Dalam yoga kita belajar mengendalikan prana, kekuatan vital, melalui pranayama. Kami menggunakan nafas di pranayama untuk belajar mengendalikan prana, tetapi jangan bingung antara prana dengan nafas. Prana adalah energi yang menjiwai paru-paru. BUKAN nafas. Menggunakan nafas adalah metode termudah untuk melatih prana. Setelah Anda dapat mengontrol prana melalui pranayama, Anda lebih mampu mengendalikan pergerakan prana ke organ dan area tubuh lainnya.
Nafas menjadi mode pranayama, kami fokus pada tiga tahap pernapasan: inhalasi (pooraka), retensi (kumbhaka), dan pernafasan (rechaka). Namun, menurut teks yoga, pranayama adalah retensi. Menghirup dan mengembuskan napas adalah metode untuk mempengaruhi retensi.
Kumbhaka, atau retensi napas memiliki efek fisiologis pada otak. Pertama, ini memberikan lebih banyak kesempatan bagi sel untuk menyerap oksigen, dan menghilangkan lebih banyak karbon dioksida. Ini memiliki efek menenangkan pada tubuh mental dan emosional. Faktanya, penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa sedikit peningkatan karbon dioksida untuk waktu yang singkat mengurangi tingkat kecemasan. Namun, itu hanya menguntungkan hingga level tertentu. Karbon dioksida menjadi sangat berbahaya, bahkan berakibat fatal pada tingkat tinggi.
Selanjutnya, ketika nafas dipertahankan, otak panik karena kadar karbon dioksida meningkat. Peningkatan kadar karbon dioksida merangsang kapiler otak untuk melebar. Dengan cara ini, lebih banyak kapiler di otak dibuka untuk meningkatkan sirkulasi otak. Ini membangun sejumlah besar energi saraf di otak, memaksa penciptaan jalur saraf baru dan aktivasi pusat aktif.
Otak diaktifkan dan dibangunkan!