Arca NARASIMHA di CANDI IJO : Simbol Kesedihan atas Perebutan Tahta Sri Maharaja Dyah Gula oleh Rake Garung?
Salam Budaya,
Arca Narasimha ditemukan oleh BPCB DIY tahun 1975 di Candi Ijo. Narasimha merupakan penjelmaan Dewa Wisnu sebagai Singa-Manusia. Ia turun ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dari kekejaman raksasa Hiranyakaçipu yang hanya dapat dibunuh pada waktu senja. Narasimha juga melambangkan kekacauan yang mulai muncul pada masa Kertayuga yakni awal periode klasik Jawa Tengah (awal berdirinya kerajaan Mataram Hindu abad VIII – IX M). Pemujaan terhadap Narasimha dimaksudkan supaya kekacauan segera berakhir. Ditemukan juga prasasti batu berisi 16 buah kalimat yang berupa mantra kutukan yang diulang-ulang berbunyi Om sarwwawinasa, sarwwawinasa.
Peristiwa kekacauan apa terjadi di kerajaan Medang waktu itu sehingga disimbolkan dengan pemujaan kepada Narasimha di Candi Ijo ?
Candi Ijo merupakan kompleks percandian Siwa yang berada di atas perbukitan yang cukup tinggi dan dikenal sebagai Gumuk Ijo. Bentuk dari bangunan induk Candi ijo pun sengaja dibuat menyerupai piramid lebar puncak Gunung Kailasa di Himalaya. Gunung Kailasa adalah gunung suci tempat Dewa Siwa bertahta. Menurut Groneman yang melakukan penggalian di sumuran candi induk, Candi Ijo adalah sebuah bangunan pemakaman abu jenazah seorang raja.
Dalam Prasasti Wanua Tengah III yang diterbitkan oleh Dyah Balitung tahun 908 M, terdapat raja bernama Rakai Warak Dyah Manara yang setelah meninggal mendapat sebutan " sri maha raja sang lumah i kailasa" (Sri Maharaja yang disemayamkan di Kailasa). Kailasa yang dimaksud ini bisa jadi adalah Candi Ijo.
Dalam Prasasti Wanua Tengah III juga terdapat raja bernama Dyah Gula yang lamanya bertahta sangat singkat, yaitu hanya enam bulan (5 Agustus 827M - 24 januari 828M). Bahkan ia tidak memiliki gelar Rake. Hal ini diduga karena Dyah Gula adalah putra mahkota Rakai Warak Dyah Manara yang ketika ayahnya meninggal masih berusia muda sehingga belum mempunyai wilayah kekuasaan sendiri.
Rake Garung naik tahta tanggal 24 Januari 828 dan memerintah sampai meninggal dunia sebelum atau pada tanggal 22 Februari 847 sehingga masa pemerintahannya berlangsung lebih kurang 1 9 tahun. Melihat masa pemerintahan raja pendahulunya sangat singkat maka diduga Rake Garung naik tahta dengan jalan merebut kekuasaan.
Hubungan Rake Garung dengan Rake Warak diduga adalah saudara tiri dengan ayahnya sama, yaitu Rake Panaraban, Namun Rake Warak beragama Hindu, sedangkan Rakai Garung beragama Budha seperti ayahnya. Dengan demikian Rake Garung telah merebut tahta dari keponakannya sendiri. Kesedihan pihak keluarga Rake Warak inilah yang disimbolkan dengan pemujaan arca Narasimha di Candi Ijo.
Semoga Sejarah Medang Mataram jadi Terang Benderang.