala-samadhi, membuang tubuhnya ke dalam air, Sthala-samadhi, membuang badan sambil duduk dalam siddhasana, pose sempurna, dan dengan sadar membuka ubun-ubun, Bermeditasi pada ulu hati dan mereduksi tubuh menjadi abu dalam sepersekian detik, dan menusuk brahma randhra, juga dikenal sebagai brahma nadi.

Cara meninggalkan Tubuh


Saya bertanya bagaimana rasanya meninggalkan atau melepaskan diri dari tubuh.

Guruji menanggapi dengan gambaran yang indah tentang bagaimana kesadaran dapat dilepaskan dari kerangka fana dengan melekatkan dirinya pada aliran musik surgawi yang memancar dari atas kepala dan seterusnya. 

Untuk melakukan ini, katanya, yang pertama harus diprakarsai oleh seorang mistik sejati yang telah mendapatkan akses ke alam yang lebih tinggi. Latihan itu sendiri, meskipun membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menguasainya, terdengar relatif sederhana. 

Tubuh harus dijaga tetap diam dengan satu postur tertentu yang ditahan setidaknya selama tiga jam. 

Seseorang dapat memilih posisi bersila (seperti para yogi dalam pose teratai) atau posisi yang lebih nyaman, posisi santai di kursi. 

Menjaga punggung tetap tegak dan pikiran waspada, seseorang terus-menerus mengulangi nama Tuhan seperti yang diberikan oleh gurunya. 

Simran ini, sebagaimana istilah Guruji, harus dilakukan dengan perhatian terpusat di balik mata tertutup. 

Ditambah dengan keheningan fisik dan pengulangan Zikir nama Allah tanpa henti, langkah selanjutnya adalah merenungkan cahaya di dalam.

Pada awalnya, kata Guruji, hanya akan ada kegelapan tetapi pada akhirnya cahaya akan muncul dalam bentuk kilatan kecil atau titik kecil seperti bintang. 

Bagaimanapun, seseorang harus fokus pada pancarannya, menjaga simrannya tetap utuh dan membiarkan cahaya menarik jiwa ke dalam. 

Langkah ketiga dan terpenting, kata Guruji, adalah mendengarkan suara yang keluar dari cahaya. 

Musik internal inilah yang akan membuat tubuh mati rasa dan membiarkan kesadaran meninggalkan tempat tinggalnya yang biasa. Dengan mengendarai arus cahaya dan suara ini, seperti ikan yang bergerak ke hulu, jiwa akan dapat kembali ke rumah asalnya. 

Namun, dalam perjalanan ke dalam, jiwa harus dibimbing oleh seorang guru sejati agar tidak tertahan di wilayah ilusi yang lebih rendah. Menurut Guruji, apa yang dialami pasien menjelang kematian hanyalah awal dari perjalanan panjang ke alam semesta cahaya, cinta, dan keindahan yang luar biasa.

Kehidupan Setelah Kematian



Apakah Kematian adalah tujuan akhir dari kehidupan atau adakah kehidupan setelah kematian? Dan jika ada kehidupan, bagaimana lika-liku dan perjalanan evolusi dalam kehidupan setelah kematian, hingga jiwa terlahir kembali? Pertanyaan ini telah lama menggelisahkan umat manusia yang terjebak di antara ilmu kedokteran yang telah lama berusaha memperpanjang hidup, menganggapnya sebagai satu-satunya, dan para resi dan yogi yang mengklaim telah menaklukkan Kematian pamungkas, membebaskan diri dari siklus kelahiran dan kematian yang tak berkesudahan.

Bagi makhluk tercerahkan di era Veda, tidak ada “setelah kematian”, karena bagi jiwa tidak ada kematian, jadi bagaimana mungkin ada “setelah kematian”? Apa yang orang normal sebut kematian pada kenyataannya hanyalah akhir dari tubuh fisik. Bumi yang dikenal sebagai Mrityu Lok, adalah alam kematian, di mana kehidupan berakhir dengan pembusukan dan kematian tubuh fisik yang dirasakan oleh panca indera kita.

Perjalanan jiwa setelah kematian, yang di India kita sebut devachan atau devasthan awalnya ditemukan dan diintuisi oleh orang bijak kuno India ribuan tahun yang lalu, dan orang dapat menemukan detailnya dalam ritual Brahmanis di shraad. Narasi pengalaman hampir mati di zaman modern telah memvalidasi banyak tahapan dalam perjalanan ini.

Menurut sistem pengetahuan Sanatan, jiwa meskipun dirinya sendiri merupakan entitas abadi yang berada dalam tubuh fisik, memiliki umur. Umur ini berbeda dari individu ke individu, sesuai karma pribadi mereka. Menurut umurnya, jiwa hidup dalam tubuh fisik, melakukan perbuatan baik, perbuatan netral, perbuatan buruk, hidup sesuai dengan karma yang dilepaskan padanya selama hidup ini. Kemudian datang usia tua, tubuh mulai membusuk dan seperti pakaian kita menjadi tua dan robek dan harus dibuang, tubuh juga dibuang oleh jiwa. Di sini dimulai perjalanan jiwa setelah kematian tubuh fisik. Pada contoh pertama, jiwa meninggalkan lapisan terluar, yang merupakan selubung fisik, atau pakaian fisik, tetapi lapisan pakaian emosional dan mentalnya yang lebih halus tetap ada. Tubuh terbakar, tubuh fisik, pakaian, yang bukan jiwa — diri yang tampak terbakar, dan diri sejati, jiwa, yang ditutupi oleh nafsu, emosi, dan pikiran keluar dari tubuh.

Selama tujuh puluh dua jam setelah cangkang tubuh dibakar atau dikubur, jiwa tetap berada di alam yang disebut Pret Lok. Jiwa melayang di tanah pemakaman atau kremasi saat tubuh emosional, mental dan intuisi melepaskan diri dari tubuh fisik dan halus saat mengerjakan karma yang paling kotor, yang paling dekat dengan tubuh fisik.

Pada hari ketiga, menurut ritual shraad, jiwa disuguhi makanan yang dinikmatinya saat berada di dalam tubuh. Itu ditata sedemikian rupa sehingga roh, yang ada di sana, memenuhi keinginan sisa terakhirnya, untuk pindah dari Pret Lok ke alam berikutnya, yang disebut Pishachya Lok.

Begitu berada di Pishachya Lok, jiwa mengerjakan karma yang lebih halus dari tubuh emosional dan gairahnya, memuaskan keinginan duniawinya sebelum dapat menembus cangkang Pishachic. Untuk memudahkan pemecahan cangkang, sebuah ritual dilakukan pada hari ini untuk melepaskan jiwa dari kesadaran nafsu dan emosinya yang terbatas, untuk membawanya ke kondisi kesadaran mental. Ketika puja itu selesai, cangkangnya pecah.

Sekitar hari kesepuluh jiwa, setelah kurang lebih memenuhi semua keinginannya, memulai transisinya ke Pitr Lok, alam leluhur. Di sini leluhur dan dalam kasus murid, Satguru mereka akan muncul untuk memimpin jiwa melalui labirin. Meskipun sebagian besar karma sisa berhasil, pada tahap awal bahkan Pitr Lok beberapa perbedaan dan kepahitan diselesaikan. Meniadakan semua karmanya, jiwa menjadi lebih murni dan bergabung dengan leluhurnya, mereka yang tercerahkan.

Jiwa kemudian akhirnya beristirahat di Dev Lok, alam surgawi. Setelah menyelesaikan semua karma baik dan buruknya, jiwa beristirahat. Ini adalah perjalanannya dari dunia terestrial Bhur, ke tahap astral menengah Bhuvaha ke alam surgawi Svaha.

Kemudian lagi ia bereinkarnasi, turun dari Svaha, ke Bhuvaha ke Bhur, mengambil sekali lagi, tubuh intuisi, lalu tubuh mental, emosional lalu tubuh eterik, dan akhirnya tubuh fisik di dalam rahim seorang ibu yang paling cocok untuknya. karmanya. Orang tua yang akan memberikan fasilitas maksimal untuk evolusi spiritualnya dipilih oleh jiwa.

Ini bukan hanya kepercayaan di India, ini fakta dan banyak yang telah mengalaminya secara langsung. Jadi kematian bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti.

“Mengapa orang-orang berpikir tentang saya apa yang tidak seharusnya saya lakukan? Mereka menyebut saya kematian, namun saya membawa mereka ke Keabadian. Oh, paradoks ketidaktahuan ini Menipu kemanusiaan.”

Sekarang kita sampai pada bagian yang paling penting, apa yang terjadi pada seorang yogi yang berlatih dengan sungguh-sungguh maju di sepanjang jalan yang dipilih dalam proses hidup dan mati ini, di alam terestrial dan setelah kehidupan? Seorang yogi yang bermeditasi, tergantung pada latihan dan karena kecepatan latihan evolusioner yoga menghasilkan karma devachan, kehidupan setelah kematian tubuh, sementara di dalam tubuh itu sendiri. Yogi tidak melewati alam bhuvaha dan svaha, yogi tidak melakukan perjalanan melalui pret dan pishachya lok atau pitr lok. Beberapa bahkan melampaui dev lok, secara sadar meninggalkan tubuh ini untuk bergabung ke dalam finalitas Makhluk Sadar Tertinggi.