Romo Marto Pangarso dikenal sebagai guru Soeharto dalam arti sesungguhnya.
Ia berhubungan dengan Romo Marto saat memimpin BKR di Yogyakarta. Konon, Marto yang kerap melakukan ritual di Candi Prambanan ini bisa membaca tanda-tanda. Sejumlah syarat lelaku dari Marto yang terbilang berat pernah dilakukan Soeharto demi memenuhi ramalannya, seperti bersemedi di Gua Srandil (di Cilacap).
Romo Marto meninggal tahun 1980, sebelum meninggalnya Soeharto sempat membangun Padepokan Sendang Semanggi - Kasihan - Bantul (tempat Romo Marto mengumpulkan muridnya dari pelosok Jawa setiap 35 hari).
Tempat ini dinamai Sendang Semanggi atau Sendang Titis yang terletak di Pedukuhan Sembungan, Dusun Semanggi, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
Pertama kali ditemukan oleh Alm. Romo Marto Pangarso seorang spiritualis yang mendapatkan wangsit sekitar tahun 1940 kemudian menelusuri gunung Sempu lalu mendapatkan sebuah Sendang. Sendang ini kemudian digunakan untuk tempat tirakat dengan cara kungkum. Semula Sendang Semanggi diberi nama Sendang Titis yang berarti jitu atau tepat sasaran karena dianggap menjadi tempat yang memberikan atau tempat untuk mendapatkan wangsit yang jitu. Dinamakan Sendang Semanggi karena disekeliling tempat tersebut banyak ditumbuhi tanaman semanggi.
Sendang Titis memiliki luas 2 x 2 m dengan kedalaman 1.5 m yang dinaungi oleh tiga pohon yakni Pohon Beringin, Pohon Pamrih dan Pohon Sambi.
Tempat ini pernah digunakan mendiang Soeharto untuk menggelar ritual. Soeharto bisa sampai ke tempat ini bukan tanpa alasan, hal tersebut terkait dengan adanya sosok Spritual bernama Romo Marto.
Romo Marto adalah seorang penganut kebatinan Jawa yang juga menjadi guru sebuah padepokan yang terletak di kaki Bukit Sempu tak jauh dari Sendang Titis berada.
Sekitar tahun 1957 Soeharto resmi diangkat menjadi murid oleh Romo Marto.
Setelah lama diselimuti misteri, dan meninggalkan Prabu Brawijaya V, ternyata Sabdopalon bersemayam disebuah pohon Preh tua di Sendang Semanggi.
Awal perkenalan Soeharto dengan Sabdopalon ini, melalui seorang Pertapa Sakti yang dikenal pula sebagai medium Sabdopalon, yaitu Romo Marto Pangarso.
Suatu hari Romo Marto mendapat perlambang / isyarat dalam bentuk tejo sumunar (benda bercahaya) dilangit lepas. Tejo itu beringsut perlahan-lahan, Romo Marto pun juga beranjak pelan-pelan mengikuti cahaya itu. Akhirnya cahaya itu berhenti, diatas patung Dewa Wisnu di Candi Prambanan Yogyakarta. Kala itu kompleks Candi Prambanan belum semegah sekarang, masih bebatuan berserakan, dan mudah dimasuki orang.
Karena rasa ingin tahunya yang besar, Romo Marto bermeditasi di kaki patung Dewa Wisnu tersebut. Dalam meditasinya, ia melihat seekor burung Jalak Putih. Singkat cerita ia mengikuti burung tersebut. Setelah sekian puluh kilometer, akhirnya burung Jalak itu berhenti pada sebuah bukit yang dikelilingi rindang pohon Jati. Lalu Romo Marto menelusuri perbukitan gunung Sempu, dan menemukan tempat yang dimaksud. Sejak saat itu Romo Marto mulai membuat Sanggar tepat dibawah lokasi mata air ini.
Makam Romo Marto Pangarso beserta istri terletak disebelah pojok timur Sendang Titis atau sendang Semanggi tersebut. Di tempat itu ada sosok manusia bersayap.
Sabdo Palon Noyo Genggong sebagai penasehat spiritual Prabu Brawijaya V (memerintah tahun 1453 – 1478) tidak hanya dapat ditemui di dalam Serat Darmagandhul saja, namun di dalam bait-bait terakhir ramalan Joyoboyo (1135 – 1157) juga telah disebut-sebut, yaitu bait 164 dan 173 yang menggambarkan tentang sosok Putra Betara Indra. Dalam ucapan ini pula Sabdo Palon menegaskan bahwa dirinyalah sebenarnya yang dikatakan dalam kawruh Jawa dengan apa yang dikenal sebagai “Manik Maya” atau “Semar”.
Sabdo Palon berkata sedih: “Hamba ini Ratu Dhang Hyang yang menjaga tanah Jawa. Siapa yang bertahta, menjadi asuhan hamba. Mulai dari leluhur paduka dahulu, Sang Wiku Manumanasa, Sakutrem dan Bambang Sakri, turun temurun sampai sekarang, hamba mengasuh keturunan raja-raja Jawa, …..….., sampai sekarang ini usia hamba sudah 2.000 lebih 3 tahun dalam mengasuh raja-raja Jawa, tidak ada yang berubah agamanya, …..” Jambul Romo Marto jika diperhatikan memang mirip dengan Semar. Tapi bukan karena itu Romo Marto sakti mandraguna, namun karena lelaku batinnya sebagai seorang Pertapa itulah yang membuatnya jadi tokoh kasepuhan, spiritualis paling disegani di seantero Jawa.
Di Sanggar Romo Marto inilah, Sabdopalon memberikan nasehat-nasehat dan ajaran tentang menjadi seorang pemimpin kepada presiden Soeharto, melalui medium R.Marto.
Batara Guru
Bagi penganut agama Hindu Batara Guru adalah sebutan lain dari Batara Siwa. Karena agama Hindu yang pertama-tama menyebar ke Indonesia adalah ajaran Resi Agastya dari Sekte Saiwa (Syaiwa, Syiwa, atau Shiva), untuk menghormati dan mengagungkannya, Resi Agastya disebut pula Batara Guru.
Tetapi dalam pewayangan, khususnya jenis-jenis Wayang Purwa yang tersebar di Pulau Jawa, Batara Guru sering diberi kesan berbeda dengan Batara Siwa atau Siwa.
Batara Guru dan Nusantara
Berdasarkan keterangan dalam Kitab Tantu Pagelaran, Agastya mendapatkan pertapaan di Gunung Kawi. Semenjak itu Gunung Kawi menjadi miliknya, yakni sebagai tanda penugasan bagi Batara Guru (Ciwa). Bersama Lopamudra, Agastya menyebarkan pesan kasih dari padepokannya. Kadang pesan itu disampaikannya lewat kata-kata. Lewat ucapan. Lebih sering lewat getaran-getaran pikiran. Agastya masih hidup. Berbadan dan berdarah daging, dia masih hidup. Lima ribu tahun yang lalu, setelah kematian Lopamudra, dia pindah ke Yava-Dvipa. Ke Jawa – sekarang disebut Indonesia. Di sana dia dikenal dengan nama Semar. Semar, Agastya adalah roh Indonesia. Jiwa Indonesia.
Sabdo Palon menegaskan bahwa dirinyalah sebenarnya yang dikatakan dalam kawruh Jawa dengan apa yang dikenal sebagai “Semar”.
Tokoh dewa-dewa yang ada di mitologi sumeria tidak jauh berbeda dengan yang ada di wayang. Misalnya, Batara Guru bisa disamakan dengan Enlil, sementara Batara Ismaya (Semar) dengan Enki.
Kedua bersaudara itu, Enki dan Enlil adalah anak dari An, yang kalau dibandingkan dengan pewayangan adalah Hyang Tunggal. Hanya saja, Hyang Tunggal masih punya tingkatan yang lebih tinggi lagi, yaitu Hyang Wenang.
Selalu ada dua kelompok yang berbeda.. Tuhan dan Iblis.. Michael dan Lucifer.. Pandawa dan Kurawa.. Dewa dan Raksasa.. Venus dan Jupiter.. Enlil dan Enki.. Yahwe dan Ba’al.. Atlantis dan Lemuria.. Batara Guru dan Sabdo Palon.. Agastya dan Semar.. Hitam Putih… Baik Jahat… tergantung siapa versi pemenangnya…
Resi Agastya adalah seorang chiranjivin, seseorang yang dikaruniai usia sangat panjang, sehingga dia diyakini masih hidup bahkan sampai saaat ini. Chiram – lama, jivi – hidup, hidup lama. Seorang chiranjivin tidak imortal, tidak abadi, tetapi berusia sangat panjang.
Hikayat Semar yang menjadi Sabdopalon memang hanya diurai di Serat Darmogandul. Tokoh ini sempat berkelana, meninggalkan Majapahit, hingga sampai di Gunung Srandil, Cilacap, Jawa Tengah.
Dahulu, setiap malam satu Suro, yang datang ke situ akan ditemui oleh Ki Lengkung Kusumo yang saat trance dianggap dapat memberikan isyarat sesuatu yang bakal terjadi. Sayangnya, Ki Lengkung bukan Semar, melainkan hanya Petruk Kantong Bolong.
Sedang Semar di Srandil, yang oleh Soeharto pernah dihormatinya atas perintah guru spiritualnya Romo Diyat dari Semarang, masih misterius. Apakah Semar ini yang mampu memberikan Kembang Wijayakusuma, sehingga kekuasaan Pak Harto sulit dipatahkan?
Gunung Srandil diyakini sebagai lokasi atau pijakan menuju kayangan yang terkait dengan sosok Sabdo Palon atau Ki Semar.
Menurut keyakinan penganut kejawen, Gunung Srandil merupakan titik utama Eyang Semar atau Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Among Rogo.
Gunung Selok, Tempat Spiritual Pemimpin Nusantara
Siapa yang tidak tahu Gunung Selok pada era 80-an? Hampir semua masyarakat Indonesia mengetahuinya walau hanya sebatas nama. Ya, karena pada saat itu, di situlah pemimpin negara kita melakukan kegiatan spiritual. Bahkan sebenarnya, Bung Karno pun dulu menerima ilham/ wahyu untuk Pancasila juga di Gunung Selok. Terletak di tepi Pantai Selatan Kabupaten Cilacap, sepintas Gunung ini seperti bukit biasa. Namun, ternyata di dalamnya dan di sekitarnya terdapat banyak panepen dan petilasan yang sering digunakan untuk Semedi/ritual.
Padepokan atau Petilasan Jambe Pitu, atau juga dikenal dengan nama Pertapaan Ampel Gading merupakan salah satu situs ziarah spiritual yang terdapat di Gunung Selok, yaitu sebuah bukit yang terdapat di wilayah Desa Karangbenda, Adipala, Cilacap. Keberadaan padepokan ini erat kaitannya dengan Padepokan Jambe Lima dan situs ini dianggap sangat keramat karena terdapat tiga petilasan, yaitu petilasan Sang Hyang Wisnu Murti dan dua pusakanya, kembang wijayakusuma yang disebut Eyang Lengkung Kusuma dan cakra baskara yang disebut Eyang Lengkung Cuwiri. Tempat ini juga terkenal sebagai tempat berziarah presiden kedua Indonesia, yaitu Presiden Soeharto.
Lokasi Padepokan Jambe Pitu ditemukan oleh Romo Dijat sementara pembangunannya dilakukan oleh Soedjono Hoemardani.
Menurut Romo Diyat, letak geograļ¬s Jambe Pitu memiliki energi paling kuat dan sangat cocok sebagai tempat menerima dhawuh atau pesan dari leluhur.
Ziarah Presiden Soeharto
Sebelum menjabat sebagai presiden, Soeharto mendalami ilmu kebatinan Jawa bersama Soedjono Hoemardani dan bergabung dalam kelompok spiritual Sendang Titis, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Soeharto kerap berziarah ke Padepokan Jambe Pitu pada malam hari sekitar dua jam saja.
Oleh sebab itu, di dekat padepokan terdapat helipad yang kini sudah tidak terurus lagi semenjak ia wafat.
Melihat Pulau Majeti, Istana Nyi Roro Kidul Surganya Bunga Wijayakusuma.
Bunga wijayakusuma dikenal kembang sakti yang kerap diburu Raja Jawa.
Kesaktian bunga wijayakusuma sudah tercatat dalam Babad Tanah Jawa. Tidak hanya raja Mataram kuno yang wajib mendapat kembang pusaka itu agar singgasananya langgeng. Namun keturunan Majapahit ikut mencari bunga wijayakusuma.
Keberadaan bunga wijayakusuma semula berada di lokasi terpencil yang dijaga pasukan gaib yang bermarkas di Jambe Pitu dan Jambe Lima. Kedua lokasi yang berada di Gunung Selok ini sejak lama dikeramatkan.
Tak cuma itu saja. Tempat keramat yang dipercaya bisa mendatangkan aura magis yang besar juga ada di sebuah bukit Srandil, Kecamatan Adipala, Gua Masigit Selo dan Pulau Majeti.
Warga Cilacap percaya Pulau Majeti jadi istananya NYI Roro Kidul
Pulau Majeti dikenal wingit karena masyarakat lokal percaya disitulah tempatnya istana penguasa laut pantai selatan Kanjeng Ratu Laut Kidul alias Nyi Roro Kidul. "Nelayan-nelayan gak ada yang berani ke sana. Soalnya ombaknya besar. Dan memang sudah turun-temurun ada larangan pergi ke sana. Katanya itu tempatnya Nyi Roro Kidul."
Wilayah Cilacap termasyur dengan peta mistik tanah Jawa. Segitiga Cilacap, Nusakambangan dan Gunung Selok
Dalam cerita tutur pedalangan, Pulau Nusakambangan disebut Nusa Kambana. Selain itu juga Nusa Barambang, Watu Masigid, Sela Marsigid, atau Dhandang Mangore.
Sementara dalam cerita wayang purwa, kahyangan Nusa Kambana digambarkan begitu wingit nan seram. Penguasa Nusa Barambang adalah Bethari Durga yang bergelar Sang Hyang Pramoni, yang mendiami Istana Watu Masigid. Yaitu sebuah istana yang gemerlap, karena dibangun dengan bahan serba emas.
Dalam beberapa literatur kesusasteraan Bethari Durga menamakan dirinya Durga Umayi. Dan dalam versi lain Durga inilah yang menurunkan Bhatara Kala.
Keraton Surakarta Hadiningrat pun memberi sebutan Sang Hyang Bathari Kalayuwati.
Selain itu, Nusa Barambang kala itu juga menjadi ibu kota makhluk halus yang tersebar di seluruh Pulau Jawa.
Penguasa alam lelembut di tiap-tiap kabupaten mesti tunduk pada perintah Sang Hyang Pramoni Durga yang berada di Pulau Nusakambangan. Mereka yang tunduk antara lain jin balabatu (Blambangan, Banyuwangi); buta locaya si penguasa Kediri; sidagori di Pacitan, dan klenthing mungil yang mendiami Magetan.
Ada juga jin abur-abur yang tinggal di Madiun, kala jangga di Malang, serta pilang putih di Cepu, Blora. Semua pemuka makhluk halus tiap tahun mendatangi ke Nusa Kambangan untuk caos glondhong pengareng-areng, peni peni raja peni, dan guru bakal guru dadi.
Tidak hanya para pemuka makhluk halus, Keraton Surakarta setiap tahun menyelenggarakan upacara wilujengan negera Maesa Lawung di Alas Krendha Wahana. Menurut Purwadi, upacara ini ditujukan untuk menghormati Bethari Durga.
Catatan: Bathari Kalayuwati penunggu alas krendowahono wajahnya seperti indo Tinggi besar lebih dari 2,5 meter.
Sebelum Wakanda populer, Atlantis lebih dulu dikenal sebagai utopia klasik umat manusia. Atlantis adalah lokasi peradaban maju dari masa ribuan tahun lalu yang memiliki teknologi canggih, kendaraan terbang, kekayaan alam, dihuni manusia ras unggul, dan berlokasi di Indonesia. Tunggu dulu, memangnya Atlantis bukan cuma mitos?
Peradaban kuno itu ada, jejaknya tertimbun di bawah Indonesia modern, serta jauh lebih keren daripada Wakanda. Sampai sekarang masih ada dan eksis. Lokasi persis Atlantis yang hilang: 200 mil dari pantai selatan Pulau Jawa. Jika anda di pantai Parang Kusumo lihatlah ke kiri di sana kalau anda beruntung akan melihat siluet istana itu yang bersinar emas.