Diri Sejati Melampaui Segalanya

Bagaimanapun, secerdas apapun, seindah apapun kata-kata berada di dalam ruang dan waktu. Dan kita ingin dapat melampaui nya karena Diri Sejati lebih daripada itu....sungguh!

Jadi dapatkah kita sekarang hidup tanpa harus memberi label kata pada segalanya, ini Islam, itu Kristen, Katolik, Hindu, Buddha. Dapatkah kita melihat segala sesuatu tanpa adanya keharusan memberikan nama, label, kategori....?

Seperti kepedihan, jika itu hadir dapatkah kita hanya merasakan dan mengamatinya tanpa harus memberikan judul 'ini kepedihan' baginya? Dan kita memberikan nama 'ini kepedihan' hanya karena itu adalah sesuatu yang asing dan berbeda, karena kita tidak mengenalnya sebelumnya maka kita memberikan nama itu.......  

Atau seperti kerinduan, dapatkah kita hanya menikmatinya saja selagi rasa itu masih ada? Karena cinta, kepedihan dan juga kerinduan, mereka datang dari alam yang berbeda, yang tidak kita kenal selama ini, dan jika kita dapat hanya merasakannya serta membiarkan mereka hadir, maka kita akan mengetahui bahwa mereka sesungguhnya adalah para pembawa pesan untuk membuat kita dapat menjadi Terjaga...

Membuang Semua Perbedaan

Agama dalam pengertian umum, sebagaimana dikenal oleh dunia, adalah kredo. Tidak banyak agama di dunia, tetapi ada banyak kredo. Dan apa arti kredo? Kredo berarti penutup atas agama. Ada satu agama dan ada banyak penutup. Setiap penutup ini disebut 'Kristen,' 'Buddhisme,' 'Agama Ibrani,' 'Agama Muslim,' dll., dan ketika Anda membuka penutup ini, Anda akan menemukan bahwa ada satu agama, dan agama itulah yang merupakan agama kaum Sufi. Dan pada saat yang sama seorang Sufi tidak mengutuk gereja atau kredo atau bentuk ibadah tertentu. Ia mengatakan bahwa itu adalah dunia yang beraneka ragam. Setiap orang harus memiliki pilihan makanannya, pilihan pakaiannya, pilihan ekspresinya. Mengapa para pengikut satu agama harus berpikir bahwa yang lain adalah orang kafir atau penyembah berhala? 

Mereka akan lebih tertarik untuk mengetahui di mana agama Kristen berbeda dari agama Buddha dan di mana agama Yahudi berbeda dari agama Islam. Ketertarikan mereka adalah pada perbedaannya, bukan pada sintesis, di mana kita bertemu. Di tempat pertemuan berbagai agama itulah terdapat tempat ziarah yang suci. Di India, untuk mengajarkan gagasan ini, mereka telah membuat tempat ziarah di mana dua sungai bertemu. Ketika ada satu sungai, mereka menyebutnya suci tetapi tempat yang paling suci adalah tempat dua sungai bertemu. Itu adalah pemikiran yang sama bahwa setiap aliran Kebijaksanaan Ilahi yang kita sebut agama adalah suci, tetapi yang paling suci adalah di sanalah dua aliran bertemu. Dan ketika kita menyadarinya, kita melakukan ziarah sejati dalam roh.

Hal pertama dalam agama adalah gagasan tentang Tuhan. Apakah Tuhan itu? Sebagian orang berkata bahwa 'gagasan saya tentang Tuhan adalah bahwa Dia berada di Surga tertinggi, bahwa Dia adalah Sang Pencipta, bahwa Dia adalah Hakim Hari Akhir, bahwa Dia adalah Sang Pengampun.' Dan ada orang lain yang berkata: 'Gagasan saya adalah bahwa Tuhan adalah segalanya, Tuhan itu abstrak, segalanya adalah Tuhan, dan jika seseorang percaya pada Tuhan yang berpribadi, saya tidak mempercayainya.' Keduanya benar tetapi keduanya salah. Mereka benar jika mereka melihat sudut pandang yang lain dan mereka salah jika mereka melihat sudut pandang mereka sendiri. Keduanya melihat Tuhan yang ideal dengan satu mata. Yang satu melihatnya dengan mata kanan dan yang lain dengan mata kiri. Jika mereka melihat dengan kedua mata, maka penglihatannya lengkap. Sungguh merupakan kesalahan manusia untuk membatasi Tuhan dalam gagasan tentang Wujud Pribadi, dan adalah salah bagi orang yang percaya pada Tuhan yang Mutlak, untuk menghapus Wujud Tuhan dari konsepsinya tentang Tuhan. Seperti kata pepatah: "Menjelaskan Tuhan sama saja dengan menyingkirkan Tuhan." Mengatakan bahwa Tuhan itu abstrak sama saja dengan mengatakan: "Tuhan adalah ruang, Tuhan adalah waktu." Bisakah Anda mencintai ruang? Bisakah Anda mencintai waktu? Tidak ada yang bisa dicintai di sana. 

Barangkali dalam satu agama ada lilin yang dinyalakan dan ada suatu bentuk pemujaan. Dan ada agama lain, bahkan sebuah lagu tidak diperbolehkan dinyanyikan di gereja. Dalam agama lain mereka menyerukan nama Tuhan dan berdoa kepada Tuhan dengan gerakan-gerakan. Dalam agama lain mereka telah menaruh patung Buddha di altar sebagai tanda perdamaian. Ini adalah ekspresi pengabdian yang berbeda. Sama seperti di negara-negara Barat dengan mengangguk dan di negara-negara Timur dengan mengangkat tangan mereka, mereka saling memberi hormat. Itu adalah perasaan yang sama, tetapi tindakannya berbeda. Apa bedanya jika seseorang menyapa dengan cara ini atau dengan cara itu, bukankah semuanya adalah salam? Sufi berkata, selama ada pengabdian sejati, tidak masalah dengan cara apa itu diungkapkan. Baginya itu sama saja.

Bagi saya setiap kebaktian ini adalah ungkapan pengabdian, bagi saya semuanya tidak berbeda. Bentuknya tidak membuat perbedaan, itu adalah perasaan kita. Ketika perasaan kita benar, jika kita berada di masjid, kuil, gereja atau di pasar atau di alam sederhana atau di rumah kita sendiri, kita akan selalu mengungkapkan pengabdian kita yang tulus. Oleh karena itu bentuk doa seorang Sufi adalah semua bentuk doa. Selalu mencerahkan untuk mengingat kata-kata Syaikh al-Akbar Ibn al-'Arabi yang berkata, “Hati-hati membatasi diri pada konsep tertentu dan mengingkari yang lain, karena banyak kebaikan akan luput darimu. Bahkan pengetahuan tentang realitas akan luput darimu. Jadilah dirimu sebagai substansi untuk semua bentuk, karena Tuhan terlalu luas dan agung untuk dibatasi pada satu bentuk kepercayaan daripada yang lain.” "Sufi Melihat Kebenaran Dalam Setiap Agama."

"Anda telah menjelaskan kepada kami dengan baik, Murshid, bagaimana Sufisme menyatu dengan semua agama. Sekarang, tolong beritahu kami, apa perbedaan antara Sufisme dan agama-agama lainnya."

Lalu Murshid berkata, "Perbedaannya adalah ia membuang semua perbedaan."

Memandang Keindahan


Pernahkah engkau memandangi pohon tanpa satu pun kata suka atau tidak suka, tanpa satu gambar pun? Lalu apa yang terjadi? Untuk pertama kalinya, engkau melihat pohon itu sebagaimana adanya dan engkau melihat keindahannya, warnanya, kedalamannya dan vitalitasnya.

Cinta itu anonim. Aku mencintai istri dan anak-anak aku, tetapi kualitas cinta itu tidak diketahui. Seperti matahari terbenam, Cinta bukanlah milikmu atau milikku. 

Di tepi Sungai di Jogja aku duduk dan menangis. Ada legenda bahwa segala sesuatu yang jatuh ke perairan sungai seperti daun, serangga, dan bulu burung akan berubah menjadi bebatuan yang membentuk dasar sungai. Andai saja aku bisa merobek hatiku dan melemparkannya ke arus, maka rasa sakit dan rinduku akan berakhir, dan akhirnya aku bisa melupakannya.

Di tepi Sungai itu aku duduk dan menangis. Udara musim dingin mendinginkan air mata di pipiku, dan air mataku jatuh ke air dingin yang mengalir melewatiku. Di suatu tempat, sungai itu bergabung dengan sungai lainnya hingga jauh dari pandangan dan hati aku, semuanya menyatu dengan lautan.

Orang memberikan bunga sebagai hadiah karena bunga mengandung arti cinta yang sebenarnya. Siapa pun yang mencoba memiliki sekuntum bunga harus menyaksikan keindahannya menjadi layu dan memudar. Namun jika engkau hanya melihat sekuntum bunga di ladang, engkau akan menyimpannya selamanya. Meskipun keindahan itu bukan pada tempatnya, namun keindahan takkan pernah sia-sia dimanapun ia ditanam. 

Itulah yang diajarkan hutan kepadaku, Bahwa engkau tidak akan pernah menjadi milikku, dan itulah sebabnya aku tidak akan pernah kehilanganmu. Semoga air mataku mengalir sejauh-jauhnya, mengalir seperti arus sungai, agar cintaku itu tidak pernah mengetahui bahwa setiap saat aku menangis untuknya. "Aku Mencintai Mu Dengan Cinta Yang Orang Lain Tidak Tahu Kecuali Hanya Pencipta Nya"

Bahagia Itu Pilihan



Tidak ada yang sempurna dalam hidup ini. Pahami itu dulu sampai nanti pun hidup selalu berkompromi dengan yang namanya IDEAL.
Hidup itu nikmati saja mengalir bersama angin. Bersyukur untuk kehidupan yang indah. Letakkan semua bebanmu kepada Allah dan pergilah nikmati Hidupmu dengan bahagia. Pahamilah. Bahagia itu di Dalam bukan di luar, juga bukan karena sebab atau faktor apapun dari luar dirimu. Seandainya kamu masih mengandalkan bahagiamu dari faktor - faktor luar dirimu, dijamin hidupmu tidak akan pernah bahagia

Bahagia adanya di dalam dirimu maka ia mutlak sepenuhnya domain didalam pikiranmu sendiri, wilayah kekuasaanmu sepenuhnya. Maka PILIHLAH BAHAGIA maka engkau akan bahagia .... Walau apapun yang terjadi.